ASPEK PRODUKSI AGRIBISNIS PERTANIAN

Dalam agribisnis pertanian, aspek produksi perlu mendapatkan perhatian yang lebih dibanding aspek lain. Ini bukan berarti mengabaikan aspek lain, tetapi semata-mata karena komoditi yang dikelola adalah tanaman, makhluk hidup, yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan.

Dari tanaman yang ditanam akan dihasilkan produk untuk dijual ke pasar. Dengan demikian, mesin produksi dalam agribisnis pertanian ini adalah tanaman itu sendiri yang sifatnya sangat berbeda dengan mesin yang bekerja dengan bahan bakar. Oleh karena itu, penanganan aspek produksi ini harus hati-hati agar perusahaan dapat berproduksi sesuai dengan rencana. Aspek produksi agribisnis pertanian akan dibedakan menjadi perencanaan produksi dan pengendalian produksi.

A. Perencanaan Produksi Agribisnis Pertanian

Perencanaan produksi agribisnis pertanian meliputi perencanaan produk, perencanaan lokasi usaha, perencanaan standar produksi, dan pengadaan tenaga kerja.

1. Perencanaan Produk Atau Komoditas

Termasuk dalam perencanaan produk atau komoditas adalah penentuan jenis tanaman dan jumlah tanaman. Pada dasarnya penentuan jenis tanaman harus memperhatikan faktor agroklimat. Namun, jika menggunakan rumah kaca, faktor agroklimat dapat dibuat sedemikian rupa sehingga sesuai dengan jenis tanaman yang akan diusahakan.

Untuk tanaman yang tidak diusahakan dalam rumah kaca, faktor agroklimat harus benar-benar diperhatikan. Tanaman yang akan diusahakan haruslah tanaman yang sesuai dengan iklim dan keadaan tanah setempat. Apalagi jika tanaman yang kita pilih sebagai komoditas agribisnis merupakan tanaman yang rentan terhadap serangan hama dan penyakit, maka penyesuaian waktu tanam sangat penting untuk menunjang keberhasilan agribisnis tersebut.

Sebagai contoh, untuk agribisnis bisnis kentang, jika penanamannya dilakukan di dataran rendah atau menengah, maka produksi yang dihasilkan tidak akan seoptimal jika ditanam di dataran tinggi. Begitu pula jika agribisnis yang kita pilih adalah cabai hibrida, dan penanaman dilakukan pada musim hujan, tentu saja biaya pemeliharaan yang akan timbul akan lebih besar dibanding jika menanan cabai hibrida pada musim kemarau. Hal itu disebabkan serangan penyakit pada musim hujan sangat besar.

Dalam menentukan agribisnis yang akan diusahakan perlu juga diperhatikan masalah pengadaan bibitnya. Untuk memenuhi kebutuhan bibit, pemerintah dan pihak swasta telah melakukan perbanyakan berbagai jenis bibit unggul.

Selain merencanakan jenis tanaman, merencanakan jumlah tanaman yang akan ditanam perlu juga diperhatikan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar tidak terjadi kelebihan produk. Sebaiknya merencanakan jumlah tanaman ini beracuan pada pasar. Jumlah permintaan pasar itulah yang harus dipenuhi. Dengan cara ini efisiensi produksi akan tercapai dengan baik.

2. Perencanaan lokasi usaha

Secara umum perencanaan lokasi usaha untuk agribisnis pertanian sebaiknya memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut.

a. Aspek teknis-ekonomis
Termasuk dalam aspek ini adalah biaya transportasi, baik dari pusat produksi ke lokasi sumber bahan baku atau dari pusat produksi ke pasar. Perlu juga dilihat ada tidaknya sarana jalan di tempat tersebut. Tersedianya sarana jalan yang berfungsi memperlancar transportasi akan menurunkan biaya operasional. Kelancaran transportasi memang sangat diperlukan karena akan membantu kegiatan pasca panen, terutama dalam hal pengangkutan hasil produksi.

Ketersediaan tenaga kerja, tingkat upah tenaga kerja, peluang perluasan usaha, harga tanah, serta sarana penunjang lain, seperti listrik dan air juga harus diperhatikan.

b. Aspek iklim
Aspek iklim diperlukan untuk menentukan jenis agribisnis yang akan diusahakan. Aspek ini meliputi suhu udara, kelembaban, curah hujan, dan intensitas cahaya.

c. Aspek agronomis
Tercakup dalam aspek ini antara lain topografi lahan, jenis dan kondisi tanah, serta sistem drainase. Aspek iklim dan agronomis sering dijadikan satu menjadi agroklimat. Untuk lebih jelasnya, aspek agroklimat diuraikan pada materi Pengendalian Produksi.

d. Aspek lingkungan dan sosial budaya masyarakat di sekitar lahan
Aspek ini meliputi dukungan masyarakat di sekitar lahan, penyesuaian diri masyarakat terhadap modemisasi, pandangan masyarakat terhadap bisnis, ada-tidaknya kerja sama yang saling menguntungkan, kompetisi dengan pengusaha lain, perilaku pedagang perantara, dan keadaan sosial ekonomi masyarakat di sekitar lokasi agribisnis.

e. Aspek tata kota
Ada kawasan-kawasan tertentu yang oleh pemerintah dilarang untuk pendirian agribisnis pertanian dengan alasan tata kota. Di kawasan ini jelas tidak dapat dipilih sebagai lokasi usaha meskipun aspek-aspek lainnya telah terpenuhi.

3. Perencanaan Standar Kualitas Produk

Agar produk dari agribisnis pertanian yang kita usahakan mampu bersaing di pasar, diperlukan adanya standar kualitas, terutama produk dengan jangkauan pasar ekspor. Biasanya standar mutu komoditi yang akan dieskpor telah ditentukan oleh eksportir.

Untuk produk atau komoditas yang berorientas pasar lokal atau nasional, maka standar kualitas produk disesuaikan dengan permintaan pasar yang ada. Standar produk untuk permintaan supermarket tentu saja berbeda dengan standar produk untuk permintaan pasar tradisional. Menentukan standar produk yang tepat akan menghemat biaya operasional agribisnis.

Apa yang terjadi jika banyak pengusaha yang kurang memperhatikan kualitas produk? Yang jelas, pasar akan dibanjiri oleh produk agribisnis pertanian yang berkualitas rendah. Bisa dipastikan harga suatu produk akan jatuh. Hanya pengusaha yang pandai menjaga kualitas saja yang bisa bertahan dalam keadaan seperti ini.

4. Pengadaan tenaga kerja

Kebutuhan akan tenaga kerja disesuaikan dengan besar kecilnya usaha itu sendiri. Pengusahaan agribisnis pertanian yang tidak begitu besar, membutuhkan tenaga kerja yang sedikit dan dapat dipenuhi oleh anggota keluarga sendiri. Namun, untuk pengusahaan yang besar dan dilakukan secara intensif, penggunaan tenaga kerja dari luar mutlak diperlukan.

Sebagai contoh, berdasarkan luas lahan yang dimiliki, pengusaha agribisnis pertanian yang mengelola lahan seluas 2.500-3.000 m2, dapat mempekerjakan 1-2 orang tenaga kerja. Namun, gambaran ini tidak mengikat. Bagi pengusaha yang sudah maju, kebutuhan tenaga kerjanya dapat lebih besar, dan telah ada penggolongan tenaga kerja. Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan, semakin besar pula biaya yang diperlukan. Sekitar 34,81% dari seluruh pengeluaran total dihabiskan untuk upah tenaga kerja.

Sebagai gambaran untuk biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja di sektor pertanian, di daerah Wonosobo Jawa Tengah, adalah Rp 25.000,00 - Rp 35.000,00 per-orang per-hari dengan waktu kerja 8 jam sehari.

B. Pengendalian Produksi Agribisnis Pertanian

Pengendalian produksi terutama ditekankan pada proses produksi tanaman yang akan dibudidayakan. Proses produksi dalam agribisnis pertanian menyangkut pengetahuan mengenai jenis dan sifat-sifat tanaman, agroklimat bagi pertumbuhannya, budidaya, serta penanganan pascapanen.

1. Jenis-jenis tanaman

Jenis tanaman yang akan ditentukan dalam agribisnis pertanian harus mempertimbangkan potensi atau peluang pasar terhadap hasil produksi agribisnis. Jika Anda memiliki peluang pasar yang lebih bagus dengan harga yang tinggi untuk tomat jenis sayur berarti pilihan utama untuk agribisnis yang akan diusahakan adalah tomat jenis sayur. Begitu pula untuk agribisnis pertanian yang lain, ada banyak jenis tanaman yang bisa dijadikan sebagai pilihan, seperti jenis cabai merah keriting, cabai merah besar, pepaya ukuran besar, pepaya ukuran kecil, dan sebagainya. Pilihan yang tepat dengan menyesuaikan potensi atau peluang pasar yang ada akan menunjang keberhasilan agribisnis tersebut.

2. Sifat-sifat tanaman

Sifat-sifat tanaman sangat perlu untuk diketahui agar penanganannya, mulai budidaya sampai pemasarannya, dapat dilakukan dengan baik sehingga penurunan mutu produknya dapat dicegah atau setidak-tidaknya berkurang. Parameter yang dapat digunakan untuk menentukan sifat-sifat tanaman yang cocok untuk agribisnis yang akan dijalankan antara lain:

a. Ketergantungan terhadap musim
Apakah tanaman yang akan dibudidayakan dapat ditanam dan dipanen kapan saja atau hanya bisa dilakukan pada musim-musim tertentu. Misalnya untuk agribisnis tembakau tidak mungkin ditanam pada awal musim hujan dan dipanen saat akhir musim hujan. Untuk agribisnis buah mangga hanya dapat dipanen satu kali dalam satu tahun. Jika menanam tomat pada musim kemarau berarti biaya yang dikeluarkan untuk mengendalikan serangan virus akan lebih besar. Estimasi ketergantungan tanaman terhadap musim akan membantu membuat perencanaan waktu tanam, pembiayaan atau permodalan, dan pemanenan.

b. Tingkat perputaran modal
Bagaimana tingkat perputaran modal terhadap agribisnis yang kita usahakan? Menanam jahe tentu saja memiliki tingkat perputaran modal yang lebih lambat dibanding dengan tomat, karena waktu panen jahe yang lebih panjang. Untuk tanaman pepaya membutuhkan investasi yang sedikit lebih lambat dibanding tanaman cabai atau tomat, akan tetapi saat tanaman pepaya sudah memasuki fase panen, maka tingkat perputaran modalnya lebih cepat dimana pembudidaya bisa mendapatkan penerimaan paling tidak satu minggu sekali. Dengan mengetahui tingkat perputaran modal, pelaku agribisnis dalam memperkirakan kemampuan pengembalian modal.

c. Daya tahan hasil produksi pasca panen
Sifat ini merupakan sifat fisik produk agribisnis pertanian. Perlu diketahui apakah produk agribisnis tersebut mudah rusak oleh kesalahan perlakuan fisik selama pemanenan atau pengangkutan. Jika produk tersebut mudah rusak, tentu saja penanganan panen dan pasca panen harus hati-hati dan usahakan untuk mengikuti SOP (Standar Operasional Prosedur) yang sudah dibuat. Jika produk tersebut tidak mudah rusak, seperti gabah, penanganan tentu saja bisa dilakukan secara tradisional, sejauh tidak mengakibatkan kerugian yang fatal.

3. Agroklimat

Agroklimat mempunyai arti iklim yang berhubungan dengan kegiatan pertanian. Dalam agribisnis pertanian, faktor agroklimat sangat menentukan keberhasilan usaha. Memaksa tanaman untuk tumbuh di daerah dengan agroklimat yang tidak sesuai akan fatal terhadap keberhasilan agribisnis.

Faktor-faktor agroklimat yang perlu diketahui dalam agribisnis pertanian meliputi keadaan tanah/lahan, ketinggian tempat, suhu, dan curah hujan.

a. Keadaan tanah
Keadaan tanah yang harus disesuaikan dengan jenis tanaman budidaya secara umum adalah jenis tanah dan tingkat keasaman tanah (pH). Jenis tanah harus diusahakan sesuai dengan jenis tanaman budidaya dalam kegiatan agribisnis. pH tanah juga haru berada pada kisaran optimal untuk pertumbuhan tanaman budidaya. Pengukuran pH tanah dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut pH meter atau cairan pH tester.
Informasi selengkapnya tentang pH tanah bisa dilihat pada artikel pH Tanah

b. Ketinggian tempat
Ketinggian tempat merupakan salah satu syarat tumbuh jenis tanaman yang akan dibudidayakan. Jangan memaksakan untuk menentukan agribisnis pada tanaman yang tidak sesuai dengan ketinggian tempatnya. Kesalahan menentukan jenis tanaman yang sesuai dengan ketinggian tempat akan berakibat fatal terhadap keberhasilan agribisnis.

c. Suhu udara
Suhu udara berkaitan erat dengan ketinggian tempat. Setiap ketinggian tempat naik 100 m, suhu udara akan turun kurang lebih 0,57°C. Suhu udara yang sesuai tanaman budiaya akan menunjang keberhasilan agribisnis.

d. Curah hujan
Satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk menunjang keberhasilan agribisnis pertanian adalah curah hujan. Tanaman budidaya yang tidak membutuhkan curah hujan tinggi maka jangan ditanam saat awal musim hujan. Demikian pula sebaliknya. Jika memaksakan untuk menanam tanaman yang rentan terhadap curah hujan tinggi dengan pertimbangan peluang harga yang bagus saat panen, maka harus diperhatikan juga biaya perawatan yang akan meledak mungkin bisa mencapai 200-300 persen.

Data agroklimat suatu daerah bisa diperoleh dari dinas-dinas pertanian setempat.

4. Teknologi Budidaya Dalam Agribisnis Pertanian

Teknologi budidaya untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda. Penerapan teknologi budidaya yang baik dan benar menjadi penentu keberhasilan agribisnis pertanian. Walaupun semua komponen sudah dipersiapkan, tetapi jika teknologi budidaya yang diterapkan tidak benar, maka besar kemungkina agribisnis pertanian yang kita usahakan akan menemui kegagalan. Oleh karena itu, dalam agribisnis pertanian mau tidak mau harus menguasai masing-masing teknologi budidaya dari jenis tanaman yang dibudidayakan.
Sebagai referensi untuk menunjang teknologi budidaya berikut kami sajikan beberapa pilihan teknologi budidaya mulai dari pengadaan bibit, pemupukan, hingga penanganan hama penyakit yang dapat mendukung kegiatan agribisnis pertanian :

Budidaya Bawang Merah, Budidaya Buah Naga, Budidaya Cabai, Budidaya Durian, Budidaya Jagung, Budidaya Jahe, Budidaya Jamur, Budidaya Jeruk, Budidaya Melon, Budidaya Padi, Budidaya Pepaya, Budidaya Semangka, Budidaya Tanaman Anggrek, Budidaya Tanaman Buah, Budidaya Terong, Budidaya Tomat.

