TANAMAN HIAS

Tanaman hias merupakan tanaman yang memiliki keistimewaan dalam bentuk penampilan yang menarik. Daya tarik penampilan tanaman hias tersebut telah memikat hati sejumlah kalangan di seluruh nusantara.Tak hanya di perkotaan, para penggemar tanaman hias ini juga telah merambah kalangan masyarakat perdesaan. Trend tanaman hias ini biasanya berawal dari kota, terutama kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Semarang, dan sebagainya.

Berbagai jenis tanaman hias yang ada di Indonesia banyak diburu oleh hobiis. Beberapa diantaranya yaitu adenium, ephorbia, aglaonema, anthurium, philodendron, palem, dan walisongo.

Adenium yang dulu hanya memiliki bunga polos kini menjadi salah satu jenis tanaman hias yang banyak dicarai. Para penggemar adenium ini muncul lantaran hadirnya adenium hybrid yang memiliki bentuk tanaman yang unik dan corak warna bunga yang lebih beragam. Hadirnya adenium hybrid, dengan bentuk dan corak warna bunga yang sangat bervariasi, telah meramaikan bursa pada dunia tanaman hias.

Tidak ketinggalan, euphorbia pun demikian, tanaman hias ini sekarang hadir dengan penampilan bunga yang kian menawan dengan corak warna yang bervariasi. Selain adenium dan euphorbia, tanaman hias aglaonema yang dulu populer dengan sebutan sri rejeki ini juga menawarkan penampilan yang sangat menawan. Nuansa warna-warni pada daun telah menarik minat para penggemar tanaman hias. Apalagi tanaman hias yang satu ini juga memiliki reputasi sebagai tanaman hoki yang dapat memberikan nasib baik bagi pemeliharanya.

Plumeria juga hadir dengan menlengkapi khasanah tanaman hias dengan inovasi-inovasi terbarunya yaitu plumeria hibrid. Para penggemar tanaman hias semakin memiliki banyak pilihan dengan hadirnya sansivieria, bromelia, dan azalea yang memiliki penampilan mempesona. Jenis tanaman hias lain yang bisa menjadi pilihan adalah teratai, keladi, dan tilandsia.

Para penggemar tanaman hias juga menyukai tanaman yang berpenampilan unik (variegata, kristata, dan mutasi). Jenis tanaman hias ini yang banyak diburu para hobiis antara lain anthurium, philodendron, palem, dan walisongo. Disamping itu, karena kelangkaannya, encephalartos dan cikas juga banyak diburu para penggemar tanaman hias.

Tanaman hias bisa digunakan untuk memperindah taman. Keberadaannya dapat menciptakan suasana yang alami, sejuk, dan indah pada taman di pekarangan rumah kita. Penempatan tanaman hias yang cantik dan unik dapat menjadi eye cathcer atau fokus pandang sehingga memberikan kesan eksklusif terhadap penampilan taman. Mengombinasikan beberapa jenis tanaman seperti agaonema, philodendron, snthurium, dan ecephalartor pada dekorasi taman dapat menciptakan suatu pemandangan yang anggun dan asri.

Penempatan tanaman hias philodendron atau anthurium baik di teras rumah maupun di dalam rumah akan melengkapi keindahan dan keasrian rumah Anda. Atau bisa juga dengan menambahkan adenium, aglaonema, dan euphorbia yang menyuguhkan pesona bunga warna-warni juga bisa memberikan kesan segar dan alami dalam ruangan rumah maupun teras depan.

Keindahan, pesona, kelangkaan, dan kepopuleran, tanaman hias juga bisa dilihat dari sudut pandang keunikannya. Keunikan tanaman hias ini sebetulnya merupakan penyimpangan dari pertumbuhan tanaman yang tidak wajat. Keunikan tersebut bisa bersifat permanen maupun sementara. Secara umum, para penggemar tanaman hias memberikan nilai plus terhadap keunikan atau penyimpangan pada tanaman hias, terutama keunikan kristata dan variegata.

  1. Kristata
  2. Pada dasarnya keunikan kristata merupakan salah satu bentuk kelainan. Namun itu tak mengurangi pesonanya. Padahal kondisi kristata pada satu tanaman itu bisa diartikan kurang sehat, sehingga sifatnya yang berbeda dari kondisi tanaman hias normal yang lainnya. Kelainan ini dapat terjadi pada batang, umumnya pecah di pangkal, tengah, atau pucuk. Kristata yang paling bagus bila terjadi di pangkal karena sosoknya menjadi unik. Sifat kristata jarang yang permanen. Suatu ketika tanaman akan kembali normal dan mengeluarkan pucuk baru sehingga bentuknya menjadi rusak. Kelak, mata tunas baru membesar dan menjadi batang.

  3. Variegata
  4. Varigata merupakan sebutan untuk sebuah tanaman hias yang tampil beda dibanding kondisi normalnya. Dalam ilmu botani varigata disebabkan oleh mutasi atau perubahan susunan gen akibat bahan kimia, faktor perubahan lingkungan yang drastis dan kelainan genetis. Mutasi terjadi pada sel yang sedang membelah. Sel tersebut biasanya terdapat pada meristem dan meristem yang sedang membelah terdapat pada mata tunas yang sedang membelah. Mutasi adalah perubahan susunan asam-asam amino dan basa penyusun kromosom yang menyebabkan perubahan ekspresi yang muncul. Perubahan tersebut disebabkan oleh adanya rangsangan yang ekstrim atau salah cetak dalam proses replikasi DNA.

    Suatu tanaman bisa dimanipulasi sehingga terjadi proses salah cetak dengan menggunakan senyawa kimia yang dapat menyebabkan mutasi (mutagenic) atau dengan cara membuat proses cetak terjadi dengan cepat. Untuk mempercepat proses cetak tersebut maka proses pembelahan harus dipercepat dengan menggunakan hormon sitokinin dan auksin seimbang dibantu dengan pemberian vitamin B1 untuk lebih mempercepat proses pembelahan. Agar pembelahan sel terebut dapat terjadi dengan sangat cepat maka harus disediakan semua kebutuhan tanaman seperti zat pembangun, energi dan komponen penunjang. Langkah selanjutnya adalah mengupayakan agar sel tanaman dapat berwarna putih yaitu dengan memberikan hormon giberelin dosis tinggi. Pemberian hormon giberelin ini berujuan untuk memacu agar pembelahan sel mendahului proses pembentukan klorofil. Sementara itu, pada saat yang sama proses pembentukan klorofil juga harus dihambat dengan tidak memberikan unsur Fe sebagai unsur penyusun klorofil. Maka yang terjadi adalah sel membelah dengan sangat cepat dan berwarna putih dan proses pembelahannya diganggu dengan adanya bahan pembuat mutasi. Langkah selanjutnya adalah menghentikan proses pembelahan tersebut dengan memberikan zat penghambat, seperti paclobutrazol. Dengan manipulasi tersebut, maka kondisi tanaman, yang semula sel membelah dengan sangat cepat tiba-tiba terhenti, sehingga akan terjadi proses pertumbukan yang akan menyebabkan salah cetak. Dengan cara tersebut, diharapkan perubahan sel yang berwarna putih dan proses pertumbukan DNA akan menyebabkan mutasi yang bersifat permanen.

    Tanaman hias variegata yang berdaun tipis sebaiknya tidak dipilih karena sangat rentan terhadap terik sinar matahari, sehingga saat membutuhkan penyinaran untuk membantu proses fotosintesis, tanaman tersebut akan mudah.
Seorang penggemar tanaman hias harus mengetahui sifat dan karakter tanaman hias peliharaannya. Bila terjadi kesalahan perlakuan terhadap tanaman, maka akan berdampak pada pertumbuhan dan kesehatan tanaman tersebut, sehingga penampilannya menjadi kurang menarik.

Tanaman hias aglaonema, philodendron, dan keladi merupakan jenis tanaman yang rentan terhadap sinar matahari langsung, sehingg penempatan tanaman tersebut harus berada di bawah naungan. Sementara itu adenium dan euphorbia memiliki tingkat ketahanan yang tinggi terhadap sengatan sinar matahari karena memang habitat asal kedua jenis tanaman tersebut dari daerah gurun yang memiliki temperatur panas. Oleh karena itu, penempatan adenium dan euphorbia lebih tepat jika berada di tempat terbuka tanpa naungan.
More aboutTANAMAN HIAS

BURUNG KENARI

Sejarah Burung Kenari

Sejarah Burung Kenari - Burung kenari pertama kali ditemukan oleh orang eropa, khususnya bangsa Spanyol yaitu sekitar abad ke limabelas yaitu di Kepulauan Kenari (Canary Islands), persisnya di Pulau Madeira dan Pulau Azores. Pada waktu itu kedua pulau tersebut merupakan jajahan negara-negara Eropa. Pulau Medeira sebagai wilayah jajahan bangsa Portugal sedangkan Pulau Azores menjadi wilayah jajahan bangsa Spanyol. Kala itu burung kenari bukan merupakan burung peliharaan dan masih merupakan burung liar. Namun, sebagai burung liar pun kenari memiliki keunggulan dalam berkicau. Bahkan ada beberapa burung kenari yang pintar menirukan suara. Keunggulan tersebut membuat bangsa Eropa tertarik dengan burung kenari. Karena tertarik dengan kepintaran burung kenari ini, maka orang Spanyol membawa burung tersebut ke negaranya untuk dikembangbiakkan. Bangsa Spanyol memperkenalkan keunggulan burung kenari ke seluruh Eropa hingga pada perkembangan selanjutnya, negara-negara lain pun ikut mengembangkan burung kenari. Beberapa negara di Eropa yang mengembangbiakkan burung kenari sebagai burung kicauan antara lain, Belanda, Inggis, Jerman, Prancis, dan Belgia. Negara-negara tersebut kini dikenal sebagai negara penghasil burung kenari.

Nama Burung Kenari

Burung kenari memiliki nama yang berasal dari pulau asalnya, yaitu Kepulauan Kenari. Pada masa kejayaan Romawi, Kepulauan Kenari merupakan tempat atau habitat anjing-anjing liar yang bertubuh besar. Anjing-anjing tersebut menjadi buruan bangsa Romawi, yang kala itu dikenal sebagai negara berkekuatan militer besar, untuk digunakan sebagai anjing penjaga dan menjadi bagian dari alat perang. Oleh bangsa Romawi kepulauan ini dinamakan Canis Islands. Kata canis diambilkan dari bahasa Latin yang berarti anjing. Dalam perkembangan sejarah selanjutnya, masyarakat menyimpangkan nama Canis menjadi Canary. Dengan melihat sejarah tersebut, maka bisa kita ketahui bahwa nama Canary tidak ada keterkaitan sama sekali dengan burung.

Jenis Burung Kenari

Jenis burung kenari sangat banyak. Namun dari seluruh jenis yang beragam tersebut semuanya berasal dari satu induk burung kenari liar yaitu jenis Serinus Canaria. Perbedaan yang sangat mencolok pada warna bulu burung kenari liar Serinus Canaria dengan beragam jenis burung kenari yang sekarang itu disebabkan oleh manipulasi genetik yang dilakukan para penangkar burung kenari dengan upaya kawin silang dengan burung lain. Burung-burung yang biasa digunakan untuk kawin silang dengan burung kenari antara lain burung jenis finch atau jenis siskin. Upaya yang dilakukan oleh para penangkar ini menghasilkan berbagai macam jenis burung kenari dengan warna yang sangat bervariasi.

Burung Penyilang

Pada abad ke XVI hingga abad ke XIX, para ilmuwan berpendapat bahwa burung penyilang yang digunakan untuk kawin silang dengan burung kenari berasal dari famili yang berbeda. Pendapat tersebut berdasarkan pada teori pengelompokan burung berdasarkan warna bulu dan ukuran tubuh. Namun pendapat tersebut berubah setelah abad ke XIX.

Berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat setelah abat ke XIX, pendapat mengenai burung penyilang yang biasa digunakan untuk meyilangkan burung kenari agar menghasilkan keturuan yang diharapkan lebih unik adalah burung yang berasal dari family atau keluarga ang sama, yaitu dari family Serious serinus atau keluarga besar pipit. Namun, kegiatan penangkaran ini pada sisi lain mengakibatkan beberapa jenis burung kenari jarang ditemukan di pasaran sehingga menjadi jenis kenari langka, seperti kenari jenis lizard atau kenari belgia yang asli. Jenis-jenis kenari langka ini dipercaya telah bermutasi menjadi burung kenari fancy atau jenis lainnya yang hampir mirip.

Upaya Penelitian Burung Kenari

Pemeliharaan burung kenari pada umumnya dilakukan untuk menyalurkan hobi. Semenjak awal dilakukan pemeliharaan terhadap burung kenari, banyak orang tidak peduli dengan asal muasal berbagai jenis burung tersebut. Namun, semenjak berdirinya sekelompok perkumpulan penggemar burung kenari di Inggris pada tahun 1970, maka muncul upaya untuk mengumpulkan dan meneliti berbagai jenis burung kenari. Meskipun perkumpulan tersebut terdiri dari jumlah anggota yang terbatas, namun mereka bekerja dengan sangat profesional. Mereka mencari, memelihara, dan meneliti berbagai jenis burung kenari atau yang mirip dengan kenari. Perkumpulan tersebut berdiri selain untuk menyalurkan hobi juga bertujuan untuk mengetahui lebih jauh tentang burung kenari.

Upaya Penyilangan Burung Kenari

Kegiatan penyilangan burung kenari berawal dari upaya yang dilakukan oleh penggemar burung kenari di Eropa yang mencoba untuk menghasilkan keragaman jenis dengan bebagai keindahannya. Burung yang biasa digunakan untuk penyilangan berasal dari keluarga pipit antara lain european siskin, goldfinch, european green finch, maupun venezuelan red hooded siskin. Dengan upaya penyilangan ini para penangkar berharap dapat menghasilkan keturunan dengan kualitas suara yang baik dan bentuk tubuh atau warna yang menarik. Namun ada juga penangkar yang sekedar melakukan penyilangan hanya untuk memamerkan hasil silangannya kepada publik. Hasil penyilangan yang menarik dan dianggap berhasil adalah penyilangan antara venezuelan red hooded siskin jantan dan kenari betina yang menghasilkan faktor dasar merahnya kenari.

Keragaman Jenis Burung Kenari

Hasil penyilangan yang dilakukan oleh para penangkar telah berhasil menciptakan berbagai jenis burung kenari dengan keragaman yang sangat bervariasi. Bagi orang awam yang tidak mengenal burung kenari lebih dalam, mungkin hanya beranggapan bahwa burung kenari identik dengan warna kuning. Namun demikian, bila kita lihat lebih dalam dengan mengenalnya lebih dekat, ternyata banyak sekali keragaman burung kenari mulai dari warna bulu, ukuran tubuh, serta bentuk tubuh. Dari segi warna, burung kenari memiliki warna yang sangat bervariasi, ada yang putih, merah, hijau kuning, abu-abu, atau bahkan campuran dari berbagai warna tersebut. Dari segi ukuran juga sangat bervariasi mulai dari ukuran 9 cm hingga 16 cm. Dari segi bentuk, burung kenari memiliki variasi bentuk yang sangat unik, misalnya ada yang berpostur ramping, ada yang berbentuk agak bulat, ada yang memanjang seperti wortel, bahkan ada juga burung kenari yang berleher bungkuk hingga menyerupai burung cacat.

Burung Kenari Di Indonesia

Burung kenari di Indonesia memiliki jenis yang beragam pula. Banyak diantaranya yang belum diketahui secara pasti jenis dan varietasnya. Kenari-kenari tersebut merupakan kenari hasil penangkaran lokal. Untuk jenis kenari impor, yang banyak beredar di pasaran adalah fifes fancym gloster, dan kenari berwarna. Fifes fancy memiliki postur tubuh yang terkesan selalu tampil cantik, memiliki gerakan yang lincah dan selalu aktif. Fifes fancy merupakan jenis yang paling mudah dipelihara. Sementara itu, kenari gloster cukup digemari karena memiliki jambul yang menutupi kepala sehingga tampak unik dan lucu. Sedangkan kenari berwarna memiliki ciri khas yaitu warna bulunya yang indah, umumnya berwarna merah atau kemerahan. Kenari berwarna dikenal juga dengan sebutan kenari merah.

Burung Kenari Populer

Keragaman pada jenis burung kenari membuat burung ini memiliki banyak pilihan untuk dipelihara sebagai hobi. Namun, dari sekian banyak jenis burung kenari, ada beberapa jenis yang cukup populer tertuama di mata para penggemar kenari. Tiga jenis burung kenari yang dukup populer antara lain kenari yorkshire, border, dan norwich. Kenari yorkshire cukup dikenali dengan ciri postur tubuhnya yang membesar pada bagian atasnya kemudian meramping tajam pada bagian bawah. Selain itu, kenari yorkshire juga bisa dikenali dengan ciri kaki yang jenjang dan selalu berdiri tegak, serta memiliki keragaman warna yang sangat banyak. Sementara itu, kenari border memiliki sosok yang hampir mirip dengan burung kenari jenis fifes fancy. Kenari norwich, yang berasal dari negara Norwegia ini memiliki variasi warna bulu yang cukup beragam, dengan bentuk badan yang agak membulat dan memiliki dada yang terkesan bidang.

Burung Kenari Yang Cukup Diminati

Terdapat banyak sekali jenis kenari di dunia ini. Jenis ini selalu berkembang dari waktu ke waktu akibat persilangan yang berjalan terus-menerus. Persilangan ini dikembangkan karena selera pasar selalu berubah. Saat ini jenis yang diminati pasar adalah keenam jenis di atas. Jenis lain yang juga cukup dikenal adalah kenari lizard, kenari cinnamon, kenari roller, kenari chopper, kenari lancashire, kenari belgia, kenari frill, dan kenari warna hasil silangan , dengan burung kecil lain yang bukan burung kenari. Setiap jenis mempunyai sejarah masing-masing. Sering kali sejarah setiap burung ditonjolkan untuk menambah kecintaan penggemarnya. Tidak ada yang salah dalam hal ini. Bahkan, sejarah setiap jenis justru perlu dicatat agar tidak kabur seperti sejarah asal usul burung kenari.

Memilih Burung Kenari

Setiap jenis burung kenari yang dijual dipasaran memiliki kelebihan masing-masing. Bagi masyarakat pecinta dan penggemar burung ini tidak akan mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan terhadap burung kenari yang akan dipeliharanya. Tidak ada kriteria universal yang dijadikan parameter dalam memilih burung kenari. Kosumen dapat menentukan pilihannya berdasarkan selera masing-masing. Penggemar bisa menentukan pilihan berdasarkan keindahan warna bulu, bentuk tubuh, maupun kelihaiannya dalam bernyanyi.

Pilihan Burung Kenari

Semua warna yang terdapat pada kenari sangat tergantung pada genetiknya. Ada peneliti yang percaya bahwa sifat gen inilah yang mempengaruhi zat melanin dan zat lipochrome. Zat melanin akan menghasilkan warna bulu hitam seperti yang terdapat pada kenari liar, dan zat lipochrome akan menghasilkan kecenderungan warna kuning. Kombinasi antara hitam dan kuning ini memunculkan warna kehijauan dan varigata (campuran antara warna terang dan warna gelap) apabila zat melaninnya lebih dominan. Ini terjadi pada kenari lizard. Sementara itu, apabila zat lipochromenya lebih dominan, warna yang dominan adalah putih, semu putih, kuning, dan merah.

Bulu Burung Kenari

Secara umum, burung kenari memiliki dua tipe bulu yang berbeda, yaitu bulu lembut dan bulu kasar. Bulu lembut akan memberikan efek warna kusam dan gelam, sedangkan bulu kasar akan memberikan efek terang dan cerah. Kenari yang memiliki dominasi bulu lembut pada tubuhnya maka warna bulunya akan terkesan lebih gelam. Kenari Frill memiliki kelainan pertumbuhan bulu-bulu lembut. Kelainan tersebut merpakan faktor genetik, dimana bulu-bulu lembut pada kenari frill tubuh berbalik arah. Sementara itu, pertumbuhan pada kenari gloster juga memiliki kekhasan genetik sendiri, seluruh bulu yang tumbuh pada tubuhnya dikategorikan sebagai bulu lembut.

Keunggulan Burung Kenari

Semenjak didatangkan dari Kepulauan Canary, burung ini menjadi burung yang sangat berharga, terutama di mata masyarakat Eropa. Kecintaan mereka pada kenari tidak hanya dilihat dari keindahan warna bulunya yang sangat bervariasi dan bentuknya yang terolong unik. Namun burung kenari juga memiliki keceriaan dan keriangan yang dapat memberikan hiburan tersendiri. Selain itu, kelihaiannya dalam bernyanyi atau mengoceh juga menjadi daya tari yang besar. Kebiasaan bernyanyinya juga berbeda-beda. Kenari chopper dikenal mampu bernyanyi dengan suara yang keras dan dengan parus terbuka lebar sehingga mengesankan keriangannya. Hal ini sangat berbeda dengan kenari roller dapat bernyanyi dengan suara keras dan nyaring meskipun paruhnya terlihat menutup sehingga memberikan keunikan tersendiri.

Pilihan Suara Kicau Burung Kenari

Dari kemampuannya berkicau atau bernyanyi, burung kenari memiliki variasi kicauan yang bisa dijadikan pilihan untuk dipelihara sesuai dengan keinginan para habi. Ada orang yang beranggapan bahwa suara kicau burung kenari yang menyanyi dengan paruh tertutup terdengar lebih indah dibanding dengan yang menyanyi dengan paruh terbuka. Sebaliknya, beberapa orang juga lebih menyenangi burung kenari yang berkicau dengan paruh terbukan, karena terdengan lebih nyaring dan meberi kesan keceriaan. Di pasaran, terdapat variasi kicauan burung kenari yang bisa dipilih sesuai selera.

Saat Burung Kenari Bernyanyi

Burung kenari muda belum bisa bernyanyi seperti harapan para penggemar burung ocehan. Burung ini akan memiliki kemampuan untuk bernyanyi setelah berumur satu tahun. Jenis kelamin burung ini pun menentukan kualitas suara ocehannya. Burung kenari jantan memiliki kualitas suara yang jauh lebih indah saat bernyanyi jika dibandingkan yang betina. Burung kenari jantan ini memiliki kemampuan untuk menirukan ocehan dari burung-burung lain. Secara umum, burung kenari jantan akan bernyanyi sangat nyari disertai dengan gerakan yang lebih bervariasi jika sedang mengalami birahi dan berada di depan kenari betina yang siap kawin. Kenari american singer, yang merupakan hasil persilangan dari kenari roller dan kenari border, memiliki kemampuan untuk menirukan satu dua kata yang diucapkan manusia. Bahkan kenari amerikan singer ini jika dilatih dengan baik mampu untuk menirukan not lagu atau suara piano. Kenari jenis ini sangat dikenal di Amerika Serikat.
More aboutBURUNG KENARI

AYAM BANGKOK AYAM ADUAN

Penyebaran ayam bangkok sebagai ayam aduan semakin merambah ke berbagai daerah di Indonesia. Beberapa kalangan masyarakat, khususnya peternak ayam aduan, mulai menggemari jenis ayam bangkok sebagai ayam aduan karena ayam ini lebih unggul dibandingkan ayam kampung yang dijadikan ayam aduan.

Ayam Bangkok Ayam Aduan

Postur tubuh yang besar sangat memungkinkan ayam bangkok dijadikan sebagai ayam aduan. Selain itu, ayam bangkok juga memiliki daya tahan yang hebat, susunan tulang yang kuat, dan naluri bertarung yang tajam. Meskipun demikian, tidak semua ayam bangkok bisa dijadikan sebagai ayam aduan.