Petunjuk Aplikasi Pestisida, Hama Penyakit Cengkeh, Hama Penyakit Durian, Hama Penyakit Tanaman Cabai, Hama Penyakit Tanaman Jagung, Hama Penyakit Tanaman Kentang.

Pupuk Dan Pemupukan, Pupuk Organik, Hormon Tumbuhan atau ZPT (Zat Pengatur Tumbuh).

5. Penanganan Pascapanen Hasil Produksi Agribisnis

Penanganan pasca panen merupakan penanganan terhadap hasil produksi agribisnis setelah panen selesai, atau setelah pemetikan hasil produksi. Pasca panen untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda. Penanganan pasca panen pada buah tomat dan gabah sangat berbeda jauh. Begitu pula untuk tujuan pemasaran. Jenis produksi yang sama akan mengalami penanganan pasca panen yang berbeda jika tujuan pemasarannya berbeda. Untuk pepaya yang dipasarkan ke pasar tradisional akan berbeda penanganannya dengan pepaya yang dipasarkan ke supermarket atau tujuan ekspor. Penanganan pasca panen yang tidak benar akan mengurangi nilai jual dari hasil produksi agribisnis pertanian.

Secara umum, penanganan pasca panen meliputi, pembersihan, pemilihan atau sortasi, pengelasan (grading), penyimpanan, pengepakan dan pengangkutan. Semua kegiatan tersebut bertujuan untuk menjaga kualitas hasil produksi agribisnis pertanian agar masuk dalam standar kualitas yang telah disepakati dengan pihak pembeli.

Artikel Terkait :

ASPEK PEMASARAN AGRIBISNIS PERTANIAN

More aboutASPEK PRODUKSI AGRIBISNIS PERTANIAN

KHASIAT DAN MANFAAT MADU

Madu memiliki khasiat dan manfaat yang sangat baik bagi kesehatan manusia. Madu merupakan salah satu bahan makanan yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Oleh karena itu, hasil produksi lebah madu ini juga memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Berikut ini akan kami jelaskan secara singkat beberapa khasiat dan manfaat madu bagi kesehatan manusia.

Khasiat Dan Manfaat Madu

  1. Untuk mengobati keluhan yang diakibatkan oleh penyakit tekanan darah, jantung, dan ginjal, dapat memanfaatkan campuran madu dengan sari buah semangka. Komposisi campuran tersebut terdiri dari satu sendok makan madu dan satu gelas sari buah semangka segar.
  2. Untuk merangsang nafsu makan, menambah daya ingat, dan menambah berat badan, dapat dilakukan dengan mencampur satu sendok makan madu dengan satu gelas sari buah mangga dan susu.
  3. Untuk merangsang syaraf dan hormon yang dapat meningkatkan gairah seksual tubuh serta menghilangkan akibat buruk dari gairah seks yang berlebihan, dapat digunakan campuran madu dengan air kelapa. Komposisi campuran tersebut adalah satu sendok makan madu dan satu gelas air kelapa.
  4. Untuk menyembuhkan rabun malam, lemah pendengaran, lemah ingatan, dan kehilangan daya penciuman, dapat digunakan campuran madu dengan sari daun kelor segar. Komposisi campuran tersebut adalah satu sendok teh madu dan satu sendok teh sari daun kelor. Ramuan tersebut diminum setiap malam sebelum tidur.
  5. Satu sendok teh sari bawang merah dicampur empat sendok teh madu dan dua buah telur rebus setengah matang yang diminum satu kali sehari selama 3 bulan, Untuk mencegah munculnya uban terlalu dini dan memperkuat sistem urat saraf, dapat digunakan campuran madu, sari bawang merah, dan telur. Komposisi campuran tersebut adalah empat sendok teh madu, satu sendok teh sari bawang merah, dan dua butir telur rebus setengah matang. Campuran tersebut diminum satu kali sehari selama tiga bulan berturut-turut.
  6. Madu juga bisa bisa digunakan untuk masker wajah. Bagi yang ingin menjaga kecantikan wajahnya bisa dengan mengoleskan madu murni pada wajah dan biarkan selama 15 menit. Setelah kering, basuhlah wajah Anda dengan air hangat. Cara lain dengan mencampurkan satu sendok teh madu dengan satu sendok makan susu bubuk, lalu oleskan pada wajah. Perawatan ini berguna untuk membersihkan sisa make-up pada wajah. Bilas dengan air hangat sesudahnya.
  7. Khasiat lain dari madu adalah untuk menjaga kecantikan kulit dengan mengoleskan madu pada kulit tubuh. Perawatan rutin selama dua kali seminggu akan membuat kulit bertambah terang dan bersinar. Selain dioleskan, madu juga dapat digunakan untuk mandi madu, yaitu dengan menambahkan setengah cangkir madu murni ke dalam bathub saat berendam

Kandungan Gizi Madu

Peranan madu juga dapat membantu pembentukan butir-butir darah merah dan mengobati penyakit mag. Adapun kandungan gizi yang terkandung dalam 100 gram madu adalah sebagai berikut :

Karbohidrat: 9,5 g
Kalori: 294 kalori
Fosfor: 16 mg
Air 20: g
Kalsium: 5 mg
Zat besi: 0,9 mg
Vitamin C: 4 mg
Protein: 0,3 mg
(Sumber : Balai Penelitian, Bogor)

Madu yang dihasilkan oleh lebah madu memiliki warna dan rasa yang berbeda. Hal itu dipengaruhi oleh jenis bunga dan tanaman yang menjadi makanan lebah madu tersebut. Madu yang berasal dari bunga kopi memiliki rasa agak pahit dan berwarna cokelat gelap.

Kualitas Madu

Dengan teknik pengolahan madu yang dilakukan secara benar, akan diperoleh madu berkualitas baik. Adapun kualitas madu yang baik adalah sebagai berikut.
  1. Terjamin kemurniannya, artinya tidak tercampur dengan bahan lain.
  2. Madu yang telah dipanen berkadar air 20 %.
  3. Berkadar gula kurang dari 10 %.
  4. Pada saat pengolahan, tidak melakukan pemanasan berlebihan yakni suhu madu tidak boleh menyebabkan peningkatan kadar HMT sebesar 40 mg/kg madu.
More aboutKHASIAT DAN MANFAAT MADU

MEDIA TANAM BUNGA ANGGREK

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki kekayaan dan keragaman jenis bunga anggrek. Dalam dunia tanaman hias, bunga anggrek merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki keindahan cukup mengesankan. Bunga yang tersusun dengan corak yang sangat beragam dalam setiap tangkai bunga yang keluar menjadikan penampilan tanaman yang satu ini semakin tampak artistik. Selain keindahannya, bunga anggrek memiliki kelebihan lain, yaitu daya tahan bunga yang cukup lama, sehingga sangat cocok dijadikan sebagai bunga potong.

Keberhasilan penanaman bunga anggrek ini tidak lepas dari pemilihan media tanam yang cocok. Jika media tanam yang digunakan tidak sesuai dengan karakter pertumbuhannya, bisa dipastikan bahwa tanaman anggrek yang kita budidayakan tidak akan memberikan penampilan yang menawan. Oleh karena itu, pada artikel ini akan kami bahas mengenai media tanam bunga anggrek dengan harapan bisa memberikan tambahan referensi bagi para penggemar bunga anggrek dalam melakukan kegiatan budidaya.

Media Tanam Bunga Anggrek Dari Pecahan Batu Bata Atau Genteng

Kedua media tanam ini sangat cocok untuk diguanakan sebagai media penanaman bunga anggrek dengan beberapa kelebihannya, antara lain, kedua media tanam tersebut merupakan tempat yang baik untuk melekatnya akar tanaman anggrek, memiliki sifat poros, sehingga sangat berperan dalam mengatur kelembapan sekitar akar, dan media yang baik untuk menyimpan air serta larutan unsur hara. Selain itu, kedua media ini cukup tahan lama dan tidak mudah lapuk. Media dari pecahan batu bata dan genteng ini juga berfungsi sebagai drainase dan aerasi yang cukup baik.

Kedua media tersebut, pecahan batu bata dan pecahan genteng, biasanya digunakan sebagai media dasar, dengan penempatan di dasar pot dan mengisi 1/3 bagian pot. Media berupa pecahan genteng memiliki keunggulan lebih tidak mudah ditumbuhi lumut jika dibandingkan dengan pecahan batu bata. Jika media tanam bunga anggrek sudah mulai ditumbuhi lumut, sebaiknya media tersebut segera diganti dengan media tanam yang baru. Namun, media berupa pecahan batu bata juga memiliki keunggulan lain yaitu dalam hal daya serap air. Pecahan batu bata memiliki daya serap air yang lebih tinggi dibanding dengan pecahan genteng.

Media Tanam Bunga Anggrek Dari Pakis

Media tanam ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain tidak mudah lapuk, sehingga lebih tahan lama, memiliki daya ikat air yang baik, serta memiliki aerasi dan drainasi yang baik. Sebelum pakis digunakan sebagai media tanaman bunga anggrek sebaiknya media tersebut direndam dalam larutan pupuk NPK yang bertujuan untuk meningkatkan kadar unsur hara dalam media. Sebelum digunakan, terlebih dahulu pakis dipotong atau dicincang dengan potongan yang agak besar. Jika potongan terlalu kecil, dikhawatirkan kelembaban media terlalu tinggi sehingga dapat menimbulkan serangan penyakit busuk akar. Untuk menghindari munculnya serangan penyakit tersebut, pada saat melakukan perendaman dengan larutan pupuk, sebaiknya air yang digunakan adalah air dari rebusan serai atau bawang putih. Serai dan bawang putih mengandung antibiotik alami yang bagus untuk mencegah munculnya penyakit busuk akar. Agar tidak dijadikan sarang semut, pada saat penyimpanan, media pakis sebaiknya digantung dan diangin-anginkan.

Media Tanam Bunga Anggrek Dari Serutan Atau Potongan Kayu

Serutan atau potongan kayu biasanya digunakan sebagai media tanam bunga anggrek tipe terestrial atau jenis bunga anggrek tanah. Keunggulan media tanam ini adalah memiliki aerasi dan drainase yang sangat baik. Kelebihan lainnya adalah tidak mudah lapuk, karena kayu banyak mengandung senyawa yang sulit terdekomposisi, seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Dengan demikian, penggunaan media tanam ini memiliki daya tahan yang sangat baik. Namun, baik serutan kayu maupun potongan kayu memiliki kemampuan mengikat air yang sangat rendah, sehingga dalam penggunaannya media tanam tersebut lebih cepat kering. Oleh karena itu, media tanam ini sebaiknya digunakan sebagai media campuran sabut kelapa atau pakis. Perlakuan pada media tanam dari serutan kayu atau potongan kayu ini tidak jauh berbeda dengan media tanam dari pakis.

Media Tanam Bunga Anggrek Dari Sabut Kelapa

Kelebihan media tanam ini adalah memiliki daya simpan air yang cukup baik. Selain itu, sabut kelapa juga mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Harga media tanam bunga anggrek dari sabut kelapa ini juga dapat diperoleh dengan harga yang relatif murah serta cara mendapatkannya yang lebih mudah karena sabut kelapa biasanya banyak tersedia di tempat-tempat penggilingan kelapa. Sabut kelapa yang akan digunakan sebagai media tanam bunga anggrek sebaiknya dipilih sabut yang sudah tua, kemudian dipotong sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Namun, media tanam ini memiliki kelemahan, yaitu mudah lapuk, sehingga lebih tidak tahan lama dibanding dengan media tanam lain sehingga mudah menimbulkan resiko serangan penyakit akar. Perlakuan media tanam dari sabut kelapa sama seperti perlakuan pada media tanam dari pakis. Media yang belum digunakan harus disimpan di tempat yang kering dan sejuk.

Media Tanam Bunga Anggrek Dari Arang Kayu

Kelebihan media tanam bunga anggrek dari arang kayu adalah tidak mudah lapuk sehingga lebih tahan lama, tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri yang berpotensi menimbulkan penyakit perakaran, memiliki daya ikat air yang cukup baik. Namun, media tanam ini memiliki kadungan unsur hara yang rendah, sehingga untuk menopang pertumbuhan dan perkembangan bunga anggrek maka harus dilakukan pemupukan dengan lebih intensif. Kelebihan lain dari arang kayu adalah mampu berperan sebagai buffer, sehingga petani atau pembudidaya tanaman anggrek tidak perlu khawatir jika terjadi kelebihan dosis pemupukan karena sifat arang kayu ini mampu mentolelir kelebihan dosis tersebut. Perlakuan media dari arang kayu ini sama dengan perlakuan pada media tanam dari pakis. Penyimpanan arang kayu dilakukan ditempat yang sejuk dan kering.

Media Tanam Bunga Anggrek Dari Moss Kadaka

Moss kadaka merupakan jenis tanaman yang berbentuk menyerupai rumput dan termasuk tanaman dari marga paku-pakuan. Tanaman ini dapat ditemukan di hutan-hutan dan biasanya tumbuh melekat pada batang pohon yang besar. Moss kadaka biasanya digunakan sebagai media tanam bunga anggrek tipe epifit maupun terestrial. Jaringan tanaman kadaka yang digunakan sebagai media tanam bunga anggrek jika sudah lapuk bisa dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi, karena mengandung unsur hara yang dibutuhkan bunga anggrek. Kelebihan lain dari media tanam ini adalah kemampuannya dalam mengatu kelembaban, sehingga tidak mudah menimbulkan serangan penyakit busuk akar padan tanaman bunga anggrek yang disebabkan baik oleh bakteri maupun fungi. Daya tahan media tanam ini kurang lebih selama satu tahun. Namun, untuk mendapatkan media tanam dari moss kadaka harus membelinya dengan harga yang relatif mahal. Perlakuan media tanam dari moss kadaka sebelum digunakan sebagai media tanam bunga anggrek sama seperti perlakukan pada media tanam dari pakis. Media ini dapat disimpan dalam karung dan ditempatkan dalam ruangan yang kering.
More aboutMEDIA TANAM BUNGA ANGGREK

CARA BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK

Tanaman anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang memiliki penampilan sangat menarik. Keindahan tanaman anggrek dapat dilihat dari untaian, bentuk, warna dan corak bunga yang sangat bervariasi. Tanaman anggrek merupakan jenis bunga potong, yang memiliki daya tahan cukup bagus sehingga bisa lebih tahan lama untuk dinikmati keindahannya.

PERBANYAKAN BIBIT TANAMAN ANGGREK

PERBANYAKAN bibit tanaman anggrek bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu perbanyakan generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif adalah perbanyakan dilakukan melalui proses perkawinan atau penyerbukan, yaitu dengan menggunakan biji. Sementara itu, perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman itu sendiri, bisa dilakukan dengan teknik setek, keiki, pemisahan rumpun, dan kultur jaringan.

A. Perbanyakan Tanaman Anggrek Secara Generatif

Biji tanaman anggrek bisa didapatkan dengan melakukan perkawinan atau penyerbukan buatan terlebih dahulu. Penyerbukan secara alami sangat sulit berhasil, selain harus melakukan pernyerbukan, biji tanaman anggrek membutuhkan waktu yang relatif lama hingga tumbuh menjadi bibit tanaman. Sehingga perbanyakan dengan cara ini jarang dilakukan oleh pembudidaya tanaman anggrek.

Biji tanaman anggrek sangat bergantung pada keberadaan cendawan mikoriza. Biji tanaman anggrek mendapatkan nutrisi dari sekresi cendawan mikoriza. Penyemaian biji tanaman anggrek biasanya dilakukan dengan menggunakan media yang terdiri dari kalsium nitrat 1 gram, monobasicpotasium fosfat 0,25 gram, magnesium sulfat 0,25 gram, amonium sulfat 0,50 gram, sukrosa 20 gram, ferro sulfat 0,025 gram, mangaan sulfat 0,0075 gram, dan ditambah agar-agar 10-20 gram serta air kelapa 100-150 cc. Biji tersebut ditebar di atas media yang telah dipersiapkan dan harus dalam keadaan steril dengan pH 5,0-5,2. Biasanya biji anggrek akan berkecambah pada umur tiga minggu setelah semai. Pada umur 9-12 bulan setelah semai, bibit anggrek dapat dipindahtanamkan ke media yang lebih besar atau ke dalam pot komunitas.

Media penyemaian biji tanaman anggrek tersebut memang sangat sulit di dapat, oleh karena itu, bagi pembudidaya tanaman anggrek dapat melakukan penyemaian biji anggrek melalui jasa penyedia media, biasanya melalui jasa laboratorium tanaman anggrek. Setelah bibit tersebut bisa tumbuh di media agar-agar dalam botol maka bibit tersebut bisa diambil.

B. Perbanyakan Tanaman Anggrek Secara Vegetatif

Perbanyakan bibit tanaman anggrek dengan cara vegetatif ini biasanya dapat menghasilkan keturunan yang memiliki karakter sama dengan induknya. Penyimpangan genetik biasanya terjadi karena faktor luar lain, seperti pemupukan, serangan hama penyakit, maupun kondisi lingkungan. Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan cara mengambil bagian tanaman tertentu kemudian menanamnya secara terpisah pada lahan yang telah dipersiapkan.

a. Perbanyakan Tanaman Anggrek Dengan Teknik Pemisahan Rumpun

Perbanyakan tanaman anggrek dengan teknik pemisahan tumpun dapat dilakukan dengan cara memecah tunas tanaman anggrek simpodial atau berbatang semu, seperti Dendrobium sp. dan Cattleya sp. Anggrek yang siap dipecah sebaiknya dipilih yang bercabang 3-5. Setelah dipecah, tanaman anggrek tersebut bisa langsung ditanaman pada media yang telah dipersiapkan.

b. Perbanyakan Tanaman Anggrek Dengan Menggunakan Keiki

Keiki adalah anakan tanaman anggrek yang tumbuh liar di ujung umbi. Keiki ini berupa tunas yang muncul di ruas-ruas tanaman anggrek dewasa. Keiki atau tunas liar tersebut akan terbentuk jika media tanam tidak pernah diganti, sehingga akar tanaman banyak rusak. Terhambatnya pertumbuhan akar tanaman anggrek tersebut mengakibatkan pertumbuhan tunas yang harusnya muncul pada pangkal batang pindah ke ruas tanaman. Dengan kata lain, jika tanaman anggrek rajin diganti media tumbuhnya, maka kemungkinan muncul keiki sangat kecil. Oleh karena itu, bila pembudidaya ingin melakukan perbanyakan tanaman anggrek dengan memanfaatkan keiki, maka media tanaman tanaman anggrek tersebut tidak diganti.

Keiki yang akan ditanam sebaiknya dicari yang berukuran panjang kurang lebih 20 cm dan sudah menghasilkan akar sebanyak 3-4 helai. Pemotongan dilakukan dengan hati-hati, dan umbi induk harus ikut terangkat. Menyertakan umbi induk saat pemotongan bertujuan untuk memberikan cadangan makanan pada keiki sebelum keiki mampu menyerap makanan sendiri, atau sampai terbentuknya akar. Keiki sebaiknya tidak langsung ditanam tetapi ditempelkan dulu di lempengan pakis sampai terjadi penambahan umbi. Jika umbi sudah terbentuk 2-3 buah, keiki siap dipindahkan ke pot. Anggrek yang diperbanyak dengan keiki masa berbunganya lebih lama dibandingkan dengan cara pemisahan rumpun. Perbanyakan anggrek dengan keiki ini hanya bisa dilakukan pada anggrek Dendrobium sp.

c. Perbanyakan Tanaman Anggrek Dengan Teknik Stek

Perbanyakan tanaman anggrek dengan teknik stek merupakan cara perbanyakan vegetatif yang menggunakan batang atau tunas. Cara perbanyakan tanaman anggrek ini biasanya dilakukan pada tanaman anggrek berbatang satu atau anggrek jenis monopodial, serta serta pada tanaman anggrek dengan cara hidup terestrial, seperti anggrek Arachnis sp. , Vanda terestrial, dan Aeridachnis sp. .

Cara melakukan perbanyakan tanaman anggrek dengan teknik stek ini bisa dilakukan dengan mengambil bagian tanaman yang tingginya sudah mencapai dua meter atau lebih. Batang tanaman tersebut dipotong kira-kira 80 cm dari pucuk tanaman. Bekas potongan batang tersebut dioles dengan perangsang akar misalnya rooton F, kemudian ditanam pada media yang sudah disiapkan. Pada umur enam bulan, pada bagian pangkal batang yang ditanam tersebut sudah tumbuh akar dan biasanya sudah muncul tunas-tunas baru. Dengan demikian proses perbanyakan tanaman anggrek tersebut bisa dikatakan berhasil.

d. Perbanyakan Tanaman Anggrek Dengan Teknik Kultur Jaringan

Perbanyakan dengan cara ini akan menghasilkan bibit dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan perbanyakan cara lainnya. Hanya dengan sebagian kecil dan jaringan tanaman sudah bisa diperoleh ribuan bibit. Perbanyakan ini umumnya dilakukan pembudidaya tanaman anggrek yang berorientasi usaha atau bisnis dalam skala besar, untuk memenuhi permintaan konsumen.

Secara singkat, proses kerja perbanyakan tanaman anggrek dengan cara kultur jaringan sebagai berikut:

Cari tunas tanaman anggrek yang berukuran 5 cm dari umbi induk. Tunas tersebut kemudian dikerat dan disteril dengan merendam dalam larutan Clorox 10% selama 10 menit. Tunas yang sudah disteril tersebut kemudian dibuka dengan menggunakan pisau dalam keadaan steril di entkast. Langkah selanjutnya adalah mengambil itik tumbuh (meristem) yang ada di bagian pucuk tunas. Titik tumbuh atau meristem tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan hara steril. Kemudian erlenmeyer dikocok dengan menggunakan alat pengocok berkecepatan sekitar 60-100 rpm selama 24 jam. Dalam waktu sekitar 2 bulan, eksplan telah membentuk kalus yang semakin lama semakin membesar.

Pertumbuhan yang membesar itu menyebabkan jaringan terpecah-pecah. Tiap pecahan bisa dipindahkan lagi ke botol erlenmeyer lain dan mendapatkan perlakuan yang sama (dikocok). Demikian seterusnya, setiap jaringan pecah, segera dipindahkan ke erlenmeyer lain. Pada akhirnya jaringan tersebut ditumbuhi plb (protocorm like bodies) yang jika dipindahkan ke media padat atau media agar-agar akan menjadi plantet (anak semai). Anak semai selanjutnya ditanam berjajar di media padat dalam botol. Jika anak semai di media padat telah menyundul langit-langit botol serta tumbuh akar banyak, pertanda bibit siap dipindahkan ke dalam pot komunitas.

PEMILIHAN MEDIA TANAM ANGGREK

Media tanaman memiliki fungsi utama sebagai tempat tumbuh tanaman anggrek. Selain itu, media tanam juga berfungsi untuk menyimpan air dan unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Untuk mendukung fungsi-fungsi tersebut, maka media tanaman harus memenuhi standar pertumbuhan tanaman anggrek. Beberapa kondisi media tanam yang memenuhi standar tersebut antara lain, media harus poros, mudah menyimpan air, tidak mudah diinangi penyakit, memiliki daya aerasi yang cukup baik, mampu memberikan tambahan nutrisi pada tanaman, serta murah dan mudah didapat.

Tanaman anggrek akan memiliki pertumbuhan yang optimal jika media tanaman tersebut memiliki derajat keasaman (pH) antara 6-6,8. Oleh karena itu, pengecekan pH media harus dilakukan karena media tanam ini sangat mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman anggrek dan produksi bunga anggrek yang dibudidayakan. Untuk mengetahui pH media bisa dilakukan dengan menggunakan pH tester.

Informasi lebih lengkap tentang pH tanah bisa dilihat pada artikel pH Tanah

Penggantian media tanam baru juga harus dilakukan jika pertumbuhan tanaman anggrek sudah terlalu padat atau jumlah tunas dan batang sudah terlalu padat dalam satu pot; kondisi media tanam sudah hancur, yang bisa menyebabkan media menjadi asam; dan setelah selesai berbunga, agar dapat merangsang tunas anakan baru. Media tanaman yang biasa digunakan oleh pembudidaya atau penggemar tanaman anggrek di Indonesia adalah pecahan batu bata atau genteng, serutan atau potongan kayu, sabut kelapa, arang kayu, serta moss kadaka.

Informasi lebih lengkap tentang media tanam anggrek bisa dilihat pada artikel Media Tanam Bunga Anggrek

PEMUPUKAN TANAMAN ANGGREK


Pemupukan merupakan kegiatan memberikan nutrisi atau unsur hara yang diberikan kepada tanaman. Pemupukan bisa dilakukan melalui akar maupun daun. Pemupukan melalui akan dilakukan dengan cara memberikan pupuk pada media tanaman. Sedangakan pemupukan melalui daun dilakukan dengan cara memberikan pupuk melalui mulut daun. Pemberian pupuk melalui daun biasanya dilakukan dengan penyemprotan pupuk pada permukaan daun, terutama permukaan daun bagian bawah, karena mulut daun banyak terdapat di permukaan daun bagian bawah. Pemupukan lewat daun ini lebih afektif, karena mulut daun ini mampu menyerap pupuk yang diberikan sebanyak 90%.

Kebutuhan unsur hara pada setiap fese pertumbuhan tanaman anggrek berbeda-beda. Untuk Tanaman anggrek yang masih pada fase pembibitan membutuhkan unsur hara nitrogen lebih tinggi, yaitu 60% N, 30% P, dan 10% K. Pupuk diberikan cukup sekali melalui daun selama fase pembibitan. Pada fase tanaman muda, kebutuhan nutrisi atau unsur hara pada tanaman anggrek adalah 30% N, 30% P, dan 30% K. Pemberian pupuk melalui daun cukup diberikan seminggu sekali, sedangkan pemupukan melalui akar dapat diberikan tiga minggu sekali. Kebutuhan pupuk untuk tanaman anggrek dewasa yang sudah memasuki fase generatif atau pembungaan adalah 10% N, 60% P, dan 30% K. Pemupukan lewat daun diberikan seminggu sekali, sedangkan pemupukan lewat akar bisa diberikan tiga minggu sekali pada media tanam.

Informasi lebih lengkap tentang pupuk bisa dilihat pada artikel Pupuk dan Pemupukan

PENYIRAMAN TANAMAN ANGGREK

Air merupakan kebutuhan pokok mahluk hidup. Seperti halnya tanaman lain, tanaman anggrek juga akan memiliki pertumbuhan yang optimal jika kebutuhan air tercukupi. Namun pemberian air pada pada tanaman anggrek tidak boleh berlebihan, karena akan mengakibatkan media tanam terlalu lembab dan mudah terserang penyakit. Jika media tanam terlalu kering, maka tanaman anggrek akan mengalami dehidrasi yang ditandai dengan mengerutnya umbi semu. Demikian juga sebaliknya, jika pemberian air terlalu berlebihan, maka akar tanaman anggrek akan mudah terserang penyakit, terutama busuk akar dan busuk pangkal batang. Jika tanaman anggrek mengalami busuk akar, maka penyerapan unsur hara akan terhambat, dan tanaman dapat mengalami kelayuan.

Beberapa proses dalam jaringan tanaman berjalan dengan bantuan air. Misalnya, fotosintesis berupa asimilasi CO₂ di dalam butir hijau daun dengan bantuan cahaya. Asimilasi protein pun hanya mungkin terjadi jika ketersediaan air mencukupi. Pengangkutan unsur hara dari akar ke seluruh bagian tanaman juga menggunakan bantuan air. Demikian juga dengan pengangkutan basil fotosintesis ke akar atau bagian tanaman lain.

Pengairan yang cukup akan mempengaruhi proses respirasi pada tanaman. Tanaman anggrek akan menyerap air untuk menopang pertumbuhannya. Air yang telah diserap oleh tanaman akan menguap jika suru lingkungan terlalu tinggi kemudian dengan cadangan air yang cukup, akan menurunkan suhu tanaman. Tanaman yang mengalami kekurangan air maka tekanan turgor akan menyusut atau berkurang sehingga organ tumbuh tanaman akan layu dan akhirnya tanaman mati. Namun, jika tanaman yang mengalami kekurangan air tersebut belum melewati titik layu permanen, dengan pemberian air yang tepat, maka turgor sel akan kembali seperti semula sehingga tanaman dapat hidup dengan normal.

Penyiraman yang berlebihan pada tanaman anggrek akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman anggrek terganggu. Air yang berlebihan akan membungkus permukaan akar tanaman anggrek, sehingga akar tanaman anggrek akan kesulitan bernafas. Penyerapan air yang berlebihan oleh tanaman juga akan mengakibatkan tanaman anggrek mudah terserang hama dan penyakit. Butir-burtir air akan terkumpul di pucuk tanaman sehingga tunas tanaman anggrek akan mudah terinfeksi oleh cendawan atau bekteri. Tunas yang terserang penyakit akan berwarna cokelat kehitaman dan akhirnnya mati.