Ayam Bangkok Ayam Aduan

Gerak-gerik yang lamban dan pola bertarung yang monoton merupakan salah satu kelemahan dari ayam bangkok sebagai ayam aduan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pertarungan sering berakhir dengan seri atau mati konyol. Hal ini membuktikan bahwa mental, naluri, fisik yang tangguh, dan kelincahan mutlak diperlukan bagi ayam aduan.

Ayam Bangkok Ayam Aduan

Pada umumnya ayam bertarung melalui beberapa fase dengan pola dan gaya masing-masing. Yang dimaksud dengan fase ialah batasan waktu dalam menghadapi serangan dan menyerang musuh. Pada fase pertama serangan dilakukan dengan posisi terbang. Fase ini disebut abaran. Pada fase ini serangan dilakukan secara bertubi-tubi dengan menggunakan semua senjata yang dimiliki: taji, paruh, cakar, dan penjawat (bagian sayap paling luar).

Ayam Bangkok Ayam Aduan

Selanjutnya pertarungan akan memasuki fase kedua apabila salah satunya belum kalah. Dalam fase kedua ini serangan dilancarkan lebih terarah dan hati-hati. Kedua ayam mulai merapat untuk mencari titik kelemahan masing-masing. Fase ini disebut tumpang gulu. Pada fase ini kekuatan otot leher menjadi pusat tumpuan. Pola dan gaya bertarung masing-masing ayam mulai kelihatan pada fase tumpang gulu. Pada fase inilah keindahan seni bertarung mulai kelihatan.

Ayam Bangkok Ayam Aduan

Fase berikutnya dalam pertarungan ayam ialah fase pembantaian atau penyelesaian. Pada fase ini ayam bangkok akan terus berlangsung hingga salah satunya sudah dilumpuhkan. Ayam bangkok yang sudah dilumpuhkan tidak memiliki perlawanan yang cukup. Sebaliknya, ayam bangkok yang unggul akan memiliki peluang yang lebih besar untuk menyerang. Serangannya pun lebih terarah dan lebih mematikan mematikan, tergantung dari pola dan gaya bertarung ayam bangkok tersebut. Terkadang ada ayam bangkok yang terlalu lama melumpuhkan lawannya sehingga tidak dapat menyelesaikan pertarungan dengan baik dan berakhir seri karena keterbatasan waktu pertarungan yang telah disepakati.

Ayam Bangkok Ayam Aduan

Oleh karena itu, pemilihan bakalan atau calon ayam bangkok yang akan digunakan sebagai ayam aduan yang bisa diharapkan menjadi juara di arena pertarungan harus benar-benar jeli. Pelatihan ayam bangkok pun harus superintensif kalau tidak menginginkan ayam aduannya menjadi pecundang dalam arena aduan ayam.

TIPE AYAM BANGKOK ADUAN

Sebuah pertarungan dalam arena aduan ayam bangkok ditentukan oleh pola dan gaya bertarung serta karakteristik ayam bangkok yang bertarung. Setiap ayam bangkok memiliki pola dan gaya bertarung sendiri-sendiri yang menentukan berakhirnya pertarungan. Selain itu, masing-masing ayam bangkok juga memiliki karakteristik bertarung yang berbeda- berda. Yang membedakan karakteristik ayam, selain pola dan gaya, adalah senjata. Biasanya ayam bangkok aduan yang memiliki senjata taji atau jalu cukup panjang, dalam bertarung lebih cepat mengakhiri sebuah pertarungan. Berdasarkan senjata yang dimilikinya, ayam bangkok aduan dibedakan menjadi dua, yaitu ayam jalu dan ayam pukul. Keduanya berpeluang untuk menjadi juara, tetapi jarang terjadi keduanya bertemu di arena. Idealnya kedua ayam tersebut mempunyai gambaran sebagai berikut.

A. Ayam jalu

Pada umumnya ayam jalu siap bertarung pada umur 18 bulan. Ayam yang akan diadu harus ayam yang belum pernah kawin. Salah satu karakter ayam jalu yang baik adalah memiliki kokok yang berwibawa, keras, dan nyaring. Selain itu, ayam jalu harus memiliki naluri bertarung yang kuat dengan gaya slugher.

Fisik ayam jalu yang akan digunakan sebagai ayam aduan idealnya harus memenuhi kriteria sebagai berikut.

1. Kepala
Bentuk kepala ayam jalu yang ideal adalah ramping atau kecil dan agak panjang dengan jengger lentur dan tipis. Biji mata kecil, bundar, dan agak tersimpan ke dalam. Paruh agak panjang dan kuat.

2. Badan
Ayam jalu harus bertubuh ramping dengan leher agak panjang. Bulu tubuhnya lebat, demikian juga dengan bulu ekor. Memiliki otot kuat dan terbentuk di seluruh bagian tubuh.

3. Kaki
Ayam jalu sebaiknya memiliki pergelangan kaki kecil, bulat, dan kering. Panjang taji kira-kira 2 cm. Posisi taji dekat dengan jari kelingking dan searah jari luar. Keadaan ruas kaki dan taji teratur. Mempunyai mata taji (ruas yang sejajar dengan taji terletak di tengah garis yang membagi kedua ruas kaki).

B. Ayam pukul

Ayam pukul siap bertarung pada umur minimum 12 bulan. Ayam yang akan diadu harus belum pernah kawin. Sebaiknya ayam ini berkokok besar, pendek, dan berwibawa. Naluri bertarungnya harus kuat dengan gaya fighter. Fisik ayam ini idealnya harus memenuhi kriteria sebagai berikut.

1. Kepala
Bentuk kepala sebaiknya agak besar dan tebal dengan jengger kecil dan kaku. Bentuk paruh agak pendek dengan tulang alis yang menonjol.

2. Badan
Ukuran tubuh ayam pukul sebaiknya besar dan kekar didukung dengan tulang yang besar dan kuat. Jumlah bulu kedua sayap minimum 36 helai. Berotot kuat pada sebagian kaki, leher, bahu, ujung leher, dan sayap. Berbulu lebat dan kaku.

3. Kaki
Keadaan ruas kaki kurang teratur, tetapi keras dan kuat. Jari-jari lebih panjang dan kering. Bentuk taji teplek, centel, kumet (Jawa), pertumbuhannya kurang subur.

AYAM BANGKOK ADUAN YANG TANGGUH

Memilih ayam bangkok aduan yang tangguh tidaklah semudah yang kita gambarkan. Ayam yang tangguh tidak hanya sekadar memiliki postur ideal, fisik kuat, dan seni bertarung yang indah. Konon, kelahiran, garis keturunan, dan warna bulu yang khas ikut berperan dalam hal ketangguhan ayam. Sepintas tidak berhubungan sama sekali. Namun, jika dipilah-pilah, setidaknya garis keturunan yang bagus akan menghasilkan genitas yang bagus pula. Berikut ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan ketangguhan ayam.

A. Mengenal warna tubuh ayam bangkok aduan

Umumnya ayam bangkok berwarna merah tua. Setelah mengalami persilangan dengan ayam dari keturunan yang berbeda, warna tersebut menjadi bervariasi. Dari berbagai warna ini, ada beberapa yang diistimewakan dan disukai kebanyakan penggemar. Di antaranya seperti berikut ini.

1. Wiring kuning
Warna kuning tua pada sebagian kepala, tubuh, kaki, mata, bulu hias, rawis (bulu pada leher), dan paruh.

2. Wiring galih
Warna agak gelap, bermata hitam, kaki dan taji juga hitam, rawis merah tua, dan paruh hitam wuluh.

3. Wisanggeni
Warna merah menyala, kuning, dan putih seperti halnya api yang menyala. Berkaki kuning dengan mata merah dan warna dasar hitam agak kehijau-hijauan.

4. Blorok madu
Warna dasar putih, sedikit merah tua, hijau, kuning, dan hitam pada bulu hias di sekitar punggung. Idealnya ayam tersebut berkaki putih, paruh putih, mata putih, dan kulit badannya juga putih.

5. Dragem (hitam)
Warna hitam mulus agak kemerah-merahan pada rawis. Kaki berwarna hijau lumut, mata hitam, dan paruh hitam wuluh.

Kriteria seperti di atas digemari sebagian orang. Konon, ayam seperti itu mempunyai derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayam yang lain. Memang ini tidak mutlak bagi ayam aduan. Namun, karena keberadaannya bisa dibilang langka, ayam dengan warna seperti itu menimbulkan sugesti dan memancing fanatisme penggemarnya.

Selain kelima warna tersebut ada warna lain yang kurang diminati penggemar. Warna yang kurang diminati ini antara lain sebagai berikut.

1. Brontok
Warna hampir sama dengan blorok madu, tetapi corak warnanya lebih besar dan merata ke seluruh tubuh.

2. Klawu gadhing
Warna dasar kelabu. Rawis, paruh, dan kaki berwarna kuning gading.

3. Klawu kethek
Warna dasar kelabu. Rawis, kaki, mata, kuku, paruh, dan taji berwarna gelap.

4. Klawu geni
Warna dasar kelabu. Rawis dan mata berwarna merah menyala.

6. Wido kemlandhingan
Warna dasar hitam. Rawis putih, sayap hitam mengilap kehijauan, kaki kuning, paruh kuning, mata kuning, dan bulu hias cokelat.

5. Kumbang atau gula jawa
Warna dasar hitam. Rawis merah kekuningan, tidak ada warna putih.

B. Mengenal gaya bertarung ayam bangkok aduan

Seni bertarung ayam juga bervariasi. Tidak ubahnya seperti petinju, ayam pun juga memiliki gaya bertarung. Ada yang bergaya fighter dan ada yang bergaya slugher. Ciri-cirinya bisa diketahui dengan melihat susunan tulang dan postur tubuh. Dalam petarungan, pola dan gaya tersebut baru tampak setelah memasuki fase kedua. Oleh karena itu, fase kedua ini bisa dibilang sebagai pertarungan yang sesungguhnya.

Ayam dengan gaya fighter lebih agresif dalam menghadapi musuh. Pola bertarungnya pantang mundur dan frekuensi pukulannya lebih banyak. Biasanya ayam yang bertarung dengan gaya ini mau bertukar pukulan dan posisi menyerangnya dari depan. Baginya, menghabisi lawan lebih cepat lebih baik. Itulah salah satu kelebihan gaya fighter.

Lain halnya dengan gaya slugher yang gesit dan lincah. Gaya ini lebih memperlihatkan seni bertarung yang luwes dan cekatan. Ayam dengan gaya ini bisa menyerang dari segala posisi. Pukulan yang dilancarkan betul-betul diperhitungkan. Gerakannya yang lincah sering menyulitkan lawan sehingga gaya bertarungnya enak ditonton.

Kedua tipe gaya tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan ayam yang tidak dirangsang dengan baik akan menjadi bumerang bagi ayam itu sendiri, sedangkan kekurangannya tetap akan menjadi kelemahan bagi setiap ayam aduan. Lalu bagaimana mengatasi kelemahan tersebut?

Kekurangan pada ayam aduan tidak dapat ditutupi atau dihilangkan. Demikian pula dengan kelebihan naluri bertarung yang tangguh. Kedua hal ini tidak dapat dipungkiri lagi. Hanya saja, ketangguhan ayam aduan bisa lebih ditingkatkan sehingga bisa mengurangi kelemahan yang menjadi kendala bagi ayam aduan. Peningkatan mutu bertarung yang lebih handal berawal dari pemahaman terhadap sifat dan bagian-bagian tubuh ayam, perawatan yang baik dan benar, pelatihan fisik dan mental, pemenuhan kebutuhan makanan tambahan dan pemilihan bakalan.

C. Memahami sifat dan bagian-bagian tubuh ayam bangkok aduan

Pada umumnya ayam memiliki sifat seperti manusia. Hanya saja, tidak memiliki akal, melainkan insting yang kuat. Dari insting inilah gerak-gerik ayam dikendalikan. Jika lapar, akan makan. Jika disakiti, akan meronta. Jika diserang, ayam pun akan membela diri . Aktivitas tersebut terjadi secara spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu. Itulah yang membedakan sifat ayam dengan manusia. Dari sifat kebinatangan seperti itulah ayam mudah dikendalikan: bisa diadu, gerakannya bisa dipercepat, dan instingnya bisa dipertajam.

Untuk mengendalikannya, diperlukan kesabaran dan perhatian yang cukup. Terlebih dalam pemenuhan kebutuhannya. Setelah kebutuhannya tercukupi, ayam akan jinak dan mudah untuk merawatnya.

Setiap bagian tubuh ayam aduan mempunyai fungsi dan memerlukan perawatan yang baik. Bagian tubuh yang terpenting adalah sebagai berikut.

1. Paruh
Selain untuk mematuk makanan, paruh berfungsi sebagai senjata dan sarana melancarkan serangan. Paruh yang kuat sangat membantu ayam aduan. Untuk menjaga agar paruh tetap kuat, ayam dihindarkan dari air panas. Selain itu, ayam perlu diberi kalsium laktat secara teratur.

2. Ekor
Ekor berfungsi untuk menahan tubuh di saat menerima dorongan dari depan atau menyanggah jatuhan. Ekor yang panjang dan kaku disamping terlihat indah, akan berfungsi maksimal. Agar ekor tetap indah dan tidak rusak, ayam dihindarkan dari air dan kandang yang sempit.

3. Taji
Taji berfungsi sebagai senjata yang paling melumpuhkan. Tidak semua ayam bisa menggunakan taji dengan efektif. Posisi taji yang tepat ikut menentukan tingkat efektivitasnya. Agar tidak rusak, taji tidak perlu diraut apabila ayam dalam masa istirahat. Keadaan buruk lainnya adalah taji terbungkus di saat ayam bertarung.

4. Kaki
Kaki yang sering bergesekan dengan benda keras dan kasar akan menderita penyakit bubul. Keadaan yang mula-mula tampak adalah telapak kaki mengeras dan akhirnya infeksi. Penyakit lain yang sering menyerang kaki adalah tedun. Keadaan ini disebabkan oleh membekunya darah di sekitar kaki. Pertama-tama timbul bercak merah, kemudian membengkak. Sebab lain bisa terjadi karena benturan keras pada telapak. Hal ini bisa terjadi ketika ayam melompat dari ketinggian atau istirahat terlalu lama setelah bertarung.

5. Otot
Bagi ayam petarung, kekuatan otot sangat membantu untuk menyerang maupun menerima pukulan musuh. Dengan otot yang terbentuk pada sebagian tubuh, daya tahan fisik lebih kuat dan serangan akan menjadi lebih akurat. Otot-otot yang terpenting dan perlu dilatih terdapat pada sekitar bahu, leher, lutut, pangkal paha, dan perut bagian belakang.

Bagian lain yang tak kalah pentingnya adalah sayap, mata, bulu bias, dan semua bagian tubuh lainnya yang menjadikan ayam dalam keadaan normal. Keseluruhannya berfungsi meskipun hanya beberapa bagian yang dominan. Namun demikian, semua harus terawat dengan baik. Hanya dengan perawatan yang baik dan benar ayam aduan bisa menjadi juara.

D. Memilih bibit ayam bangkok aduan

Bibit ayam aduan yang tangguh kemungkinan besar bisa diperoleh dari keturunan juara atau setidaknya berpenampilan dan memiliki kemampuan bertarung yang bagus. Bakalan yang bagus bisa dipilih setelah berumur lebih dari lima bulan. Pada umur ini susunan tulang dan ciri-ciri khusus lain misalnya warna bulu, bentuk kepala, taji, naluri bertarung, insting, dan bulu sayap sudah dapat dipastikan.

Beberapa kriteria untuk memilih bibit ayam aduan yang tangguh adalah (1) bibit berasal dari garis keturunan yang baik, (2) bibit dalam keadaan sehat dan tidak cacat (3) mewarisi pola dan gaya bertarung dari pemacek atau pejantannya, dan (4) memiliki bagian-bagian tubuh dengan kriteria ideal.

Ciri-ciri bagian tubuh ayam bangkok aduan yang memiliki kriteria ideal adalah sebagai berikut.

1. Kepala
Kepala berbentuk njalak (seperti kepala burung jalak), agak tebal dan panjang, berkulit tipis, halus, dan agak lentur. Kepala dengan bentuk seperti ini biasanya tahan pukulan, mudah sembuh dari luka, dan mempunyai wibawa besar.

2. Paruh
Paruh mempunyai garis di tengah pada bagian atas. Warna paruh sama dengan ruas kaki dan berbentuk seperti paruh burung rajawali. Paruh seperti ini umumnya kuat dan cekatan mencari mangsa.

3. Mata
Mata agak bundar, bersih, dan agak tersimpan ke dalam tulang alis yang menonjol. Mata seperti ini sulit diserang musuh.

4. Kaki
Lutut agak condong ke belakang dengan panjang yang seimbang antara bagian atas dan bawah. Jari berposisi normal, kering, dan agak panjang. Taji searah dengan jari paling luar. Keadaan ruas jari teratur rapi. Ayam dengan kaki seperti ini umumnya memiliki pukulan yang keras dan menyakitkan.

5. Tulang
Tulang terbagi menjadi tiga bagian: leher, tubuh, dan kaki. Tulang leher sebaiknya agak panjang, besar, dan ruasnya rapat. Tulang tubuh, khususnya tulang bawah, dipilih yang agak besar (tebal) dan panjang hingga ke bagian tulang belakang (supit). Bagian tulang antara tubuh dengan ekor rapat, kuat, dan kaku. Pada bagian ini terletak kekuatan pukulan dan umumnya diutamakan. Untuk tulang kaki, justru dipilih yang tidak terlalu besar, tetapi agak bulat dan keras.

6. Kokok
Kokok merupakan bagian yang tidak terlalu diprioritaskan. Meskipun demikian, sebagian orang lebih menyukai kokok ayam yang pendek, keras, dan bernada tinggi. Konon, ayam yang kokoknya seperti ini lebih berwibawa dan bisa mempengaruhi mental lawan. Pemakaian jamu, seperti jape, kayu cina (widoro), dan kunci secara teratur, akan membentuk kokok yang keras dan nyaring.
More aboutAYAM BANGKOK AYAM ADUAN

MERAWAT BURUNG

Kesehatan burung merupakan hal yang penting dan harus mendapatkan perhatian khusus agar burung peliharaan kita tetap memberikan penampilan sesuai dengan harapan. Burung ocehan tidak akan berkicau memberikan hiburan bagi empunya, bila kondisi kesehatannya terganggu. Begitu pun burung hias yang menonjolkan keindahan warna tubuh dan kelincahannya, tidak akan menjunjukkan kesan indah jika penampilannya loyo, lemas, dan kusam kurang terawat atau terganggu kesehatannya. Oleh karena itu, menjaga kesahatan burung adalah hal terpenting yang harus dilakukan para penggemar burung.

PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN BURUNG PELIHARAAN

Pelestari maupun penggemar burung tentu akan berupaya merawat burung kesayangannya agar setiap hari mau berkicau dengan nyaring. sehingga kicauannya dapat didengar dengan rasa bangga. Apalagi bila kicauan burung itu bisa menirukan berbagai kicauan burung lainnya ataupun suara manusia. Di samping untuk memuaskan atau menyenangkan pemiliknya, kicauan burung juga dapat menambah keserasian lingkungan dan kehangatan alam di sekitarnya. Bayangkan saja bila Anda bertempat tinggal di suatu daerah yang sangat sepi tanpa ada suara satwa di sekitarnya. Tentu saja suasana seperti itu akan terasa seram dan mencekam.

Apabila pelestari/penggemar burung mengharapkan agar burung peliharaannya tetap berkicau dengan nyaring maka tentu saja harus ada usaha-usaha ke arah tujuan itu. Agar tetap bertengger dan berkicau dengan indah dan lucu maka persyaratan utama yang harus dipenuhi adalah burung itu harus sehat. Kesehatan ini tidak mungkin akan datang sendiri bila tidak diupayakan. Selain harus dilakukan upaya untuk menjaga kesehatannya, burung juga harus dipelihara dengan penuh rasa kasih sayang. Dengan cara itu, burung peliharaan akan sangat mengenal penyayangnya.

A. Jenis Burung Peliharaan

Jenis-jenis burung yang banyak dipelihara di rumah antara lain sebagai berikut.
  1. Burung-burung impor dan dilombakan: hwa mei, poksai, kenari (eropa, cina).
  2. Burung-burung dalam negeri (lokal):
    1. Burung yang diikutkan untuk pameran/lomba antara lain branjangan, cucakrawa, cacing, murai batu.
    2. Burung-burung yang dipelihara di rumah (bukan untuk pameran/lomba) antara lain kakatua jambul kuning, kakatua biasa, nuri (maluku, irian), beo (nias, kalimantan, lampung, jaws), jalak (penyu, suren), srigunting, kepodang, gagak, elang, merak, gelatik, kutilang, parkit.

B. Penampilan Burung Mencerminkan Kesehatannya

Penampilan burung sebaiknya diamati secara berkala. Dengan demikian, bila burung menunjukkan tingkah laku yang tidak wajar (tidak seperti biasanya) maka dapat segera dicari penyebabnya. Mungkin saja hal itu terjadi akibat kesehatan burung yang terganggu.

Burung yang sehat dicirikan oleh tingkah lakunya yang selalu lincah dan sering berkicau, makan dan minum secara wajar, matanya bening dan bersinar, bulunya tetap mulus (tidak kusut). Sebaliknya, burung yang sakit dapat segera diketahui bila menunjukkan beberapa hal, antara lain keadaannya lesu/loyo seperti kedinginan dan kurang mau berkicau, kurang suka makan dan minum, bulunya tampak kusut, napasnya tersengal-sengal, hidung atau paruhnya kadang-kadang berlendir, dan kotorannya cair (mencret) berwarna hijau keputih-putihan.

C. Agar Burung Tetap Sehat

Berbagai cara telah ditempuh oleh para penggemar burung untuk menjaga agar burung kesayangannya agar tetap sehat dan bugar. Tentu saja pengalaman seseorang dalam berusaha menyayangi dan menjaga burung kesayangannya tidak sama dengan pengalaman orang lain. Bagi orang yang burungnya sering diikutsertakan dalam lomba atau pameran dan sering berhasil menjadi pemenang maka mereka tentu akan berusaha agar burungnya tetap sehat, bugar, dan rajin berkicau. Namun, dalam hal ini bukan berarti pemilik burung yang tujuannya sekadar untuk simpanan atau klangenan di rumah tidak berupaya agar burung klangenannya tetap sehat dan bugar.

Sebenarnya belum ada ketentuan yang baku mengenai cara merawat burung peliharaan agar tetap sehat dan bugar. Meskipun demikian, perlu dicoba upaya untuk menjaga agar burung tetap sehat. Secara garis besar, upaya itu antara lain memberikan pakan dan minum yang teratur dan berkualitas, menjaga kebersihan dan keamanan sangkar juga kandang aviari, memandikan dan menjemur burung, serta mengendalikan dan mengobati penyakit seandainya penyakit terlanjur berjangkit.

MENGUPAYAKAN TEMPAT HIDUP YANG AMAN DAN NYAMAN

Kenyamanan tempat hidup burung, berupa sangkar maupun kandang aviari, tentu tidak dapat sempurna seperti ekosistem burung di alam. Setelah dipelihara manusia, burung tidak dapat hidup (terbang bebas) seperti di habitat aslinya. Oleh karena itu, tempat hidup burung peliharaan harus diperhatikan sehingga burung merasa tetap nyaman meskipun berada di dalam lingkungan yang terbatas.