Frekuensi dan volume pemberian air pada tanaman anggrek berbeda-beda, tergantung pada jenis dan keadaan lingkungan. Tanaman anggrek monopodial, seperti anggrek Vanda sp. , anggrek Arachnis sp. , dan anggrek Renanthera sp. merupakan jenis tanaman yang membutuhkan intensitas cahaya matahari langsung. Oleh karena itu, jenis anggrek ini membutuhkan air lebih banyak dibanding jenis tanaman anggrek lain. Penyiraman pada saat musim kemaru paling tidak dilakukan dua kali sehari.

Faktor Yang Menentukan Frekuensi Dan Volume Penyiraman Pada Tanaman Anggrek

a. Jenis Tanaman Anggrek

Jenis tanaman anggrek sangat mempengaruhi frekuensi dan volume pemberian air. Tanaman anggrek yang tumbuh dengan intensitas sinar matahari langsung, seperti anggrek terestrial atau jenis anggrek tanah, seperti Vanda, Renanthera, Arachnis, dan Renanthera, maupun tanaman anggrek jenis litofit, seperti Dendrobium, dan Phalaenopsis, membutuhkan air yang lebih banyak dibanding dengan jenis tanaman anggrek yang lain. Apalagi jika kondisi cuaca sangat panas, pemberian air harus dilakukan lebih banyak. Penyiraman pada siang hari harus dilakukan dengan hati-hati karena justru akan mengakibatkan daun tanaman terbakar. Penyiraman sebaiknya menggunakan alat semprot yang dapat membasahi seluruh permukaan tanaman.

Berbeda dengan jenis tanaman anggrek di atas, untuk jenis anggrek epifit (Cattleya dan Oncidium), semi-epifit (Brassavola, Epidendrum, Laelia), dan saprofit (Goodyera), kebutuhan akan air lebih sedikit. Pemberian air cukup dilakukan satu kali sehari. Tanaman anggrek jenis ini sangat rentan terhadap kelebihan air. Jika terjadi kejenuhan air, maka tanaman akan mudah terserang penyakit busuk akar.

Waktu penyiraman yang baik pada tanaman anggrek yaitu pada pagi hari sekitar pukul 07.00-09.00 dan dan sore hari sekitar pukul 16.00-18.00. Penyiraman pada siang hari akan beresiko, karena justru membuat daun tanaman terbakar. Jika tanaman mengalami kekeringan pada siang hari, sebaiknya tidak buru-buru dilakukan penyiraman, karena tanaman anggrek tidak akan mengalami kematian hanya karena kekurangan air selama beberapa jam. Penyiraman sebaiknya dilakukan setelah cuaca tidak begitu panas.

b. Media Tanam Bunga Anggrek

Media tanam bunga anggrek sangat mempengaruhi frekuensi dan volume pemberian air. Kualitas media tanam sangat berpengaruh pada kemampuan dalam hal menyerap dan mengikat air. Dengan demikian, frekuensi dan volume pemberian air antara media tanaman yang satu dengan media tanam yang lain berbeda-beda. Media tanam yang mempunyai daya serap air besar kebutuhan penyiramannya berbeda dengan media tanam yang berdaya serap kecil. Pada media tanam bunga anggrek yang memiliki daya serap air bagus, seperti sabut kelapa, pakis, atau kadaka, membutuhkan penyiraman yang lebih sedikit yaitu cukup satu kali sehari. Sementara itu, pada media tanam yang memiliki daya serap air rendah, seperti arang, becahan batu bata atau genteng, dan potongan atau serutan kayu, membutuhkan volume dan frekuensi penyiraman yang lebih tinggi.

c. Kondisi Cuaca

Pada cuaca panas, dengan terik sinar matahari tinggi, penyiraman dilakukan lebih sering dengan volume air yang lebih banyak, terutama pada media yang memiliki daya simpan air rendah. Untuk tipe anggrek panas, penyiraman sebaiknya dilakukan setelah permukaan media tanaman tampak kering. Untuk tipe tanaman anggrek dingin penyiraman dilakukan saat kelembaban udara dirasa cukup rendah dan temperatur tinggi.

Cara Pemberian Air Pada Tanaman Anggrek

Pemberian air pada tanaman anggrek dapat dilakukan dengan berbagai cara. Jika penanaman anggrek dilakukan di dalam pot dan dalam jumlah sedikit, maka pemberian air dapat dilakukan dengan menggunakan gembor. Tetapi jika penanaman anggrek dilakukan di lahan atau kebun, maka pemberian air dilakukan dengan menggunakan alat semprot, pompa air, prinkler, atau sistem irigasi tetes.
More aboutCARA BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK

BUDIDAYA TANAMAN BUAH

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki aneka tanaman buah yang sangat beragam. Akan tetapi keragaman tanaman buah di Indonesia tidak didukung dengan produksi buah yang baik. Hal ini terutama untuk tanaman buah yang berumur panjang atau tahunan, seperti durian, mangga, rambutan, kedondong, dan sebagainya.

Rendahnya produksi buah di Indonesia mengakibatkan kekurangan pasokan buah. Untuk mengatasi hal tersebut, maka Indonesia harus mengimpor beberapa jenis buah dari luar negeri, seperti anggur, apel, jeruk, dll.

Jika dilihat dari posisi strategis Indonesia yang berada di daerah tropis, sebetulnya kekurangan kebutuhan buah dalam negeri tersebut bisa diatasi dengan meningkatkan produksi buah nasional. Tentu saja para petani harus mengetahui tatalaksana pemeliharaan yang benar sehingga bisa meningkatkan produksi tanaman buah.

Fungsi Tanaman Buah

Fungsi utama tanaman buah adalah untuk menghasilkan buah, sebagai tanaman pelindung, untuk merehabilitasi lahan-lahan kritis, serta untuk mencegah erosi. Selain itu, tanaman buah yang ditanam di pekarangan rumah juga memiliki fungsi lain, yaitu sebagai tanaman hias, tanaman pelindung atau peneduh, dan tanaman penahan angin.

Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Buah

Fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman buah seperti tanaman pada umumnya. Fase tersebut dibedakan menjadi dua fase, yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Sekalipun kedua fase tersebut berbeda, akan tetapi kedua fase tersebut berjalan bersama tetapi lebih dominan pada salah satu fase.

Fase generatif merupakan fase pertumbuhan dimana tanaman menimbun karbohidrat untuk pembentukan bunga, buah, biji, serta pemasakan buah. Sedangkan fase vegetatif adalah fase dimana tanaman menggunakan sebagian besar karbohidrat untuk membentuk akar, batang, daun, pucuk tanaman, dan pembesaran tanaman.

Syarat Tanaman Buah

Agar tanaman mampu berbuah dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka dibutuhkan beberapa syarat yang mendukung kondisi tanaman untuk berbuah. Berikut ini syarat-syarat tanaman untuk berbuah :
  1. Lingkungan tempat tumbuh tanaman harus memenuhi syarat-syarat pertumbuhan tanaman bersangkutan, baik suhu, kelembaban, cuaca, ketinggian tempat, curah hujan, maupun intensitas sinar matahari yang masuk. Suatu tanaman tidak akan tumbuh dengan baik apabila kondidi lingkungan yang cocok untuk tanaman tersebut tidak terpenuhi. Sebagai contoh, tanaman yang cocok ditanam di dataran tinggi tidak akan tumbuh dengan baik jika ditanam di dataran rendah. Begitu pula tanaman yang cenderung berbuah pada musim kemarau maka tidak akan menghasilkan buah pada musim hujan. Kondisi lingkungan terseubut dikenal dengan istilah kondisi makroklimat
  2. Selain kondisi makroklimat, pertumbuhan dan perkembangan tanaman juga dipengaruhi oleh kondisi mikroklimat, yaitu lingkungan tanah tempat tumbuh tanaman tersebut. Kondisi mikroklimat juga harus memenuhi syarat masing-masing jenis tanaman, sehingga tanaman tersebut bisa tumbuh optimal dan berbuah sesuai dengan target kita. Kondisi mikroklimat diantaranya adalah pH tanah, kelembaban tanah, struktur tanah, keadaan air tanah, kandungan unsur hara dalam tanah dan banyaknya mikroorganisme dalam tanah.
  3. Faktor lain yang mempengaruhi tanaman untuk berbuah adalah sifat tanaman. Sifat tanaman sangat terkait dengan genetika tanaman. Sifat tanaman tersebut harus betul-betul merupakan tanaman unggul. Sekalipun semua kondisi atau persyaratan sudah terpenuhi, tetapi jika tanaman buah yang kita tanaman ternyata memiliki sifat mandul, maka jangan berharap banyak tanaman kita mampu berbuah sesuai dengan harapan. Bahkan bisa jadi tidak berbuah sama sekali.
  4. Syarat lain yang mempengaruhi kecepatan tanaman berbuah adalah kesehatan tanaman. Pastikan bahwa tanaman buah tersebut tidak terserang hama atau penyakit. Selain itu juga harus dihindari penyakit fisiolongis akibat ketidakseimbangan unsur hara yang diberikan
Jika persyaratan atau kondisi di atas bisa dipenuhi, maka langkah selanjutnya adalah mempercepat tanaman untuk memasuki fase generatif atau fase pembuahan. Manipulasi tersebut bisa dilakukan dengan cara pemangkasan, pelukaan batang, pemupukan, pengaturan pemberian air, atau dengan pemberian ZPT (Zat Pengatur Tumbuh).

Faktor Yang Menyebabkan Kegagalan Tanaman Berbuah

Jika semua faktor tersebut di atas sudah bisa dipenuhi dan tanaman kita belum juga berbuah, kemungkinan ada beberapa faktor yang menyebabkan tanaman tersebut gagal membentuk buah. Faktor-faktor yang menyebabkan tanaman gagal membentuk buah antara lain:
  1. Tanaman tersebut merupakan jenis pohon yang membutuhkan tanaman jantan untuk berbuah. Jika tanaman buah kita termasuk jenis tanaman seperti ini, maka harus ada tanaman jantan yang berada disekitar tanaman buah tersebut. Salah satu contoh tanaman yang membutuhkan tanaman jantan untuk membentuk buah adalah kelengkeng.
  2. Bisa juga tanaman mengalami mutasi gen yang mengakibatkan tanaman tersebut mandul.
  3. Munculnya bunga jantan dan bunga betina tidak bersamaan dan sebelum penyerbukan terjadi, salah satu bunga tersebut sudah gugur terlebih dahulu.
  4. Pemupukan nitrogen (N) yang berlebihan sehingga tanaman cenderung melakukan pertumbuhan vegetatif. Tanaman tersebut terlau subur sehingga karbohidrat yang dihasilkan dari proses fotosintesis hanya digunakan untuk pertumbuhan, akibatnya tanaman bisa tidak membentuk buah sama sekali.
  5. Tanaman belum mencapai batas umur untuk berbuah. Batas umur tanaman untuk berbuah tergantung pada jenis dan varietas tanaman tersebut. Selain itu, bibit tanaman juga akan mempengaruhi batas umur untuk berbuah. Menggunakan bibit yang dihasilkan dari perbanyakan generatif (menggunakan biji) pasti akan memiliki batas umur yang lebih panjang dibanding dengan menggunakan bibit tanaman yang dihasilkan dari berbanyakan vegetatif (misalnya, stek, cangkok, dll.). Bibit tanaman yang dihasilkan dari perbanyakan generatif harus memulai pertumbuhan dari awal. Biji yang tumbuh menjadi tanaman baru harus membentuk akar, batang, tajuk, daun, sehingga awal produksi bunga atau buah lebih lembat.
  6. Jika tanaman tersebut berbunga lebat, tetapi bunga tersebut akhirnya gugur atau rontok sebelum membentuk buah, penyebabnya adalah sebagai berikut:
    1. Tanaman kekurangan nitrogen (N) dan pemberian kalsium (Ca) yang berlebihan.
    2. Ketersediaan air yang kurang mencukupi, biasanya terjadi pada musim kemarau.
    3. Jika bibit yang digunakan merupakan bibit dari perbanyakan dengan cara okulasi, atau menyambung (grafting) kemungkinan kualitas batang bawah yang digunakan kurang bagus.
    4. Serangan hama dan penyakit yang mengakibatkan tanaman tidak mampu membentuk buah. Bunga yang terserang biasanya membusuk sebelum menjadi buah atau saat buah masih kecil.
    5. Hujan yang terlalu deras, angin yang terlalu kencang, dan kemarau yang terlalu panjang.
    6. Penyemprotan menggunakan bahan kimia yang berlebihan pada saat tanaman sedang membentuk bunga. Pada saat tanaman sedang membentuk bunga, sebaiknya penyemprotan menggunakan bahan kimi harus dilakukan dengan dosis yang terukur, bahkan kalau tidak memaksa, sebaiknya penyemprotan harus dihindari saat tanaman sedang berbunga. Bunga tersebut bisa rontok karena terkena paparan bahan kimia yang berlebihan.