A. Sangkar

Sangkar burung berkicau sangat beragam. Karen setiap jenis burung mempunyai karakter atau kebiasaan yang tidak sama maka kondisi sangkar disesuaikan dengan jenis burung yang akan dipelihara di dalamnya. Selanjutnya, agar burung yang ada di dalamnya dapat aman maka hal-hal yang berkaitan erat dengan sangkar harus diperhatikan, antara lain bahan sangkar, letak sangkar, dan ukuran sangkar.
  1. Bahan sangkar burung
    Demi kenyamanan burung yang akan tinggal di dalamnya, bahan pembuat sangkar dipilih yang aman: tidak mudah melukai burung, tetapi cukup kuat. Berbagai bahan pembuat sangkar yang umum digunakan antara lain bambu, rotan, kayu, logam, plastik. Di pasaran, kini banyak alternatif sangkar yang dapat dipilih sesuai dengan selera. Bahkan tidak sedikit sangkar-sangkar burung ocehan itu diimpor dari luar negeri, terutama dari negara-negara Asia Timur.

    Sangkar dipilih yang halus dan rapi pengerjaannya sehingga menarik jika dipandang. Pengerjaan sangkar yang tergolong kasar dan tidak rapi dapat melukai burung, terutama pada saat burung ngelabak (terbang di dalam sangkar). Pada saat seperti itu, kulit pada sayap dan kepala di atas paruh bisa luka dan berdarah.

    Sangkar bagian bawah biasanya berjeruji. Apabila kondisinya demikian maka jarak antarjeruji harus diperhatikan. Sebaiknya jarak antarjeruji ini tidak terlalu renggang dan diperkirakan burung tidak dapat terperosok ke bawah. Selain itu, kekuatan dan keutuhan jeruji sekali-kali perlu juga dikontrol karena bila ada jeruji yang rusak atau lepas dapat dimanfaatkan burung untuk terbang ke luar sangkar. Begitu pula pintu sangkar, pada saat membukanya harus dipastikan bahwa pintu itu sudah tertutup kembali.
  2. Letak sangkar burung
    Burung sangat memerlukan sinar matahari untuk kesehatannya. Untuk itu, pada setiap pagi sekitar pukul 07.00 sampai dengan pukul 11.00, burung kesayangan sebaiknya dijemur. Setelah pukul 11.00, sangkar berisi burung digantung di tempat teduh atau di bawah pohon yang rindang. Sewaktu burung digantung di luar maupun di dalam rumah harus diletakkan di tempat yang aman dan terhindar dari gangguan hewan lain seperti kucing, anjing, dan tikus.
  3. Bentuk dan ukuran sangkar
    Ukuran sangkar sangat bervariasi karena hampir setiap jenis burung memerlukan ukuran maupun bentuk sangkar yang berbeda. Bahkan kadang-kadang perbedaan ini sangat jauh. Beberapa jenis burung yang memerlukan sangkar khusus antara lain sebagai berikut.
    1. Cucakrawa, murai batu, dan sejenisnya
      Burung ini tergolong berukuran relatif besar sehingga memerlukan sangkar relatif besar pula. Sangkar yang dipilih biasanya berbentuk segi empat, panjang keempat sisinya masing-masing kurang lebih 50 cm, tinggi sangkar kurang lebih 60 cm.
    2. Branjangan
      Burung ini mempunyai kebiasaan terbang merendah dan meninggi sehingga memerlukan sangkar yang relatif tinggi. Sangkar yang dipilih biasanya berbentuk bulat, garis tengahnya kurang lebih 30 cm dan tingginya kurang lebih 100 cm.
    3. Hwa mei, poksai, dan sejenisnya
      Burung ini tergolong berukuran sedang. Sangkar untuk hwa mei biasanya dipilih yang berbentuk bulat, garis tengah kurang lebih 35 cm, tingginya kurang lebih 50 cm. Sementara untuk poksai dipilih sangkar berbentuk segi empat, panjang keempat sisinya kurang lebih 40 cm, tingginya kurang lebih 55 cm.
    4. Prenjak, ciblek, dan sejenisnya
      Burung ini tergolong berukuran kecil sehingga sangkarnya tidak perlu besar. Sangkar yang dipilih berbentuk bulat ataupun segi empat dengan panjang sisi atau garis tengah sekitar 25 cm dan tingginya 35 cm.
    5. Perkutut
      Sangkar untuk burung ini umumnya diberi mahkota yang berfungsi sebagai peneduh dan dapat memantulkan suara perkutut sehingga terdengar merdu. Pada mahkota biasanya diberi hiasan berupa lukisan atau ornamen lain yang memperindah penampilannya.

B. Kandang Aviari

Kandang aviari bagi burung berkicau sangat berbeda dengan kandang aviari untuk perkutut. Di dalam satu kandang aviari untuk burung berkicau bisa saja dicampurkan beberapa burung sejenis atau lain jenis, asalkan bukan burung buas sehingga tidak terjadi kanibalisme (saling memangsa).

Lain lagi dengan kandang aviari untuk perkutut. Di dalam kandang ini, perkutut tidak dapat dicampurkan dengan burung lain selain perkutut karena bisa menimbulkan rasa takut dan menjadi stres. Jangankan di kandang aviari, sewaktu burung perkutut sedang dikerek pun kalau ada burung merpati beterbangan di sekitarnya maka perkutut akan menjadi takut dan tidak mau manggung akibat stres.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada penggunaan kandang aviari adalah sebagai berikut.
  1. Letak kandang
    Penempatan kandang aviari perlu dipertimbangkan dahulu. Kandang aviari sebaiknya diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari pagi, cukup teduh, hembusan angin tidak terlalu keras, aman dari gangguan hewan lain, dan lingkungannya cukup memadai (sesuai dengan lingkungan yang disenangi jenis burung tersebut).
  2. Ukuran kandang
    Ukuran ideal untuk kandang aviari sangat relatif karena tergantung pada banyaknya burung yang akan dimasukkan ke dalam sangkar itu. Sebagai contoh, kandang-kandang aviari di Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (Jakarta) ukurannya cukup luas. Karen kandang itu relatif luas maka akan lebih baik bagi burung-burung yang ada di dalamnya.

    Kandang aviari untuk burung berkicau masih jarang dimiliki orang, kecuali para pedagang. Namun, para pedagang burung ocehan pun umumnya masih menggunakan sangkar biasa sehingga burungburung yang ada di dalamnya kurang bisa leluasa bergerak/terbang.
  3. Jenis burung yang dapat dicampur
    Pada prinsipnya, di dalam sebuah kandang aviari mungkin saja dipelihara beberapa jenis burung, asalkan tidak disatukan dengan burung buas. Hal ini beralasan karena burung buas dapat memangsa sesama burung sehingga burung lain yang disatukan dalam satu kandang tidak dapat hidup nyaman, bahkan dapat habis dimakan burung buas itu satu demi satu.

    Meskipun beberapa jenis burung dapat disatukan dalam satu kandang, tetapi hal itu masih sangat jarang dilakukan, terutama untuk jenis burung berkicau. Bila beberapa jenis burung berkicau dicampurkan dalam satu kandang, dikhawatirkan akan saling mempengaruhi sehingga kicauannya tidak berkembang sesuai keinginan. Selain itu, bisa jadi ada burung yang tidak mau berkicau atau takut berkicau karena ada burung lain yang lebih dominan.

    Lain halnya jika kandang aviari dibuat cukup luas, misalnya seperti kandang aviari di Taman Burung (Taman Mini Indonesia Indah). Di dalamnya bisa saja dipelihara berbagai burung buas: tetapi harus diberi ruang terbatas sehingga burung lainnya tetap aman tidak terganggu.

PAKAN BURUNG

Habitat asli burung ada di hutan dengan keberlimpahan pakan dan ruang yang luas. Burung hidup sebagai mahluk bebas. Keberadaannya di dalam sangkar pasti akan mengakibatkan burung menjadi stress, karena merasa terampas kebebasannya. Keterbatasan ruang gerak di dalam sangkar membuat performa burung menurun jika dibandingkan saat burung tersebut berada di alam. Oleh karena itu, agar kebugaran dan performa burung tersebut tetap terjaga, maka harus diimbangi dengan pemberian pakan dan minuman yang berkualitas.

A. Jenis Pakan Burung

Jenis pakan burung berkicau ini beraneka ragam, terutama pakan alami. Selain itu, ada juga pakan buatan hasil industri. Pakan buatan ini tersedia dalam berbagai macam: ada pakan biji-bijian yang telah diolah, tetapi bentuknya tidak berubah; ada pula pakan yang mengalami pengolahan dan hasil olahannya sangat berbeda dengan bentuk aslinya, misalnya voer.

Pakan burung berkicau maupun burung peliharaan sangat tergantung pada jenis burung yang bersangkutan. Berikut ini diberikan contoh beberapa jenis pakan untuk burung peliharaan.

  1. Pakan burung alami
  2. Pakan alami yang sering diberikan kepada burung peliharaan antara lain pisang kepok, pepaya matang (masak), jagung muda mentah, jewawut, gabah merah, ketan hitam, kroto, jangkerik, belalang, ulat hongkong, dan lain-lain.

    Meskipun masih sangat jarang, adakalanya orang memelihara burung buas, seperti gagak, berbagai jenis elang, garuda/rajawali. Burung ini di alam bebas sering mencari mangsa satwa hidup. Jika burung ini dipelihara maka pakan yang dibutuhkannya antara lain daging, ikan, jeroan, katak kecil (percil), anak ayam, anak burung, ular.

    Pemberian pakan alami ada beberapa masalah yang perlu diperhatikan, terutama kondisi pakan tersebut.
    1. Secara umum pakan itu harus dalam keadaan bersih dari segala kotoran.
    2. Untuk burung pemakan biji-bijian, pemberian pakannya lebih mudah karena pakan jenis ini relatif tahan lama.
    3. Untuk pakan dari buah-buahan sebaiknya diberikan dalam kondisi segar dan bersih; karena kalau tidak akan membusuk dan bisa menimbulkan penyakit pada burung.
    4. Untuk pakan hewani (misalnya kroto, ulat hongkong, anak katak, daging atau jeroan) harus diberikan dalam keadaan segar sebab kalau sudah kedaluarsa/membusuk bisa merangsang tumbuhnya bakteri yang bisa membawa penyakit pada burung.

  3. Pakan burung buatan hasil industri
  4. Pakan burung buatan hasil olahan industri biasanya telah dikemas sebelum diperdagangkan. Pakan burung buatan ini berupa pakan dari biji-bijian yang telah diolah maupun voer. Pakan buatan berupa voer dijual dalam bentuk kemasan maupun belum dikemas. Voer yang dijual tanpa kemasan mudah sekali terkena debu dan bahan pencemar lainnya.

    Untuk burung berkicau, banyak sekali jenis pakan yang telah diolah kemudian dikemas. Di pasaran, pakan jenis ini mudah ditemukan dalam bentuk kemasan dengan tulisan di kemasan sesuai dengan isi pakan di dalamnya, misalnya ketan hitam, gabah merah, millet, jewawut. Selain itu, ada pula jenis pakan yang merupakan ramuan. Dalam proses pengolahannya, pakan ini biasanya ditambahi vitamin atau zat pelengkap lain yang berguna bagi pertumbuhan burung. Dengan memberikan voer maka pemelihara burung tidak perlu susah mencari pakan burung. Kalau mengikuti kebiasaan pakan burung di alam bebas seperti kroto, pepaya, pisang, dan pakan hewani maka pekerjaan pemeliharaan akan lebih banyak memerlukan waktu dan biaya.
    Beherapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan buatan antara lain sebagai berikut.
    1. Perusahaan pakan buatan cukup banyak. Tentu saja kualitas produk yang dihasilkan tidak sama. Oleh karena itu, pada saat membeli pakan buatan perlu dipertimbangkan kualitas pakan yang akan dibeli, bukan sernata-mata karena harganya murah.
    2. Pakan buatan (voer) harus selalu dijaga agar tidak sampai basah. Apabila pakan ini terkena air maka akan mengembang dan cepat rusak, juga menimbulkan bau.
    3. Pakan voer ada tiga jenis, yaitu untuk burung muda, untuk burung remaja, dan untuk burung dewasa. Pemberiannya harus disesuaikan dengan tahap perkembangan burung.
    4. Pemberian pakan voer harus disesuaikan dengan besar kecilnya burung. Setelah masuk ke tembolok, voer akan berkembang. Oleh karena itu, pemberian pakan buatan harus dibatasi karena kalau terlalu banyak dan berkembang di dalam tembolok maka burung akan menjadi sakit bahkan bisa mati.