Penanggulangan Terhadap Kegagalan Tanaman Berbuah

Setelah mengetahui faktor-faktor pendukung atau syarat-syarat tanaman untuk berbuah dan faktor-faktor yang menyebabkan tanaman gagal membentuk buah, sebaiknya kita melakukan hal sebagai berikut sebagai langkah untuk membuat tanaman buah kita lebih produktif:
  1. Pastikan bahwa tanaman buah yang kita tanaman sesuai dengan kondisi lingkungan, iklim, curah hujan, dan persyaratan-persyaratan lain yang dibutuhkan. Cabut dan ganti dengan tanaman lain jika tanaman tersebut tidak sesuai dengan syarat tumbuhnya.
  2. Untuk tanaman-tanaman yang tidak membutuhkan air dalam jumlah banyak, sebaiknya dibuat saluran drainase atau pembuangan air agar tidak terjadi kelebihan air di lahan. Pengaturan terhadap kelebihan air terutama dilakukan saat musim hujan. Sebaliknya, untuk tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah banyak, terutama pada musim kemarau, harus dilakukan penyiraman atau penggenangan yang cukup.
  3. Lakukan pemangkasan secara rutin agar tanaman buah tidak terlalu rimbun. Pemangkasan juga bertujuan untuk merangsang tanaman memasuki fase generatif. Pemangkasan dilakukan dengan memotong ranting yang tumbuh kearah batang utama, ranting yang bersilangan, dan ranting yang tumbuh ke atas atau vertikal.
  4. Untuk mengurangi kerimbunan daun, juga bisa dilakukan dengan membuang kulit batang sekitar 1 cm di sekeliling batang. Selain itu, bisa juga dengan memangkas sebagian akar. Ujung-ujung akar dipotong menggunakan singkup atau cangkul seperlunya. Pemotongan akar jangan terlalu banyak, agar tanaman tidak mati.
  5. Jika batang bawah yang digunakan untuk okulasi atau grafting kurang bagus maka harus segera diganti. Batang bawah yang kurang bagus akan menghasilkan tanaman yang tidak berkualitas, sehingga perlu dilakukan penggantian tanaman atau melakukan okulasi, atau grafting ulang. Kombinasi adalah perpaduan antara bibit generatif (asal biji) sebagai batang bawah dengan bibit vegetatif (asal pucuk, mata tunas cabang atau ranting) dari tanaman yang memiliki kualitas buah yang bagus.
  6. Meskipun pertumbuhan tanaman kombinasi sudah baik, tetap harus dibongkar atau diganti batang atasnya dengan bibit yang pengaruh kombinasinya lebih sesuai.
  7. Kalau pohon mangga sambungan jelek produksinya, lebih baik dipotong batang atasnya. Setelah tumbuh tunas baru segera disambung dengan varietas mangga lain sehingga terjadi sambungan rangkap dua. Pengaruh kombinasi ini menghasilkan tanaman bermutu tinggi. Sosok tanaman lebih pendek, dan cepat berbuah.
  8. Tanaman yang terserang hama dan penyakit biasanya gagal membentuk buah. Kalaupun terbentuk buah, maka buah yang dihasilkan akan kecil-kecil atau bahkan busuk. Pengendalian hama dan penyakit tanaman bisa dilakukan dengan aplikasi pestisida, baik pestisida organik maupun kimia. Cara aplikasi pestisida bisa dilakukan dengan penyemprotan atau bisa juga melalui penyuntikan pada pangkal batang menggunakan pestisida sistemik.

Perbanyakan (Pembibitan) Tanaman Buah

PERBANYAKAN tanaman buah-buahan terdiri dari dua cara, yakni perbanyakan generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman menggunakan biji (bagian tanaman yang dibuahi) disebut pembibitan secara generatif atau seksual. Disebut demikian, karena biji berasal dari pertumbuhan embrio basil penyerbukan (perkawinan, pembuahan) antara putik dengan serbuk sari. Perbanyakan tanaman yang tidak menggunakan biji disebut perbanyakan vegetatif atau aseksual. Bagian tanaman buah yang dapat digunakan untuk perbanyakan ini adalah akar dan batang atau tunas. Perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan teknologi kultur jaringan termasuk perbanyakan tanaman secara vegetatif, karena bibit itu ditumbuhkan dari bagian sel tanaman yang tidak dibuahi.

Bibit Tanaman Buah Generatif

Bibit tanaman buah yang dihasilkan secara generatif bisa berasal dari biji yang sengaja dibenihkan atau yang tumbuh secara alamiah di alam. Perbanyakan pohon buah-buahan secara genaratif sudah sejak dahulu kala dilakukan orang, dan sampai sekarang masih digunakan.

Kelemahan perbanyakan tanaman buah dengan cara generatif: memerlukan waktu yang lama untuk berbuah; kualitas buah baru bisa diketahui setelah tanaman berbuah; sifat-sifat baik yang dimiliki pohon induknya sulit diperoleh, kemungkinan bisa muncul sifat-sifat jelek pada bibit yang dihasilkan bahakan tanaman bisa tidak menghasilkan buah selama hidupnya, karena hanya berbunga jantan.

Kelebihan perbanyakan tanaman buah dengan cara generatif: pembibitan dapat dilakukan dengan mudah dan murah; kemungkinan menghasilkan varietas baru yang lebih baik; tanaman tumbuh sehat, kekar, kuat dan berumur panjang; kalau kebetulan biji bersifat poliembrional, sifat-sifat tanaman baru bisa persis sama dengan pohon induknya.

Bibit Tanaman Buah Vegetatif

Keistimewaan bibit tanaman buah yang diperoleh secara vegetatif adalah sifat-sifat unggul dari pohon induk dapat diwarisi oleh keturunan berikutnya. Tanaman cepat berbunga dan berbuah karena masa pertumbuhan vegetatifnya lebih pendek jika dibanding dengan tanaman yang dihaslikan dari perbanyakan generatif. Tanaman ini dapat tumbuh baik di lahan yang permukaan air tanahnya dangkal.

Kelemahan bibit yang dihasilkan secara vegetatif diantaranya yaitu jumlah bibit yang dapat diperoleh dari satu pohon induk sedikit. Perakarannya yang dangkal mengakibatkan tanaman dari hasil perbanyakan vegetatif ini mudah tumbang atau roboh dan tidak tahan kekeringan pada musim kemarau. Selain itu, sifat-sifat jelek dari pohon induk tetap diwariskan pada keturunannya.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan bibit tanaman secara vegetatif yaitu stek, cangkok, merunduk, dan pemisahan anakan.

Bibit Kombinasi Vegetatif-Generatif

Bibit vegetatif-generatif disebut juga bibit kombinasi karena terdiri dari gabungan dari bibit vegetatif (batang atas) dengan bibit generatif (batang bawah). Dengan penggabungan itu kelemahan bibit batang atas yang berakar dangkal tertutup oleh bibit batang bawah yang berasal dari biji, dan kelemahan bibit batang bawah yang lambat berbuah tertutup oleh bibit batang atas yang cepat berbuah dan memiliki sifat-sifat unggul.

Berdasarkan cara penggabungannya, bibit kombinasi dapat dibedakan tiga macam cara, yaitu sambungan, okulasi, dan susuan.
More aboutBUDIDAYA TANAMAN BUAH

PROSEDUR PEMELIHARAAN PADA USAHA TERNAK KAMBING

Usaha ternak kambing merupakan salah satu agribisnis yang memiliki prospek cukup bagus. Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan dari usaha ternak kambing adalah pelaksanaan pemeliharaan. Prosedur pelaksanaan pemeliharaan dalam usaha ternak kambing akan kami uraikan di bawah ini.

PEMELIHARAAN ANAK KAMBING

Anak kambing dalam Bahasa Jawa sering disebut cempe, merupakan anak kambing dari lahir sampai usia 6 bulan. Pemeliharaan cempe harus sudah di mulai sejak masih di dalam kandungan, yakni sejak induk kambing tersebut bunting.

  1. Induk kambing bunting
  2. Induk bunting, mulai sejak kebuntingan muda, perlu memperoleh perhatian, dan setelah induk kambing mendekati bunting tua harus memerlukan tatalaksana pemeliharaan yang bersifat khusus, selain pemberian makanan yang sesuai. Hal-hal yang perlu di perhatikan adalah:
    1. Dua bulan menjelang beranak, sebaiknya kambing dipisahkan dari kelompoknya dan dimasukkan dalam kandang tersendiri. Dengan demikian akan terhindar dari kemungkinan penandukan-penandukan dari kambing lain nya.
    2. Makanan harus cukup dan memiliki kualitas sesuai dengan usia kebuntingan kambing supaya proses pertumbuhan foetus berlangsung baik, produksi colostrum berkualitas dan melahirkan cempe sehat.
    3. Olah raga bagi induk bunting sangat penting. Oleh karena itu induk kambing sebaiknya tidak dikandangkan terus-menerus, karena bila terlalu gemuk dan kurang lancar peredaran darahnya akan mengakibatkan sulit melahirkan. Olah raga yang dimaksud adalah membuat kambing bergerak dengan jalan menggiring jalan-jalan sekitar kandang.
    4. Jika telah terlihat tanda-tanda kambing akan melahirkan, secepatnya lantai kandang diberi alas jerami kering yang bersih. Induk kambing dibersihkan dari kotoran dan gumpalan bulu dan bulu di sekitar ambing dicukur dan dibersihkan. Tanda-tanda yang dapat dilihat secara visual pada kambing yang akan melahirkan adalah: induk kambing gelisah, ambing terlihat membengkak, punggung mengendor, urat daging di sekitar vulva mengendor, mencakar-cakar seolah-olah berusaha membuat sarang dan dari vulva keluar lendir.
    5. Pada saat kambing akan melahirkan anak harus selalu memperoleh pengawasan, tetapi harus diusahakan agar tidak mengganggu atau membuat kambing merasa ketakutan.
    6. Kambing biasanya jarang mengalami kesulitan dalam melahirkan anak. Sehingga jarang menimbulkan permasalahan serta memerlukan pertolongan. Tetapi bila terjadi kesukaran, khususnya karena disebabkan letak anak dalam posisi tidak normal, misalnya kepala tertunduk atau kaki terlipat. Maka pertolongan yang diperlukan adalah usaha mengembalikan ke letak yang normal atau usaha meletakkan posisi kepala berada di antara kedua kaki depan dan menghadap ke vulva.
    7. Apabila kambing yang melahirkan anak, tetapi anak kambing tidak segera dapat bernafas, maka perlu pertolongan segera, supaya anak kambing dapat bernafas dengan cara meniup mulutnya atau memijat/menekan-nekan sisi dada dan mengangkat tubuh bagian belakang.
    8. Anak kambing yang baru lahir, harus segera dibersihkan dan dikeringkan dengan lap bersih. Hidung dan mulutnya segera dibersihkan dari lendir dan selaput-selaput. Tali pusar dipotong sepanjang 5 cm dan luka potong diolesi yodium tinctur. Pemotongan pusar dianjurkan menggunakan gunting yang steril.
    9. Agar anak kambing yang baru dilahirkan akan segera berdiri, maka sebaiknya dimasukkan dalam box yang diberi alas jerami kering atau karung bekas yang telah dipersiapkan sebelumnya. Anak kambing untuk sementara dipisahkan dari induknya dan baru didekatkan pada induknya bila sudah sanggup berdiri dan akan menyusu pada induknya.
    10. Sebelum anak kambing menyusu pada induknya, sebaiknya bagian belakang (pelvis) dan ambing induk dibersihkan dengan air hangat yang dicampur desinfektan.
    11. Anak kambing bersama induknya dipelihara pada kandang yang khusus; alas lantai harus selalu diganti setiap hari. Anak kambing dapat disapih atau dihentikan menyusu pada induknya pada usia 3 bulan.

  3. Induk kambing setelah melahirkan
  4. Induk kambing setelah melahirkan anak biasanya kondisi tubuhnya sangat lemah. Maka perlu perawatan khusus dan diberi makanan serta air minum yang cukup.

  5. Pemeliharaan anak kambing
  6. Cempe yang sudah dilahirkan, untuk kondisi cempe yang normal, akan dapat berdiri setelah sekitar 30 menit dilahirkan. Apabila sudah sanggup berdiri, bisa langsung dibawa ke induknya untuk memperoleh susu pertama (colustrum). Jika cempe sulit mencari puting induknya dapat dibantu.

    Colustrum biasanya dikeluarkan oleh induk kambing mulai induk melahirkan dan berlangsung selama satu minggu. Colustrum sangat penting artinya bagi cempe, karena mengandung banyak protein daripada air susu biasa dan sangat esensial untuk mengawali pertumbuhan cempe. Selain itu colustrum mengandung antibodi yang dapat mencegah adanya infeksi dan bekerj a sebagai laxantia yang membantu pencernaan dan mengeluarkan muconium (tahi gagak).

    Selama cempe masih berada di dalam kandungan induk kambing, di dalam ususnya tertimbun kotoran yang berwarna hitam, yaitu yang disebut muconium. Muconium ini merupakan tempat yang subur bagi perkembangan bermacam-macam bakteri. Pada umumnya kotoran hitam (muconium) dikeluarkan selang 2 jam setelah cempe untuk pertama kalinya menyusu pada induknya.

    Meskipun cempe bersama induknya cukup terjaga, pengawasan terhadap kesehatan cempe juga perlu diperhatikan sebab cempe sangat peka terhadap infeksi. Infeksi atau penyakit dapat dicegah dengan perawatan yang baik dan makanan yang terseleksi.

    Penyakit mencret (diare) biasanya terjadi pada cempe usia 2-3 minggu. Sumber penyakit tersebut dapat melalui tali pusar atau mulut. Infeksi tersebut berupa gangguan pencernaan yang akhirnya menimbulkan mencret dari yang biasa sampai yang berdarah. Penyebab penyakit ini adalah infeksi dari protozoa, cacing dan kuman. Jika tidak disebabkan oleh infeksi dari protozoa, cacing atau kuman, mencret bisa disebabkan oleh:
    • makan hijauan pakan yang berkelebihan
    • air susu induk terlalu tinggi kadar lemaknya
    • ambing/puting susu yang kotor
    • pemberian makanan yang tidak teratur
    • akibat perubahan iklim
    Cempe mencapai usia 3 bulan, sebaiknya sudah disapih atau dipisah dan tidak menyusu lagi pada induknya. Dengan demikian induk kambing dapat dipersiapkan lagi untuk dikawinkan, apabila kesehatan induk telah pulih sediakala.

    Penyapihan cempe dapat diawali pada usia 2,5 bulan, dengan cara sehari disusukan induknya dan sehari diliburkan. Selanjutnya sehari menyusu, dua hari diliburkan, dan seterusnya. Dengan cara demikian tepat mencapai usia 3 bulan, cempe sudah tidak lagi menyusu dan dipisah dari induk dan dikandangkan bersama kelompoknya.

PEMELIHARAAN ANAK KAMBING PASCA SAPIH

Setelah anak kambing mencapai usia 3-6 bulan memerlukan tatalaksana pemeliharaan anak kambing pasca sapih. Caranya adalah dengan memberikan sedikit demi sedikit hijauan pakan kualitas baik. Pemberian rumput jangan lebih dari 4 kg, dan diberikan secara bertahap. Makanan penguat diberikan dalam bentuk bubur atau yang dicampur air panas, dalam jumlah tidak lebih dari 0,20 kg dan diberikan sekali dalam sehari.

Bila ada anak kambing pasca sapih lebih dan seekor, sebaiknya dipelihara dalam kandang tersendiri, yakni kandang khusus untuk anak kambing usia pasca sapih sampai usia 6 bulan. Hal ini akan memudahkan pengelolaan dan pengawasan kesehatan anak kambing pasca sapih.

PEMELIHARAAN KAMBING MUDA

Mulai usia 6-15 bulan, kambing sudah digolongkan kambing muda yang memerlukan pemeliharaan tersendiri pula. Kambing muda kelamin jantan dan betina harus sudah dipisahkan dalam kandang kelompoknya masing-masing.

Agar dapat melatih otot-otot tubuh, kambing muda jangan dikandangkan terus-menerus. Seminggu sekali atau dua kali sebaiknya kambing-kambing tersebut dikeluarkan untuk belajar merumput sendiri di pandang penggembalaan.