B. Cara dan Frekuensi Pemberian Pakan Pada Burung

Kebiasaan makan yang dilakukan burung di alam bebas sangat tergantung pada kebutuhan. Burung baru akan terbang mencari makan atau minuman pada saat merasa lapar atau haus. Walaupun pakan dan minuman yang dimakan itu hanya seketemunya, tetapi burung-burung itu tetap sehat karena ruang geraknya leluasa dan pakannya pun selalu segar.

Berbeda dengan burung-burung peliharaan. Karena kondisinya serba terbatas tidak seperti habitatnya di alam maka konsekuensinya burung itu harus disayangi, dirawat sebaik-baiknya, dijaga kebersihan dan kesehatannya, diatur pemberian pakan dan minumannya, serta dijaga keamanannya. Pemberian pakan dan minuman harus diatur karena burung sebaiknya tidak terlalu gemuk dan juga tidak terlalu kurus.

  1. Cara pemberian pakan pada burung
  2. Cara pemberian pakan sangat tergantung pada jenis burung yang dipelihara. Cara pemberian pakan ini dibedakan antara burung pemakan biji-bijian, burung pemakan buah-buahan, dan burung buas.

    1. Burung pemakan biji-bijian
    2. Pakan maupun minuman untuk burung pemakan biji-bijian disediakan pada setiap sangkar. Caranya, burung dimandikan serta sangkar dibersihkan. Setelah itu, tempat minuman dan tempat pakan dimasukkan ke dalam sangkar kemudian pakan dan air minum diisikan secukupnya menurut besar kecilnya burung dan diperkirakan dalam jumlah yang wajar (tidak kurang dan tidak berlebih). Air minum sebaiknya dari air matang yang telah didinginkan. Sesekali burung juga bisa diberi jangkerik, belalang, atau ulat hongkong.

    3. Burung pemakan buah-buahan
    4. Jenis burung ini pakannya memang harus lebih tertib. Sebagai contoh, burung pemakan pisang kepok biasanya kurang menyukai pisang yang sudah terlalu masak/matang sehingga lebih baik diberikan pisang yang setengah matang. Burung yang biasa memakan pepaya juga harus dipilihkan yang sudah matang. Pisang yang akan diberikan harus dikupas sebelah kulitnya kemudian digantung di dalam sangkar. Pepaya yang akan diberikan sebaiknya dalam bentuk potongan selebar kurang lebih tiga jari dan panjangnya kurang lebih 10 cm, bijinya dibuang lebih dahulu. Air minumannya pun sebaiknya dari air masak/matang yang sudah didinginkan. Burung pemakan buah-buahan dapat pula sesekali diberi jangkerik, belalang, atau ulat hongkong.

    5. Burung buas pemakan daging
    6. Pakan untuk burung ini adalah hewan hidup seperti anak ayam, katak, ulat, anak burung, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, bila burung jenis ini dipelihara sebagai klangenan (burung kesayangan) maka kebersihan pakan dan minuman pun harus diperhatikan. Daging/jeroan yang diberikan harus dalam keadaan segar. Daging itu dipotong-potong kemudian baru dimasukkan ke tempat pakan. Untuk minumannya sama, yaitu air masak/matang yang sudah didinginkan.

  3. Frekuensi pemberian pakan pada burung
  4. Secara umum, pakan dan minuman untuk kelompok burung pemakan biji-bijian, buah-buahan, maupun burung pemakan daging di berikan setiap pagi hari. Berarti frekuensi pemberiaannya satu hari sekali. Pakan dan air minuman disediakan pada tempatnya yang telah ada di dalam sangkar. Pakan dan minuman tersebut tidak akan habis dalam sekali makan karena burung akan memakan pakannya dan meminum air sedikit demi sedikit.

    Pemberian jangkerik, belalang, atau ulat hongkong adalah 3 hari sekali sebanyak 3-5 ekor. Perlu diperhatikan bahwa pemberian ulat hongkong sebaiknya tidak terlalu banyak karena pemberian dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan suhu tubuh burung terlalu panas sehingga bulu burung akan mbrodol (rontok).

    Pakan berupa kroto (telur semut rangrang) maupun daging/jeroan harus diberikan dalam keadaan segar karena pakan yang kedaluwarsa bisa menimbulkan jamur dan bakteri yang membahayakan kesehatan burung peliharaan. Buah-buahan yang akan diberikan juga harus dalam keadaan segar. Sementara pemberian pakan selingan bagi burung-burung tertentu antara lain berupa belalang, jangkerik, dan ulat hongkong harus dalam keadaan hidup.
More aboutMERAWAT BURUNG

LEBAH MADU

Lebah Madu - Kebanyakan masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan lebah madu. Binatang yang secara umum memiliki sengat ini berperan penting dalam kehidupan manusia, yaitu dengan menghasilkan bahan makanan istimewa yang memiliki banyak khasiat bagi kesehatan manusia. Produksi utama lebah madu adalah madu, sementara produk tambahan lainnya yang juga memiliki khasiat tinggi dan nilai ekonomis tinggi adalah propolis dan malam.

Madu adalah salah satu hasil produksi lebah madu yang memiliki rasa manis, kandungan gizi yang tinggi, serta sangat berkhasiat untuk mendukung kesehatan manusia. Madu memiliki keistimewaan dalam mengobati berbagai macam penyakit. Setiap orang dari berbagai kelompok umur dapat mengkonsumsi produksi lebah madu ini. Bukan hanya dalam bidang kesehatan, madu juga memiliki khasiat yang luar biasa untuk dimanfaatkan sebagai salah satu bahan perawat kecantikan.

Lebah Madu, Serangga Sosial

Binatang yang berperan dalam menghasilkan madu ini tergolong serangga sosial. Lebah madu memiliki sifat hidup berkelompok serta tatanan dalam kelompoknya itu. Hal yang luar biasa dalam sistem sosial lebah madu ini adalah terdapatnya stratifikasi dan pembagian kerja sesuai dengan peran dan strata masing-masing. Lebah madu memiliki kemampuan untuk mengubah nektar yang dihasilkan tanaman dan umumnya terdapat di bunga tanaman menjadi madu. Madu yang mereka hasilkan akan disimpan dalam sarangnya.

Klasifikasi Lebah Madu

Kingdom: Animalia, Phylum: Arthoproda, Class: Insecta (serangga), Ordo: Hymenoptera, Famili: Apidae, dan Genus: Apis. Species atau jenis lebah madu terdiri dari beberapa species antara lain lebah hutan (Apis dorsata), lebah australia (Apis mellifera), Apis florea, dan lebah lokal (Apis indica). Selain spesies tersebut, terdapat beberapa spesies lain yang ditemukan di beberapa negara, seperti India, Kore, dan Jepang. Spesies tersebut dikenal dengan nama lebah oriental (Apis cerana). Lebah oriental itu kini banyak dibudidayakan oleh masyarakat dan lebih dikenal dengan nama lebah madu. Apis laboriosa merupakan jenis lebah yang banyak ditemukan di Pegunungan Himalaya, adalah lebah madu yang memiliki ukuran tubuh besar.

Sekilas Tentang Lebah Madu

Secara umu lebah madu merupakan jenis serangga yang memiliki sengat yang dapat digunakan sebagai alat untuk mempetahankan dirinya. Bahkan lebah hutan Apis dorsata memiliki keagresifan yang tinggi untuk menggunakan sengatnya tersebut. Namun demikian, ada juga lebah madu yang tidak memiliki sengat yang disebut dengan stingless honeybee. Beberapa genus yang termasuk dalam stingless honeybee diantaranya adalah Trigona dan Melipona.

Lebah madu dari genus Trigona umumnya banyak ditemui di daerah-daerah subtropis seperti Indonesia, Malaysia, dan Philipina. Selain di negara-negara tersebut, Trigona juga banyak ditemui di negara Australia. Lebah madu ini menghasilkan madu yang oleh orang Jawa disebut lanceng, sementara itu orang Sunda menyebut madu hasil produksi Trigona ini dengan sebutan teuweul. Madu lanceng atau teuweul ini memiliki rasa yang asam. Sejak dahulu, lebah madu dari genus Trigona telah dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Diantara sekian banyak jenis lebah madu, yang paling banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah lebah hutan (Apis dorsata), lebah lokal (Apis indica), dan Trigona sp. . Apis dorsata sering ditemui di hutan-hutan. Orang Jawa menyebutnya dengan istilah tawon gung, sedangkan orang sunda menyebutnya dengan istilah nyiruan. Apis dorsata yang menyandang gelar sebagai lebah hutan ini sangat sulit untuk dibudidayakan. Sesuai dengan namanya yang identik dengan lingkungan hutan, lebah ini sangat agresif dan ganas. Ukuran tubuh Apis dorsata paling besar dibandingkan jenis tawon madu lain serta memiliki sengat yang sangat dahsyat. Apis dorsata banyak ditemukan di hutan-hutan yang belum banyak terjamah oleh manusia. Lemah madu ini memiliki koloni yang besar. Dalam satu pohon, bisa terdapat puluhan koloni lebah madu Apis dorsata. Di Indonesia, di beberapa daerah terutama daerah-daerah yang masih banyak hutan, yang koloni lebah madu Apis dorsata ini dilindungi oleh hukum masyarakat adat setempat. Dseperti di Riau, jika ada orang yang menebang pohon sialang tempat koloni lebah madu ini bersarang, orang tersebut bisa terkena denda hingga jutaan rupiah.

Ketiga jenis madu tersebut, lebah hutan (Apis dorsata), lebah lokal (Apis indica), dan Trigona sp. , memiliki produktivitaa yang berbeda-beda. Namun peternak lebah di Indonesia pada umumnya memilih lebah unggul untuk dibudidayakan. Lebah unggul tersebut berasal dari Benua Eropa dan lebih dikenal dengan nama lebah italia. Lebah italia ini didatangkan ke Indonesia dari Australia. Spesies dari lebah madu yang didatangkang dari Australia ini adalah Apis mellifera var. Ligustica SPIN.
More aboutLEBAH MADU

MEMILIH BIBIT KELINCI

Memilih bibit kelinci untuk menjalankan kegiatan usaha budidaya kelinci harus dilakukan dengan cermat. Jangan sampai bibit yang akan digunakan sebagai indukan ternyata berasal dari keturunan yang tidak jelas atau bahkan dari keturunan yang tidak memenuhi standar. Dalam melakukan pemilihan calon bibit kelinci harus dilakukan seekor demi seekor. Kelinci yang akan digunakan sebagai bibit harus diseleksi dengan cermat. Kelinci tersebut harus jelas asal usulnya, biasanya bibit yang memiliki asal usul jelas berasal dari breeding farm yang dikelola dengan baik.

Bibit kelinci yang berkualitas pasti akan dijual dengan menyertakan sertifikat atau keterangan tentang kelahirannya. Keterangan yang lengkap bisa dijadikan sebagai pertimbangan terhadap kualitas kelinci dan kualitas breeder atau pembibit kelinci dalam mempertanggungjawabkan kualitas bibit kelinci yang dijualnya.

Terdapat bermacam-macam ras kelinci yang biasa dibudidayakan atau diternakkan. Setiap ras memiliki ciri dan karakter sendiri-sendiri yang akan menentukan tujuan dari kegiatan usaha budidaya atau ternak kelinci. Beberapa ras kelinci yang paling sering dipelihara sebagai ternak adalah ras kelinci penghasil wool, fur (bulu dan kulit), daging, daging dan kulit, serta ras kelinci yang dipelihara untuk ternak hias atau binatang kesayangan.

Ras kelinci yang biasa diperlihara dengan tujuan mendapatkan wool adalah kelinci Angora. Sementara itu, untuk menghasilkan fur, bisa dipelihara kelinci ras Silver. Kelinci ras Chinchilla atau Carolina biasa dibudidayakan untuk diambil dagingnya. Untuk pemeliharaan kelinci yang bertujuan mendapatkan daging dan kuli, pilihan yang paling tepat adalah ras New Zealand White atau Flemish Giant. Sedangkan sebagai kelinci hias atau binatang kesayangan, para hobi lebih suka memilih kelinci dari ras Polish, Lop, atau Nederland Dwarf.

Kelinci berkualitas biasanya disertai dengan surat silsilah keturunan dan tanda yang berupa tato sebagai bukti kemurnian genetiknya. Kelinci berkualitas ini biasanya didatangkan impor dari negara lain. Peternakan kelinci besar yang biasa melakukan kegiatan impor ini diantaranya adalah Hansen's Hopper dan Harvei Barki yang menyediakan kelinci-kelinci berkualitas seperti turunan-turunan bibit kelinci impor dari ARBA.
More aboutMEMILIH BIBIT KELINCI

PROSEDUR PEMELIHARAAN TERNAK KELINCI

Ternak Kelinci - Kelinci memiliki kecepatan perkembangbiakan yang sangat tinggi. Potensi perkembangbiakan ini menjadi peluang usaha yang cukup bagus jika dikelola dengan baik. Bisa dibayangka bagaimana perkembangbiakan kelinci ini akan menjadi potensi bisnis yang menjanjikan, dalam satu tahun kelinci mampu melahirkan anak sebanyak empat kali dan setiap kali dapat melahirkan 6-12 ekor anak. Banyaknya frekuensi melahirkan kelinci ini disebabkan masa kebuntingannya yang hanya berlangsung selama 30-35 hari. Seekor induk kelinci betina mampu berproduksi dengan baik hingga berumur enam tahun dengan puncak produksi kurang lebih tiga tahun pertama. Jika pengelolaan ternak kelinci ini dilakukan dengan baik, maka potensi produktivitas perkembangbiakan kelinci ini akan menjadi sumber penghasilan yang sangat menjanjikan.

Lokasi Budidaya Kelinci

Beternak kelinci dapat dilakukan di berbagai daerah, tetapi untuk mengoptimalkan hasil usaha ternak kelinci, sebaiknya kegiatan tersebut dilakukan di lokasi atau daerah yang berketinggian di atas 500 mdpl, dan suhu udara sejuk. Suhu optmal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan kelinci berkisar 15-18°C (60-85°F). Di daerah dengan ketinggian tersebut umumnya tersedia banyak pakan dari hijauan yang bisa mendukung kegiatan budidaya. Pakan hijauan merupakan pakan yang digemari oleh kelinci, bisa berupa sayuran, limbah sayuran atau tanaman pangan, maupun rumput-rumputan yang biasa digunakan sebagai pakan ternak lain.

Seleksi Kelinci Ternak

Keberhasilan usaha ternak kelinci sangat bergantung pada manajemen pengololaannya, sehingga produktivitas potensial yang terdapat pada kelinci bisa dioptimalkan. Salah satu faktor yang bisa menentukan keberhasilan dalam usaha ternak kelinci ini adalah pemilihan atau seleksi. Seleksi merupakan kegiatan memilih kelinci-kelinci unggul berdasarkan kriteria atau standar tertentu yang bertujuan untuk menghasilkan kelinci-kelinci berkualitas. Seleksi kelinci harus dilakukan secara rutin dengan mengamati beberapa kriteria atau parameter. Secara umum, parameter yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan seleksi kelinci antara lain sifat ras dari induk yang digunakan, penampilan fisik kelinci, usia, daya produksi, tingkah laku, dan nilai ekonomis. Agar tujuan kegiatan ternak kelinci lebih terarah dan menunjukkan kualitas peternakan yang baik, maka seleksi ras harus dilakukan dengan ketat.

Kegiatan seleksi dilakukan dengan memisahkan kelinci-kelinci yang tidak masuk dalam kriteria. Pemisahan tersebut dilakukan terhadap kelinci yang cacat atau anak kelinci yang pertubmuhannya lambat, kelinci yang sifatnya kurang baik, induk-induk yang kurang baik atau kurang produktif, induk-induk yang tidak dapat mengasuh anak-anaknya, serta kelinci calon induk yang memiliki sifat kurang baik. Kelinci-kelinci tersebut dipisahkan tempat pemeliharaannya untuk dijual sebagai kelinci pedaging.

Pemisahan juga dilakukan terhadap kelinci-kelinci berkualiatas yang akan digunakan sebagai calon induk atau indukan. Kelinci-kelinci tersebut dipelihara secara khusus, karena kelinci-kelinci berkualitas inilah yang nantinya dapat membesarkan kegiatan usaha ternak kelinci. Kriteria kelinci induk berkualitas diantaranya adalah dapat melahirkan anak dengan bobot yang berat, Berat tubuh setelah menyusui atau menyapih anak-anaknya tidak terlalu menyusut, dan kelinci yang memiliki laju pertumbuhan baik yang dihitung dari grafik pertambahan berat tubuh per ekor per minggu.

Kartu Induk Kelinci Ternak

Kegiatan ternak kelinci yang dikelola dengan baik harus memiliki pencatatan yang teratur. Pencatatan dilakukan terhadap setiap ekor induk kelinci, meliputi data-data tertulis dan asal-usul keturunan atau ras. Pencatatan tersebut dibuat dalam kartu induk kelinci yang dapat dipisahkan dalam kartu induk jantan dan kartu induk betina. Setiap ekor induk kelinci memiliki kartu induk sendiri-sendiri.

Dari data-data dalam kartu induk kelinci tersebut, setiap kelinci dapat diamati potensinya. Misalnya, untuk induk betina bisa ketahui apakah induk yang bersangkutan mudah dibuahi oleh kelinci jantan atau tidak, jumlah rata-rata anak saat melahirkan, bobot rata-rata anak saat melahirkan, tingkat kematian anak yang dilahirkan, potensi induk jantan untuk membuahi betinanya, keunggulan-keunggulan individu selama dalam pemeliharaan, serta kekurangan-kekurangannya.

Mengamati Dewasa Kelamin Kelinci

Masa dewasa kelamin atau matang gonad pada kelinci betina dan kelinci jantan tidak sama. Untuk kelinci betina, secara umum memiliki masa dewasa kelamin yang lebih cepat dibandinkan dengan kelinci jantan. Begitu pula masa dewasa kelamin pada setiap ras kelinci juga tidak sama.

Kelinci tipe berat yang memiliki bobot antara 5-8 kg, memiliki masa dewasa kelamin setelah berumur 7-8 bulan. Masuk dalam kategori kelinci berat antara lain kelinci ras Checkered Giant, Giant Chinchilla, dan Flemish Giant. Sementara itu untuk kelinci yang memiliki bobot lebih berat lagi, antar 10-12 kg, masa dewasa kelaminnya setelah kelinci tersebut berumur satu tahun. Kelinci tipe berat ini biasanya dipelihara atau diternakkan dengan tujuan untuk mendapatkan daging dan furnya.

Sementara itu, kelinci tipe sedang yang memiliki bobot tubuh antara 2-4 kg memiliki masa dewasa kelamin antara 5-6 bulan. Kelinci tipe sedang ini dipelihara atau diternakkan dengan tujuan untuk mendapatkan daging dan furnya. Termasuk kelinci dalam tipe sedang ini antara lain, kelinci ras New Californian, English Spot, Zealand White, Champagne d' Argent, Carolina, dan Simonoire.

Sedangkan kelinci tipe kecil atau mini yang secara fisik memiliki bobot tubuh antara 0,9-2 kg dan biasanya dipelihara sebagai hewan pemeliharaan atau ternak hias ini memiliki masa dewasa kelamin setelah kelinci tersebut berumur 3-4 bulan. Termasuk dalam kelinci tipe kecil diantaranya adalah kelinci ras Polish, Dutch, dan Nederland Dwarf.

Selain dipengaruhi oleh tipe ras dan jenis kelamin, masa dewasa kelamin pada kelinci juga dipengaruhi oleh faktor individu kelinci bersangkutan, nutrisi atau pakan yang diberikan, lokasi peternakan, serta sistem perkandangan. Pada kegiatan ternak kelinci yang sistem pemeliharaannya dicampur antara kelinci jantan dan kelinci betina dalam satu koloni, maka masa dewasa kelaminnya lebih cepat dibanding dengan kelinci yang sistem pemeliharaannya dilakukan secara terpisah.

Kegiatan budidaya kelinci pada umumnya dilakukan untuk beberapa tujuan utama, yaitu sebagai penghasil daging, penghasil daging dan fur, penghasil fur, penghasil woll, serta penghasil wool.
More aboutPROSEDUR PEMELIHARAAN TERNAK KELINCI

CARA MEMBUAT KOLAM IKAN

Selain nutrisi pakan dan bibit ikan, keberhasilan budidaya ikan juga sangat dipengaruhi oleh konstruksi kolam ikan tempat ikan dibudidayakan. Pembuatan kolam ikan dengan kaidah yang benar mampu menciptakan iklam kondusif bagi kelangsungan hidup ikan budidaya. Bahkan di negara dengan sektor perikanan maju seperti di Thailand, konstuksi kolam yang benar menjadi faktor keberhasilan budidaya ikan.

TEKNIK PEMBUATAN KOLAM IKAN

Pembuatan kolam ikan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu pembuatan kolam ikan permanen, semipermanen, dan non-permanen.

Pada pembuatan kolan ikan secara permanen (kolam semen), proses pembuatannya dilakukan dengan menggali tanah seluas yang diperlukan, kemudian dasar dan tepi kolam buat dinding permanen. Pada proses ini membutuhkan bahan-bahan bangunan seperti kapur atau gamping, pasir,batu, serta semen atau PC (portland cement). Pembuatan dengan cara ini membutuhkan biaya yang lebih besar daripada pembuatan kolam ikan nonpermanen, akan tetapi dilihat dari manfaat jangka panjang, pembuatan kolam ikan secara permanen lebih efisien karena biaya perawatannya menjadi lebih sedikit untuk budidaya ikan selanjutnya.

Pembuatan kolam ikan semipermanen merupakan pembuatan kolam ikan dilakukan dengan menggali tanah seluas yang diperlukan, kemudian menutup semua dinding kolam menggunakan terpal atau mulsa PHP (mulsa plastik hitam perak).

Sedangkan pembuatan kolam ikan nonpermanen merupakan pembuatan kolam ikan yang beralaskan tanah, pada proses pembuatannya cukup dengan menggali tanah seluas yang diperlukan.

BAHAN PEMBUATAN KOLAM IKAN

  1. Anyaman terbuat dari kawat atau anyaman bambu untuk saringan air, baik di pintu masuk maupun pintu pembuangan.
  2. Pada kolam permanen membutuhkan batu, semen (PC), pasir, kapur. Penggunaan kapur sebenarnya mengurangi kekuatan dinding kolam ikan, akan tetapi juga diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan lumut pada dinding kolam sehingga membantu nutrisi yang dibutuhkan ikan.
  3. Papan kayu untuk pintu air model monik.
  4. Peralon atau pipa PVC yang digunakan untuk membuat pintu masuk dan pintu keluarnya air. Dapat juga menggunakan bambu yang dilubangi bagian dalamnya pada pertemuan dua ruas sehingga air dapat mengalir.
  5. Bilah bambu untuk tiang pancang (patok) benang pemandu, pembatas bentuk, dan ukuran setiap bagian kolam.
  6. Benang sebagai pemandu ukuran dan bentuk bagian-bagian kolam.
  7. Pensil dan alat tulis lain untuk membuat gambar sket, dan mencatat ukuran-ukuran serta ketentuan lain yang diperlukan.