Selama kambing muda tidak dikeluarkan atau berada dalam kandang, pemberian rumput atau hijauan pakan tidak lebih dan 5 kg/ekor dan makanan penguat 0,25 kg/ekor.

Untuk kambing muda jantan yang di kandangkan terpisah, sudah mulai dapat disiapkan untuk calon pemacak. Maka dalam hal ini, seleksi calon pemacak sudah dapat dilakukan.

Pilih calon pemacak yang memiliki pertumbuhan tubuh paling baik dalam kelompoknya, mempunyai dada yang lebar dan dalam, badan panjang, perdagingan baik, punggung lurus dan merata, serta kaki-kakinya kuat. Sifat kejantanan terlihat nyata pada bentuk kepada dan bagian-bagiannya. Alat kelamin harus tumbuh normal dengan scrontum (kantong buah zakar) yang besar dan simetris. Nafsu kejantanan dapat dicoba bila didekatkan dengan kambing betina.

Untuk kambing calon induk yang diharapkan jadi induk yang produktif, sebaiknya dipilih dari kambing muda kelamin betina yang memiliki pertumbuhan paling baik, kondisi tubuh baik, aktif dan kuat. Tatalaksana pemeliharaan yang baik sangat mendukung seleksi calon pemacak maupun calon induk yang baik.

Untuk kambing jantan, sebenarnya mulai usia 8 bulan sudah dapat dijadikan kambing pemacak. Namun agar tidak terlalu muda, kambing pemacak sebaiknya mulai digunakan sesudah mencapai usia 12 bulan. Sedangkan untuk kambing betina mulai dikawinkan pada usia di atas 15 bulan. Dengan demikian ia akan melahirkan anak untuk pertama kalinya setelah mencapai usia di atas 20 bulan.

PEMELIHARAAN KAMBING BETINA DEWASA

Pemeliharaan kambing betina dewasa dimulai dari usia 16 bulan dan seterusnya. Kambing betina dewasa sudah digolongkan induk yang sudah dapat dikawinkan untuk pertama kalinya dan selanjutnya dapat berguna untuk pengembangbiakan.

Agar dapat dijadikan induk yang baik, kambing betina dewasa harus sering dikeluarkan untuk merumput sendiri. Dengan merumput sendiri selain akan lebih ekonomis, kambing juga dapat memilih makanan yang disukainya daripada dipelihara di dalam kandang terus-menerus.

Perawatan calon induk kambing juga perlu memperoleh prioritas khusus, termasuk mencukupi pemberian makanan hijauan pakan tidak lebih dari 8 kg/ekor dan makanan penguat 0,25 kg/ekor. Kekurangan makanan, pemeliharaan dan perawatan dapat mengakibatkan permasalahan seperti:
  • Kambing sulit menjadi bunting bila dikawinkan.
  • Sering terjadi kesulitan dalam melahirkan anak yang pertama kalinya.
  • Anak yang dilahirkan kecil dan lemah.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan kambing betina dewasa adalah:

  1. Pemeliharaan tubuh kambing
  2. Kambing perlu mendapatkan perawatan tubuh secara berkala, sebab setiap saat tubuhnya dapat menjadi kotor karena daki atau faeces kambing itu sendiri.
    • Daki
      Kulit kambing terdiri dari tiga lapisan. Lapisan paling atas adalah lapisan mati. Dari kulit tersebut dikeluarkan keringat. Sesudah keringat diuapkan, maka bagian organis dan anorganis pada kulit atau lapisan mati itu tercampur dengan debu yang membentuk daki.
    • Faeces kambing
      Setiap saat kambing membuang kotoran dan berbaring di lantai kandang atau tempat merumput. Maka sebagian tubuh akan terkena kotoran dan melekat pada kulit dan bulu, apalagi bagi kambing yang bulunya lebat.

      Kotoran kambing sendiri atau yang berasal dari keringat dan debu yang membentuk daki akan sangat mengganggu kesehatan ternak kambing, sebab hal tersebut dapat mengakibatkan gangguan, seperti:
      • Lubang keringat tertutup, sehingga keringat tidak dapat keluar. Peristiwa ini akan mengakibatkan pengaturan nafas di dalam tubuh dan peredaran darah terganggu.
      • Mengandung berbagai bakteri dan parasit yang dapat menyebabkan perasaan gatal-gatal dan tidak tenang.
      Perawatan kulit yang dapat dilakukan untuk kambing dewasa adalah:
      • Secara berkala memandikan dan menyikat kulit dan bulu. Pada saat kambing dimandikan, sebaiknya sekaligus disikat kulit dan bulunya agar kotoran dapat hilang.
      • Bulu-bulu yang menggumpal perlu dipotong untuk menghindari melekatnya kotoran.
      Tujuan utama pemeliharaan badan bagi kambing dewasa adalah:
      • Untuk menjaga kesehatan kambing, sebab kebersihan kulit dan bulu mengurangi kemungkinan bakteri dan parasit menginfeksi. Demikian pula pengaturan temperatur dan peredaran darah tidak terganggu.
      • Untuk kambing yang diharapkan produksi air susunya, produktivitasnya akan stabil karena kelenjar susu yang termasuk dalam golongan kelenjar kulit tidak terganggu. Sekaligus untuk menghindari pengotoran susu dari bulu-bulu yang rontok.

  3. Pemeliharaan kuku pada kambing
  4. Kuku kambing yang tidak terpelihara akan sangat mengganggu karena dapat mengakibatkan:
    • Kedudukan tulang tracak menjadi salah yang akan menimbulkan titik berat badan kambing jatuh pada tracak bagian belakang.
    • Bentuk punggungnya seperti busur.
    • Mudah terjangkit penyakit kuku.
    • Kambing jadi pincang.
    Pemeliharaan kuku perlu memperoleh perhatian petani peternak kambing, terutama untuk kambing yang dipelihara dalam kandang terus-menerus sepanjang hari. Hal ini berbeda dengan kambing yang biasa digembalakan atau sehari-hari merumput sendiri.

    Bagi kambing yang dipelihara dalam kandang terus-menerus, kuku dengan lantai kandang hanya sedikit sekali bergesek. Keadaan demikian akan menimbulkan kedudukan kuku atau posisi kaki yang salah. Kuku kambing akan tumbuh terus dan pada akhirnya menjadi panjang. Perubahan kedudukan kuku yang salah mengakibatkan tergesernya bidang dasar tracak. Dengan demikian titik berat badan jatuh pada kuku bagian belakang yang lunak. Keadaan semacam itu akan mempengaruhi bentuk tubuh kambing seperti: punggung melengkung seperti busur. Disamping itu, kuku yang lunak mudah sakit sehingga kambing menjadi pincang.

    Untuk menjaga kedudukan kuku yang serasi, maka setiap 4 bulan sekali kuku tersebut perlu dipotong, terutama kuku kaki belakang. Kuku kaki depan umumnya lebih keras daripada kuku kaki belakang karena selalu basah kena air kencing dan kotoran. Tetapi baik kuku belakang maupun kuku kaki depan pertumbuhannya akan sama saja, maka keduanya perlu dilakukan pemotongan. Pemotongan harus dilakukan dengan alat khusus atau pisau pemotong kuku. Maksud pemotongan kuku ternak kambing adalah untuk mengembalikan kuku pada bentuk yang normal.

    Kuku kaki kambing yang dipotong adalah bagian lapisan tanduk pada telapak kaki sampai menjadi rata atau menjadi sedikit cekung. Dengan cara demikian berat badan kambing terbagi rata pada keempat kakinya.
    • Cara melakukan pemotongan kuku kambing
      Pemotongan kuku dapat dilakukan dengan cara merebahkan kambing terlebih dahulu ataupun tanpa merebahkan. Pemotongan kuku tanpa merebahkan kambing biasanya hasilnya kurang memuaskan sebab tidak semua bagian kuku yang hendak dipotong dapat dilakukan dan lebih sulit mengerjakan jika kurang terampil.
    • Cara merebahkan kambing
      Ada beberapa cara merebahkan kambing untuk melakukan pemotongan kuku, tetapi yang paling mudah dikerjakan adalah:
      • Siapkan tali plastik panjang 6 m.
      • Ikatkan salah satu ujung tali pada leher; ikatan cukup kendor saja.
      • Kemudian tali itu dililitkan di belakang bahu dan lilitan kedua di depan tulang punggung.
      • Kambing direbahkan, kemudian kaki-kakinya diikat.
      • Dengan menggunakan pisau pemotong kuku, pertama kali yang dipotong adalah kuku bagian bawah, selanjutnya kuku bagian luar atau tepi kuku sehingga rata dengan kuku bagian bawah yang sudah dipotong lebih dahulu. Bersama pemotongan kuku, dianjurkan juga celah kuku dibersihkan.

  5. Mengawinkan kambing betina
  6. Kambing betina yang berusia lebih dari 15 bulan sudah digolongkan cukup dewasa dan dapat dikawinkan untuk pertama kalinya. Hal-hal yang perlu diketahui oleh petani peternak kambing yang akan mengawinkan kambingnya antara lain adalah:
    • Birahi kambing betina dewasa berlangsung sekitar 24-48 jam.
    • Birahi akan timbul pada kambing betina setiap selang 18-21 hari, bila kambing tidak bunting.
    • Lama kebuntingan kambing betina dewasa adalah 150-154 hari.
    • Setelah melahirkan anak, akan timbul birahi setelah 2-3 bulan melahirkan atau sesudah anaknya disapih.

  7. Perawatan kambing bunting
  8. Perawatan yang perlu dilakukan untuk kambing dewasa sedang bunting adalah:
    • Makanan perlu diperhatikan, yakni takaran untuk hijauan pakan adalah 8 kg/ekor dan makanan penguat 0,40 kg/ekor per hari.
    • Keadaan fisik kambing bunting akan sangat mempengaruhi produksi air susu selama laktasi mendatang, terutama untuk kambing perah. Kambing yang sakit atau pemberian makanan dan perawatan yang kurang baik selama bunting akan sangat mempengaruhi produksi susu.
    • Kambing yang sedang bunting tua perlu dilepas di lapangan penggembalaan untuk merumput sendiri. Dengan cara demikian kambing dapat berolah raga dan sanggup menjamin kesehatan tubuh, serta memperlancar foetus pada saat melahirkan.
    • Usahakan kambing yang sedang bunting terhindar dari benturan apa pun atau terseruduk oleh kambing yang berkelahi.
    • Kurang lebih 30 hari sebelum kambing akan melahirkan, khususnya untuk kambing perah, pemerahan harus dihentikan. Hal ini dimaksudkan agar kambing dapat beristirahat sehingga produksi susunya tetap tinggi.
    • Menjelang induk kambing beranak perlu diberi makanan yang cukup dan tambahan makanan penguat yang baik kualitasnya. Hal ini berguna untuk membantu pembentukan ambing, terutama pada kambing yang baru pertama kali beranak. Selain itu membantu pembentukan Colustrum yang sangat esensial bagi anak kambing yang baru dilahirkan.

  9. Gerak badan kambing
  10. Gerak badan bagi kambing yang sedang bunting sangat penting, terutama olah raga di lapangan penggembalaan yang berudara segar, apalagi untuk kambing yang bunting tua. Keuntungan kambing bunting dibiasakan gerak badan adalah:
    • Otot-otot daging memperoleh latihan sehingga memperlancar peredaran darah.
    • Menjaga kesehatan, bentuk dan posisi kambing agar tetap baik.
    Gerak badan kambing dapat dilakukan dengan melepas kambing di lapangan rumput selama 1-2 jam, agar kambing dapat bergerak leluasa dan mendapat sinar matahari.

  11. Pemeliharaan kambing sedang kering
  12. Khususnya untuk ternak kambing perah memerlukan masa kering sekitar 6-8 minggu. Tujuannya adalah:
    • Mengembalikan kondisi tubuh kambing atau memberi istirahat agar produksi yang akan datang baik.
    • Mengisi kembali kebutuhan vitamin-vitamin dan mineral setelah mengalami laktasi berat, sehingga kambing tetap sehat.
    • Menjamin pertumbuhan foetus di dalam kandungan.
    Di dalam persiapan laktasi mendatang yang penting diperhatikan adalah menjaga kualitas makanan tetap baik, terutama 2-3 bulan terakhir masa kering.

PEMELIHARAAN KAMBING JANTAN DEWASA

Kambing jantan mulai usia 8 bulan sudah digolongkan dewasa kelamin. Karena itu harus dikandangkan secara terpisah dari kandang kelompok betina, sebab kambing jantan usia 8 bulan sudah mulai tampak aktivitas birahinya.

Latihan bagi kambing jantan perlu dilakukan, agar kambing menjadi lebih jinak dan mudah untuk dikuasai serta dirawat. Cara melatih kambing jantan hanya dengan cara dipegang-pegang setiap hari, agar lebih mengenal dan terbiasa dengan yang memelihara. Setelah mengenal lebih akrab, kambing jantan bisa mulai dibiasakan dengan menggunakan tali leher. Apabila dipegang tali di lehernya sudah tidak berontak, kambing tersebut dapat dilatih dengan menuntun ke luar kandang. Dengan cara demikian kambing jantan akan menjadi terbiasa jika dituntun orang lain selain pemeliharanya.

Batas usia kambing jantan sebagai kambing pemacak untuk mengawini kambing betina dewasa bisa mulai pada usia 8 bulan dan sudah bisa dipergunakan 1 kali seminggu. Pada usia 12 bulan dapat dipergunakan sebagai pemacak 2 kali setiap minggu dan pada usia 15 bulan 3 kali seminggu. Pada umur di atas 20 bulan dapat dipergunakan sebagai pemacak 4 kali seminggu, tetapi setelah diistirahatkan 2 minggu untuk mengembalikan vitalitasnya.

Pemberian makanan yang berkualitas, termasuk makanan penguat, sangat penting untuk mendukung vitalitas kambing pemacak. Pemberian hijauan pakan tidak kurang dari 10 kg/ekor dan makanan penguat 0,50 kg/ekor per hari.

Pemeliharaan dan perawatannya tidak berbeda dengan pemeliharaan kambing betina dewasa, seperti: pemeliharaan badan, pemeliharaan kuku, gerak badan. Dengan pemeliharaan dan perawatan secara teratur kondisi tubuh kambing pemacak akan tetap sehat dan siap dipergunakan sebagai kambing pemacak yang baik serta efisien.
More aboutPROSEDUR PEMELIHARAAN PADA USAHA TERNAK KAMBING

USAHA TERNAK SAPI – BUDIDAYA SAPI

Tingginya permintaan konsumen terhadap daging sapi membuka peluang yang cukup besar bagi usaha ternak sapi di Indonesia. Secara kultural, usaha ternak sapi, terutama yang dilakukan secara tradisional, bukan merupakan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Selain karena sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di perdesaan dan bermatapencaharian sebagai petani, Indonesia juga menjadi negara yang sangat berpotensi untuk mengembangkan usaha ternak sapi tersebut. Mengingat di negara kita memiliki iklim dan cuaca yang cocok untuk peternakan sapi.

TERNAK SAPI

Pengembangbiakan Sapi

Pada umumnya kegiatan ternak sapi di Indonesia masih dilakukan dengan sistem ganda, yaitu dengan mencampurkan kegiatan ternak sapi atau budidaya sapi yang berorientasi memproduksi anakan dan kegiatan ternak sapi atau budidaya sapi yang berorientasi pada penggemukan atau pembesaran. Hal ini disebabkan di Indonesia belum ada usaha ternak sapi atau budidaya sapi yang secara khusus ditujuakan untuk memproduksi anak sapi calon penggemukan. Sistem ternak sapi atau budidaya sapi tersebut berbeda dengan sistem yang sudah berkembang di negara-negara maju, seperti Amerika, negera-negera Eropa, dan Australia yang sudah memisahkan sistemternak sapi atau budidaya sapi penggemukan dengan sistem ternak sapi atau budidaya sapi untuk produksi anak sapi calon penggemukan. Sehingga di negara-negara maju tersebut dikenal istilah Cattle feeder dan Feeder cattle.

a. Cattle feeder
Yaitu kegiatan ternak sapi atau budidaya sapi yang secara khusus hanya melakukan kegiatan penggemukan. Peternak atau pembudidaya sapi tidak melakukan produksi anak sapi atau sapi yang akan digemukkan. Mereka mendatangkan calon atau bakal sapi penggemukan yang dibeli dari dari feeder cattle.

b. Feeder cattle
Yaitu kegiatan ternak sapi atau budidaya sapi yang berorientasi pada usaha produksi anak sapi calon penggemukan. Peternak atau pembudidaya sapi tidak melakukan kegiatan pembesaran atau penggemukan. Anak-anak sapi yang dihasilkan langsung dijual kepada peternak atau pembudidaya sapi penggemukan (cattle feeder).

Di Indonesia, kegiatan ternak sapi atau budidaya sapi secara umum masih mencampurkan kedua jenis sistem peternakan tersebut. Peternaka atau pembudidaya sapi pada umumnya masih memproduksi anak sapi sendiri kemudian dibesarkan sendiri dan dijual setelah sapi dewasa. Walaupun di banyak antara peternak atau pembudidaya sapi tersebut yang membeli sapi-sapi calon penggemukan (bakalan), namun sapi-sapi tersebut bukanlah berasal dari peternak atau pembudidaya sapi yang secara khusus mempersiapkan calon-calon sapi penggemukan. Namun, beberapa daerah di Indonesia, terutama di daerah Madura, sekalipun jumlahnya masih sangat sedikit, sudah ada peternak atau pembudidaya sapi yang mengadopsi sistem feeder cattle, dan sapi-sapi yang telah berumur satu tahun dijual di daerah Jawa Timur.

Karena sistem ternak sapi atau budidaya sapi di Indenesia masih mencampurkan antara penggemukan dan produksi anak, maka setiap peternak juga dituntut untuk mengetahi teknologi budidaya kedua sistem tersebut. Peternak atau pembudidaya harus menguasahi prosedur pengembangbiakan sapi yang benar sekaligus harus menguasai prosedur pembesaran yang benar pula. Pengembangbiakan sapi adalah suatu kegiatan dalam usaha ternak sapi yang bertujuan untuk memperoleh keturunan dari sapi yang dibudidayakan sehingga jumlahnya akan bertambah lebih banyak. Prosdur pembiakan yang benar ini tidak sekedar memperoleh keturunan, tetapi juga meliputi kegiatan pemuliaan sapi ternak tersebut. Oleh karena itu, peternak atau pembudidaya harus benar-benar teliti dalam memilih induk sapi yang akan dibudidayakan, baik induk sapi jantan maupun induk sapi betina, yang telah memenuhi persyaratan. Demikian juga peternak atau pembudidaya sapi harus benar-benar mengetahui semua fase dalam proses pengembangbiakan sapi yang meliputi :
  1. Saat dewasa kelamin dan dewasa tubuh.
  2. Saat perkawinan pertama.
  3. Tanda-tanda birahi.
  4. Perkawinan yang tepat pada saat birahi.
  5. Kebuntingan dan perkawinan kembali.

Pemeliharaan Dan Perawatan

Pemeliharaan dan perawatan dalam usaha ternak sapi atau budidaya sapi harus dilakukan semenjak pedhet atau anak sapi yang berumur 0-9 bulan hingga sapi dewasa siap potong atau siap jual. Pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan semenjak awal ini bertujuan untuk menjaga kondisi kesehatan sapi dan meningkatkan mutu daging sapi yang dibudidayakan. Dalam pemeliharaan pedhet atau anak sapi, peternak atau pembudidaya sapi dapat menerapkan sistem pemeliharaan alami maupun sistem pemeliharaan buatan.

Pemeliharaan pedhet secara alamiah pada usaha ternak sapi

Pada sistem pemeliharaan alamiah ini, peternak atau pembudidaya sapi membiarkan pedhet atau anak sapi dipelihara bersama induknya dan menyusu pada induknya hingga masa sapih. Masa sapih pedhet tersebut biasanya dilakukan pada pedhet yang telah berumur 6-9 bulan. Pada fase pemeliharaan sebelum sapi, induk sapi betina biasana akan selalu bersama-sama dengan pedhet atau anak sapi yang diasuhnya, baik pada waktu di kandang maupun di tempat penggemabalaan. Keuntungan dari pemeliharaan dengan cara ini, pedhet biasanya akan tumbuh lebih cepat dan kuat dibanding dengan pemeliharaan buatan. Seekor induk sapi betina biasanya dapat mengasuh 1-2 ekor pedhet. Kemampuan tersebut sangat bergantung pada produktivitas susu yang dihasilkan oleh induk sapi betina.

Pemeliharaan buatan pada usaha ternak sapi

Dalam usaha ternak sapi atau budidaya sapi, kegiatan pemeliharaan buatan terhadap pedhet atau anak sapi pada dasarnya adalah kegiatan untuk menggantikan peran induk sapi betina saat menyusui anak sapi. Pemberian susu pengganti ini dilakukan dengan menggunakan alat khsus, yang biasa disebut dengan istilah niple-feeders.

Pemberian susu pengganti tersebut dapat dilakukan dengan penjadwalan yang akan diuraikan di bawah ini:
  • Pedhet atau anak sapi menerima kolustrum langsung dari induk sapi betina selama kurang lebih 3-4 hari.
  • Pada tahap selanjutnya, yaitu pada hari keempat atau kelima, pedhet atau anak sapi tersebut diberi susu yang biasa disebut whole-milk hingga berumur 1-2 bulan. Kemudian whole-milk diganti dengan susu skim hingga tiga minggu sebelum dilakukan penyapihan.
  • Pedhet atau anak sapi yang sudah berumur tiga minggu sudah mulai dilatih untuk diberi makanan penguat dan pakan hijauan.
  • Untuk daerah tropis, seperti Indonesia, penyapihan yang dilakukan terlalu dini akan menimbulkan akibat tidak baik terhadap pedhet, singga bisa merugikan peternak atau pembudidaya sapi.
Keberhasilan sistem pemeliharaan buatan terhadap pedhet atau anak sapi ini ditunjang oleh kebersihan alat yang digunakan serta ketelitian dalam pemberian pemberian susu tersebut, terutama berkaitan dengan volume susu yang diberikan serta suhu yang tepat atau tidak terlalu panas. Pedhet atau anak sapi yang dipelihara dengan teknik pemeliharaan buatan ini harus dilatih terlebih dahulu agar terbiasa minum lewat niple-feeders maupun ember. Dalam pemeliharaan buatan ini, pedhet atau anak sapi sebaiknya harus selalu tinggal di dalam kandang hingga mencapai umur enam bulan.

Menimbang Pedhet Atau Anak Sapi

Pada kegiatan usaha ternak sapi atau budidaya sapi yang dikelola dengan baik, maka pedhet atau anak sapi yang dipelihara harus ditimbang secara rutin, sehingga dapat diketahui laju pertumbuhannya. Penimbangan pedhet atau anak sapi tersebut dilakukan dalam interval waktu tertentu, misalnya satu atau dua minggu sekali, pada saat belum disapih. Setelah pedhet disapih, yaitu setelah berumur 6-9 bulan, penimbangan cukup dilakukan sebulan sekali. Frekuensi atau interval penimbangan tersebut bisa dikurangi saat pedhet atau anak sapi telah mencapai umur lebih dari satu tahun, misalnya dengan interval tiga bulan sekali.

Memandikan Sapi

Dalam usaha ternak sapi atau budidaya sapi, kegiatan yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga kebersihan sapi. Menjaga kebersihan sapi secara tidak langsung merupakan upaya untuk menjaga kesehatan sapi. Oleh karena itu, sapi-sapi yang dipelihara harus dijaga kebersihannya dengan cara memandikan setiap hari. Jika kondisi tidak memungkinkan, misalnya pada musim hujan sehingga tidak ada peluang sapi untuk berjemur, paling tidak satu minggu sekali sapi tersebut harus dimandikan. Sapi yang tidak pernah dimandikan kulitnya akan tertutup daki atau kotoran lain. Kulit sapi terdiri atas 3 lapisan, yakni lapisan teratas yang berupa lapisan mati. Keringat yang keluar dari kulit tersebut akan menguap kemudian menyisakan bagian organik dan anorganik yang bercampur dengan sel-sel yang berasal dari lapisan kulit mati tersebut yang kemudian bercampur dengan debu atau kotoran lain sehingga menyebabkan adanya daki.

Daki yang menempel pada kulit sapi tersebut dapat mengganggu dan mempengaruhi kesehatan sapi itu sendiri. Beberapa pengaruh daki terhadap kesehatan sapi antara lain:
  • Daki berpotensi menutup lubang keringan pada kulit sapi, sehingga keringat yang harusnya keluar akan tersumbat. Keringat yang tidak bisa keluar tersebut akan mengganggu pengaturan suhu di dalam tubuh sapi, dan pengaturan suhu yang tidak berjalan sempurna akan mengganggu kesehatan sapi.
  • Daki merupakan kotoran, sehingga berpotensi menjadi tempat yang disenangi oleh mikroorganisme parasit, baik bakteri maupun mikroorganisme lain, yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada sapi tersebut, misalnya gatal-gatal.
Oleh karena itu, sapi yang dipelihara harus dimandikan secara teratur, sehingga kebersihan sapi akan tetap terjaga dan secara tidak langsung akan menghindarkan sapi peliharaan dari berbagai penyakit. Memandikan sapi dapat dilakukan dengan jalan menggosok-nggosok kulit menggunakan sikat atau alat lain. Sapi yang sudah dimandikan harus dihindarkan dari tempat yang banyak angin.
More aboutUSAHA TERNAK SAPI – BUDIDAYA SAPI

CARA MEMBUAT BAHAN BAKAR BENSIN (BIOETANOL) DARI BERAS

BAHAN BAKAR BENSIN ATAU BIOETANOL

Naiknya harga BBM seperti yang sedang terjadi saat ini tentunya semakin membuat rakyat kecil semakin berat dalam menghadapi dinamika hidup sehari-hari. Untunglah sudah banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli terhadap bahan bakar lain sebagai bahan bakar alternatif. Hingga saat ini yang sedang menjadi perhatian serius adalah mengenai pemanfaatan sumber nabati sebagai bahan bakar. karena bahan bakar nabati mempunyai banyak kelebihan, selain ramah lingkungan, juga merupakan sumber bahan bakar yang bisa diperbarui karena sumber bahan bakar tersebut bisa ditanam dan dikembangkan.

Penelitian yang banyak dilakukan saat ini difokuskan pada pemanfaatan bioetanol sebagai sumber bahan bakar. Dimana dalam pembuatan bioetanol ini memanfaatkan bahan baku yang mudah didapat dan diproduksi, seperti beras, jagung, ubi, serta jarak.

MEMBUAT BAHAN BAKAR BENSIN ATAU BIOETANOL DARI BERAS

Di beberapa negara di belahan dunia seperti Brazil, Perancis, Jerman, Swedia, Amerika Serikat, India, dan beberapa negara lainnya sudah sejak permulaan abad ke-20 memanfaatkan etanol sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Seperti perusahaan mobil kelas dunia yang melahirkan mobil ford, yakni henry ford telah melihat fungsi etanol sebagai bahan bakar masa depan. Tetapi karena harga BBM jenis petroleum lebih murah, para produsen kendaraan kemudian merancang kendaraannya dengan bahan bakar tersebut, sehingga kehadiran petroleum jauh lebih dominan.

Namun kini, Setelah masyarakat dunia menyadari dan merasakan betapa dahsyatnya dampak negatif yang ditimbulkan BBM terhadap kelestarian alam, kesehatan manusia, serta kelangsungan hidup manusia di bumi ini, barulah mereka berupaya mencari alternatif pengganti BBM yang ramah lingkungan, tidak memiliki dampak negatif, atau setidaknya dampak negatif yang ditimbulkan tidak begitu besar.

Berdasarkan hal-hal tersebutlah, akhirnya etanol kembali menjadi bahan pertimbangan masyarakat dunia, bahkan diagung-agungkan terutama oleh para pengguna mesin otomotif. Tidak cukup disitu, pemakaiannya pun sudah meluas seperti di Brazil, Cile, bahkan Amerika Serikat sekalipun. Di negeri Samba, sekitar pertengahn tahun 1980 seluruh kendaraan bermotor sudah menggunakan etanol sebagai sumber bahan bakarnya, minimal mengandung etanol 20%. Lebih dari 90% mobil baru yang digunakan di Brazil, mesinnya dirancang untuk menggunakan bahan bakar etanol murni.

Etanol yang juga akrab dinamakan dengan nama alkohol sebetulnya sudah tidak asing lagi di telinga kita, bangsa Indonesia. Di negeri ini, sebetulnya alkohol sudah banyak diproduksi untuk kebutuhan sehari-hari, baik dalam bentuk makanan maupun minuman. Bahkan msyarakat dunia sudah memproduksi ribuan tahun yang lalu meskipun mereka tidak sadar telah mempoduksi etanol yang sebetulnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Padahal cara pembuatannya sangatlah sederhana, seperti misalnya pada makanan, hanya dengan menambahkan ragi saja sebenarnya kita sudah bisa memproduksi etanol karena pada dasarnya prinsip pembuatannya pun sama, apalagi jika bahan yang dipakai dapat menghasilkan etanol dalam kadar yang tinggi.

Di sini, Anda mestinya sudah tidak asing lagi dengan makanan bernama tape ketan, apalagi tape ketan produk Magelang yang memiliki rasa sangat istimewa. Nah, pembuatan tape ketan ini pada prinsipnya sama dengan pembuatan etanol untuk bahan bakar karena pada dasarnya di dalam tape beras ketan tersebut mengandung cukup banyak etanol. Sehingga proses pembuatan etanol itu sendiri sebenarnya bukanlah hal yang aneh bagi masyarakat kita. Selain bahan baku beras ketan, di Jepang, bahan baku beras telah diolah menjadi minuman berkadar etanol yang cukup tinggi, dinamakan sake.

Tidak hanya di Magelang dan di Jepang saja, ternyata masyarakat di belahan Eropa juga telah memproduksi etanol dengan memanfaatkan berbagai bahan baku seperti buah anggur dan gandum. Melalui serangkaian proses fermentasi, buah anggur diolah dan berubah menjadi khamer atau minuman keras atau arak yang tentunya kebiasaan (adat) dan hukum yang berlaku di sana memperbolehkannya. Tidak hanya itu, gandum juga diolah menjadi bir. Bagi masyarakat Amerika, Eropa, atau Jepang, mereka telah memproduksi etanol yang diperuntukkan bagi minuman keras seperti bir, sake, vodka, dan lain-lain. Berbeda dengan di Indonesia, pembuatan etanol telah diproduksi untuk makanan berupa tape baik tape ketan maupun tape singkong.

Dengan semakin berkembangnya jaman, menuntut perkembangan teknologi menjadi semakin pesat pula, akhirnya telah ditemukan bahwa hasil konversi etanol tidak hanya berasal dari tanaman pangan saja, melainkan juga bisa bersumber dari bagian lain dari tanaman. Bahkan, dari etanol pun kembali dikonversi menjadi produk lain.

Betapa pentingnya produk etanol ini sehingga sejak abad ke-20 hingga saat ini abad ke-21, bahan bakar kendaraan bermotor yang memanfaatkan etanol telah mencapai 2/3 produksi dunia. Artinya etanol telah diposisikan sebagai bahan bakar terbesar di belahan dunia. Di Brazil saja pemakaian etanol untuk bahan bakar kendaraan bermotornya sudah menyentuh angka 40-45% dan di Amerika Serikat sendiri tidak kurang dari 1,2% pasaran bensin bersumber dari etanol. Artinya, pasaran bahan bakar kendaraan bermotor di Amerika Serikat berjumlah sekitar 570 juta ton. Yakni, dengan pasaran etanol pada posisi 2.000 juta ton (atau 80 kali produksi dunia sekarang).

Besarnya penggunaan etanol menjadi bahan bakar tidak lepas dari tumbuhnya kesadaran manusia terhadap dampak lingkungan. Bayangkan saja, BBM telah distempel sebagai sumber utama polusi dunia, sementara etanol (bioetanol) terbukti merupakan bahan bakar terbarui yang ramah lingkungan. Tidak hanya itu, biaya pembuatannya pun relatif lebih sederhana dan lebih murah, serta tidak harus berburu sampai ke lepas pantai untuk mendapatkan sumber minyaknya.

Di samping itu, kehadiran etanol mampu mengurangi beban impor BBM. Khusus untuk Indonesia, selain bisa mengatasi krisis bahan bakar rumah tangga seperti minyak tanah dan gas, juga bisa mendongkrak peningkatan jumlah tenaga kerja yang sangat luar biasa, dan sangat cocok dikembangkan di kawasan perkebunan tanaman pangan.

PROSES-PROSES SELAMA BERLANGSUNGNYA PEMBUATAN ETANOL

  1. Proses Gelatinasi
    Proses gelatinasi merupakan proses penting dalam pembuatan etanol, pada proses ini terjadi perubahan bahan baku menjadi bubur, kemudian dilakukan proses pemanasan pada suhu 100°C yang diakhiri dengan proses pendinginan.
    Tujuan dari proses gelatinasi ini mengubah karbohidrat menjadi gula sederhana.
  2. Proses Fermentasi
    Proses fermentasi merupakan proses perombakan yang dilakukan oleh jasad renik sebagai dekomposer (pengurai). Dekomposer pada proses pebuatan etanol dari beras ini dilakukan oleh ragi dari jenis Sacaromyses C. Dalam hal ini, proses fermentasi yang berlangsung adalah proses perubahan gula oleh ragi Sacaromyses C. Sacaromyces C ini melepaskan ikatan kimia rantai karbon dari gula dan fruktosa satu per satu, kemudian secara kimiawi kembali dirangkai menjadi molekul etanol, gas karbondioksida, serta menghasilkan panas.
    Ketika proses ini berlangsung, ragi mengeluarkan enzim yang sangat kompleks, bahkan mampu merombak monosakarida menjadi etanol dan karbon dioksida. Ragi terus bekerja sepanjang waktu tanpa diperintah.
    Selama proses fermentasi, ragi yang jumlahnya miliaran ini melakukan pekerjaan secara teratur dan rapi, setelah melalui proses pelepasan karbon dan mengikatan kembali menjadi etanol, proses ini mengeluarkan panas (kenaikan suhu), dimana suhu yang ditimbulkan selama proses fermentasi justru bisa mematikan ragi. Selain itu, ragi juga bisa mati ketika alkohol yang dihasilkan sudah cukup banyak. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses fermentasi, yakni:
    • Kandungan monosakarida
    • Derajat keasaman, ideal antara 4,8 s/d 5
    • Temperatur mash tidak lebih dari 30°C (ragi menjadi tidak aktif pada temperatur di atas 30°C atau 32°C dan pada kadar alkohol 12%
    • Fermentasi berlangsung selama 1-2 hari
  3. Proses Destilasi
    Proses destilasi merupakan proses penyulingan untuk memisahkan antara alkohol dengan air dan bahan padat lainnya.

Hal-Hal Yang Perlu Perlu Diperhatikan Saat Membuat Bahan Bakar Bensin Atau Bioetanol

  1. Menyiapkan Ragi
    • Sediakan ragi sebanyak 0,5 kg untuk tiap 1.000 liter mash dengan kandungan total gula yang ada pada mash berkisar antara 20-22%.
    • Sebelumnya, ragi dibiakkan di dalam tangki berisi 10 liter mash selama kurang lebih 1 jam pada suhu maksimal 30°C.
  2. Kebersihan Peralatan
    Kebersihan peralatan sangat perlu diperhatikan, mengingat hasil etanol yang diproduksi dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme lain yang tidak diharapkan serta mempengaruhi jumlah etanol yang dihasilkan. Bakteri Azotobacter di udara bebas atau yang tertinggal pada peralatan kotor akan menghasilkan vinegar, selain itu family Lactobacillus juga akan mengubah etanol menjadi asam laktat sehingga mempengaruhi jumlah etanol yang dihasilkan.

Proses Pembuatan Bahan Bakar Bensin Atau Bioetanol Dari Beras

Beras yang merupakan salah satu bahan pangan di Indonesia mengandung senyawa karkohidrat yang kompleks, dimana tanaman padi ini termasuk salah satu sumber pati. Untuk bisa menghasilkan etanol, sebelum melakukan proses fermentasi pati yang terkandung dalam beras ini perlu disederhakan terlebih dahulu menjadi glukosa melalui sebuah proses penguraian yang dilakukan oleh cendawan atau jamur. Pada proses penguraian pati menjadi glukosa tersebut dibutuhkan aktivitas cendawan Aspergillus sp. yang terdapat pada ragi. Cendawan Aspergillus sp. merupakan salah satu jenis jamur pengurai makanan. Selama proses penguraian berlangsung, cendawan Aspergillus sp. menghasilkan enzim alfaamilase dan glikoamilase. Enzim alfaamilase dan glikoamilase inilah yang berperan penting dalam proses penguraian karbohidrat (maltosa atau sukrosa) menjadi gula sederhana (glukosa dan fruktosa). Setelah pati diubah menjadi glukosa, barulah fermentasi bisa dilakukan sehingga menghasilkan etanol.
Secara sederhana dapat diuraikan bahwa pembentukan etanol terjadi karena enzim-enzim dalam ragi mengubah karbohidrat (maltosa atau sukrosa) menjadi lebih sederhana (glukosa dan fruktosa). Kemudian mengubah karbohidrat sederhana tersebut menjadi etanol dan karbondioksida.

CARA MEMBUAT BAHAN BAKAR BENSIN ATAU BIOETANOL DARI BERAS

Cara Membuat Bahan Bakar Bensin atau Bioetanol Dari Beras 1

  1. Beras 25 kilogram. Semua jenis beras dapat dijadikan sebagai bahan bakunya.
  2. Cuci beras sampai bersih.
  3. Masukkan beras ke dalam tangki/dandang besar berkapasitas 120 liter, lalu tambahkan air hingga mencapai volume 100 liter.
  4. Panaskan beras hingga suhu 100°C atau sampai mendidih sambil terus diaduk, hingga hancur menjadi bubur. Tambahkan air jika kurang, masak beras sampai benar-benar menjadi bubur.
  5. Masukkan bubur ke dalam tangki/dandang, lalu dinginkan. Setelah dingin taburkan cendawan Aspergilus sp. atau ragi ke dalam bubur. (Untuk kebutuhan menguraikan 100 liter bubur pati beras diperlukan sedikitnya 10-12 liter larutan cendawan Aspergillus atau 10% dari total bubur).

    Perlu diketahui bahwa tingkat konsentrasi cendawan mencapai 100 juta sel/ ml. Sebelum cendawan digunakan, sebaiknya dibenamkan terlebih dahulu ke dalam bubur yang telah dimasak, tujuannya agar adaptif dengan sifat kimia bubur. Pada tahap ini, cendawan akan berkembang biak dan bekerja mengurai pati.
  6. Setelah 2 jam, bubur akan berubah menjadi 2 lapisan, yaitu lapisan air dan endapan gula.
  7. Pastikan bahwa bubur sudah mengalami perubahan, kemudian aduk-aduk pati yang sudah berubah menjadi gula tersebut.
  8. Setelah itu masukkanke dalam tangki fermentasi. (Sebelum difermentasi, larutan pati mengandung kadar gula 17-18%. Kondisi ini sangat cocok untuk hidup dan berkembangnya bakteri Saccaromyces, dimana bakteri Saccaromyces akan bekerja menguraikan gula menjadi alkohol.
    Perlu diperhatikan: Jika kadar gulanya terlalu tinggi, perlu ditambahkan air. Sebaliknya, jika kadar gulanya terlalu rendah, perlu ditambahkan gula.
    Tutup tangki rapat-rapat agar tidak terjadi kontaminasi dengan mokroorganisme lain yang tidak diharapkan, disamping itu juga untuk menjaga bakteri Saccaromyces agar bekerja lebih baik. karena, proses fermentasi berlangsung secara anaerob yaitu tidak memerlukan oksigen pada suhu 28-32°C.
  9. Diamkan selama 3-4 hari. Setelah 3-4 hari, akan terjadi perubahan pada larutan pati tadi dengan membentuk 3 lapisan, yitu endapan protein pada lapisan terbawah, lapisan air pada bagian tengah, dan lapisan etanolnya di bagian teratas. Hasil fermentasi ini disebut juga bir (sake), karena telah mengandung etanol (alkohol) sebanyak 6-12%.
  10. Pisahkan etanol dengan cara penyedotan menggunakan selang plastik. Gunakan kertas/kain penyaring berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein.
  11. Setelah seluruh etanol dipisahkan, proses selanjutnya dilakukan destilasi atau penyulingan, yaitu dengan menggunakan tangki/dandang yang sudah dipasangi pipa, dimana pipa itu dialirkan ke tangki/dandang lainnya dalam keadaan selalu basah atau terendam dalam air. Panaskan pada suhu 78°C atau sampai etanol mendidih. Tujuan dari penyulingan ini adalah untuk memisahkan etanol dari air sehingga akan terjadi penguapan pada etanol, dan mengalirkannya melalui pipa yang terendam air sehingga terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.
  12. Hasil penyulingan ini menghasilkan etanol dengan kadar 95%, Etanol berkadar 95% ini belum larut dalam bensin, tetapi sudah dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah. Agar bisa larut dalam bensih, perlu dilakukan penyulingan kedua untuk meningkatkan kadar etanolnya hingga mencapai 99%.
  13. Larutan etanol yang dibutuhkan berkadar 99% (etanol kering), memerlukan destilasi absorbent, yaitu dengan cara memanaskan etanol 95% hingga suhu 100°C, agar etanol dan air menguap. Uap tersebut masuk melalui pipa yang dindingnya sudah dilapisi zeolit atau pati. Zeolit tersebut berfungsi untuk menyerap kadar air tersisa hingga diperoleh etanol berkadar 99%.
Etanol berkadar 99% ini sudah cukup larut dalam bensin sehingga sudah bisa digunakan sebagai campuran bensin untuk kendaraan bermotor.

Cara Membuat Bahan Bakar Bensin atau Bioetanol Dari Beras 2

  1. Pencucian
  2. Cuci sampai bersih beras yang akan dijadikan etanol, kemudian dilakukan pemasakan hingga beras berubah menjadi bubur. Selanjutnya dipanaskan dengan malat. Malat adalah beras berkecambah yang mengandung enzim pengurai pati menjadi karbohidrat yang lebih sederhana, yang disebut maltosa.
    Maltosa memiliki rumus molekul yang sama seperti sukrosa tetapi mengandung dua unit glukosa yang saling mengikat, sedangkan sukrosa mengandung satu unit glukosa dan satu unit fruktosa.
  3. Setelah itu masukkan ragi ke dalam bubur, biarkan hangat pada suhu sekitar 35°C selama beberapa hari sampai proses fermentasi berlangsung sempurna. Tutup sampai rapat dan jangan biarkan udara masuk ke dalam campuran, tujuannya untuk mencegah terjadinya oksidasi etanol menjadi asam ethanoat (asam cuka).
    Tunggu sampai kira-kira 4-5 hari, maka akan dihasilkan dengan kadar etanol berkisar 90%, kadar etanol 90% ini sering juga disebut dengan minyak tanah BE.40.
  4. Pada etanol berkadar 90% ini masih mengandung Pb sehingga perlu ditingkatkan lagi menjadi etanol berkadar 95% dengan cara menambahkan batu kapur (gamping). Karena kadar etanol 90% ini belum cukup berfungsi sebagaimana layaknya minyak tanah.
More aboutCARA MEMBUAT BAHAN BAKAR BENSIN (BIOETANOL) DARI BERAS