ALAT PEMBUATAN KOLAM IKAN

Secara umum peralatan yang digunakan dalam membuat kolam ikan permanen adalah peralatan tukang bangunan seperti cangkul, cetok, dan penggosok dinding (lepan) dan lain-lain. Pada pembuatan kolam ikan semipermanen, membutuhkan paku pasak yang terbuat dari bambu untuk memasak mulsa PHP pada dinding tanah.
  1. Cangkul. Cangkul ini digunakan untuk menggali tanah, melumatkan dan mencampur tanah atau material pada pembuatan kolam ikan permanen.
  2. Linggis. Linggis diperlukan untuk menggali tanah keras (wadas).
  3. Lempak. Lempak diperlukan untuk merapikan dinding kolam ikan.
  4. Selang plastik, digunakan untuk mengukur kemiringan kolam dan bagian-bagian lain.
  5. Martel atau palu. Martel atau palu digunakan untuk menancapkan patok, memasang pasak bambu pada pembuatan kolam semipermanen.
  6. Saringan pasir dari kawat. Saringan kawat digunakan untuk menyaring pasir.
  7. Cetok. Cetok digunakan untuk menembok dan memoles adonan material pada pembuatan kolam permanen.
  8. Penggosok (lepan). Penggosok (lepan) digunakan untuk memoles lapisan semen dan kapur.
  9. Meteran atau teodolith. Meteran atau teodolith digunakan untuk mengukur baik panjang, lebar maupun tinggi kolam yang akan dibuat.

CARA PEMBUATAN KOLAM IKAN

Tentukan lokasi pembuatan kolam ikan, kemudian ukur luas lahan yang akan dibuat kolam, kemiringan lahan, serta batas-batas pembuatan kolam ikan. Buatlah skesta gambar dan skema atau gambar konstruksi kolam ikan yang akan dibuat. Setelah itu kemudian lakukan penggalian tanah dan pembuatan tanggul (pematang). Setelah selesai melakukan penggalian, langkah selanjutnya adalah pembuatan caren dan melakukan pemasangan perlengkapan kolam seperti saringan air, pemasangan pintu air baik pintu masuk maupun pintu keluar.

1. Menentukan Lokasi Kolam Ikan

Sebelum melakukan pembuatan kolam ikan, perlu diperhatikan lokasi yang akan dibuat kolam. Hal ini penting untuk mengetahui jenis tanah, menentukan pusat pengambilan air pada pintu masuk, serta pembuangan air. Tanah yang baik untuk pembuatan kolam ikan adalah tanah berstruktur liat berpasir. Cara mengetahui jenis tanah pasir, liat, atau gembur secara sederhana dapat dilakukan dengan mengambil lapisan tanah atas (top soil) dan lapisan bawah, kemudian masing-masing ditambahakan air sampai kondisi tanah menjadi jenuh (lembek). Setelah tanah menjadi lembek, kemudian ambil dan kepal, tekan kuat-kuat. Jika di telapak tangan meninggalkan sedikit pasir berarti tanah tersebut merupakan tanah jenis liat atau gembur. Sedangkan jika di telapak tangan meninggalkan banyak pasir berarti tanah tersebut merupakan jenis tanah pasir.

2. Pengukuran Lokasi Kolam Ikan

Pengukuran luas lahan yang akan digunakan untuk budidaya ikan dapat dilakukan menggunakan meteran biasa atau menggunakan teodolith.
Kemiringan tanah diukur menggunakan selang plastik (water pass) dengan cara menarik salah satu ujung selang ke bagian tepi batas kemudian direntangkan sampai ke sisi yang lain yang akan diukur kemiringan tanahnya. Cara pengukuran ini dilakukan oleh dua orang untuk mempermudah pekerjaan. Permukaan air pada kedua ujung selang menjadi batas tingkat kerataan tanah. Ukur permukaan air dari permukaan tanah pada kedua ujung selang. Selisih jarak permukaan tanah dengan permukaan air pada satu sisi dengan jarak permukaan tanah dengan permukaan air pada sisi yang lain adalah tingkat kemiringan lahan. Lakukan sampai berapa kali di tempat lain untuk diambil rata-ratanya, kemudian dijumlahkan dan dibagi jumlah titik pengukuran .

3. Pengamatan Lokasi Kolam Ikan

Pengamatan lokasi pembuatan kolam ikan diperlukan untuk mempermudah pembuatan sketsa konstruksi kolam ikan serta mempermudah pekerjaan pembuatan. Hal-hal yang perlu dilakukan pada pengamatan lokasi pembuatan kolam ini diantaranya adalah pengamatan terhadap jenis tanaman yang ada, bebatuan, saluran irigasi. Tanaman yang ada di sekitar lokasi lahan perlu diamati untuk menentukan apakah mau dipertahankan atau ditebang dengan melihat aspek nila manfaatnya terhadap kolam ikan di kemudian hari. Saluran irigasi sangat penting pada pembuatan kolam ikan, karena menentukan pembuatan pintu masuk air sekaligus pintu keluanya.

4. Pembuatan Sketsa Lokasi Kolam Ikan

Setelah melakukan beberapa langkah seperti di atas, langkah selanjutnya adalah membuat sketsa gambar sebelum melakukan pembuatan gambar skema konstruksi kolam ikan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pekerjaan pembuatan konstruksi. Hal-hal yang dijumpai di lapangan ketika melakukan pengamatan dituangkan dalam gambar sketsa.

5. Pembuatan Gambar Skema Konstruksi Kolam Ikan

Langkah selanjutnya adalah pembuatan gambar skema konstruksi kolam ikan disesuaikan dengan ukuran dan luas lahan yang tersedia. Pembuatan gambar skema konstruksi kolam ikan harus lengkap dan detail, setiap bagian dalam gambar juga dibuatkan gambar tersendiri untuk memperjelas saat pembuatan kolam ikan. Contoh gambar skema konstruksi cara membuat kolam ikan dapat dilihat di bawah ini :

kolam ikan

Pembuatan gambar konstruksi pintu air kolam ikan, meliputi:

  1. Pembuatan gambar pintu masuk air.
  2. Pembuatan gambar pintu pembuangan atau pintu keluar air.

    kolam ikan
  3. Pintu pembuangan atau pintu keluar air model monik.

    kolam ikan
  4. Pintu pembuangan atau pintu keluar air dari bambu atau pipa PVC siku atau model “L”.

    kolam ikan

6. Penggalian Tanah dan Pembuatan Pematang atau Tanggul Kolam Ikan

Pekerjaan selanjutnya adalah melakukan penggalian terhadap tanah menggunakan peralatan seperti cangkul, linggis dan lempak untuk memudahkan dan mempercepat pekerjaan. Penggalian tanah dengan memperhatikan skema gambar konstruksi kolam ikan yang sudah dibuat sebelumnya. Tanggul kolam atau pematang kolam harus kuat agar tanah tidak mudah longsor karena tanggul kolam atau pematang kolam ini tidak hanya menampung air tetapi juga menahan tekanan air terutama saat hujan deras.

Pada pembuatan kolam tradisional (nonpermanen), pembuatan pematang kolam atau tanggul kolam dengan cara memadatkan tanah galian. Agar tanggul kolam lebih kuat, pembuatan tanggul jangan sekali jadi, harus dilakukan secara bertahap. Dalam pembuatan tanggul kolam ini, faktor tanah mempengaruhi tingkat kepadatan. Kekuatan tanggul kolam atau pematang selain dipengaruhi oleh jenis tanah juga oleh lebar sempitnya ukuran tanggul. Semakin lebar ukuran tanggul akan semakin kuat meskipun dari sudut efisiensi penggunaan lahan kurang efisien.

Tanggul pembuatan kolam ikan semipermanen sama seperti pada pembuatan kolam nonpermanen hanya saja permukaan dan bagian dinding kolam ditutup menggunakan mulsa PHP (mulsa palstik hitam perak). Penutupan mulsa PHP dilakukan sampai pada dasar dinding kolam kemudian permukaan dasarnya ditutup lagi menggunakan tanah. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kebocoran akibat lubang tikus, kepiting dan hama pengganggu lainnya. Sedangkan pada tanggul kolam secara permanen selain lebih kuat juga aman dari kebocoran atau rembesan akibat hama sawah karena pada kolam permanen terbuat dari dinding semen. Pembuatan Tanggul kolam atau pematang kolam secara permanen sebetulnya lebih kuat, tetapi memerlukan biaya lebih banyak.

Beberapa contoh pembuatan tanggul kolam ikan :

a. Pembuatan Tanggul Kolam Ikan Pada Lahan Datar

Pada contoh ini, tanggul kolam ikan dibuat dengan cara membuat timbunan tanah yang diambil dari masing-masing sisi dasar kolam. Tanah dasar kolam dicangkul secara merata, dan cangkulan tanah tersebut digunakan sebagai timbunan tanggul pada masing-masing sisi dengan pembagian yang merata.

b. Pembuatan Tanggul Kolam Ikan Pada Lahan Agak Miring

Pada contoh ini, tanggul dibangun dengan lapisan tanah permukaan dengan cara penimbunan dari setiap sisi lahan. Sisi lahan yang lebih rendah memperoleh timbunan tanah lebih banyak dibanding sisi lahan yang lebih tinggi. Misalnya, dua bagian dari tanah yang akan dijadikan kolam diangkat dan diletakkan pada sisi lahan yang lebih rendah, sedangkan satu bagiannya diangkat dan diletakkan pada sisi lahan yang lebih tinggi.

c. Pembuatan Tanggul Kolam Ikan Pada Lahan Miring

Pada contoh ini, tanggul kolam ikan dibuat dengan cara mencangkul salah satu sisi bagian dasar kolam ikan yang permukaannya lebih rendah. Kemudian tanah galian tersebut digunakan sebagai timbunan tanah yang berfungsi sebagai tanggul pada sisi kolam tersebut. Sedangkan sisi kolam yang memiliki permukaan lebih tinggi dengan sendirinya akan membentuk dinding kolam, setelah dasar kolam digali.


Membuat Sumbatan Pada Pembuatan Kolam Ikan

Sumbatan berfungsi untuk memperkuat tanggul kolam ikan agar tidak mudah terjadi kebocoran. Sumbatan dibuat dari tanah liat berpasir yang dilumatkan. Waktu pembuatan sumbatan ini bersamaan dengan pembuatan tanggul kolam ikan. Beberapa petani kadang-kadang membuat sumbatan ini setelah tanggul selesai dibangun. Cara membuat sumbatan tanggul kolam dilakukan dengan terlebih dahulu menggali lokasi atau tempat tanggul akan dibangun. Kedalaman galian tanah tersebut kurang lebih 0,25 m dengan lebar disesuaikan lebar tanggul yang akan dibangun di atasnya. Pada lubang galian tersebut, masukkan lumatan tanah liat berpasir (jawa=jledrogan) setinggi 50 cm. Setelah timbunan jledrogan tersebut agak keras, kemudian di atasnya pada bagian tengah, dengan ketebalan kurang lebih sepertiga bagian dari rencana lebar tanggul, ditambahkan lagi lumatan atau jledrogan tersebut setinggi kira-kira sebatas permukaan air kolam yang telah direncanakan.

Teknis pembuatan taggul ini dibuat secara bertahap. Yaitu dengan terlebih dahulu membuat sumbatan bagian bawah setinggi 50 cm hingga selesai. Setelah sumbatan yang lebih awal dibuat agak mengering dan keras maka tambahan sumbatan tersebut, yang berupa lumatan tanah berpasir seperti pada lumatan di bawahnya, bisa ditambahkan. Jika lebar tanggul yang direncanakan adalah 90 cm, maka ketebalan sumbatan bagian bawah adalah 90 cm, dan ketebalan sumbatan bagian atas adalah 30 cm. Jika rencana ketinggian air dari dasar kolam adalah 60 cm, maka ketinggian sumbatan bagian atas adalah 35 cm.

Setelah pembuatan sumbatan mengering, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penimbunan pada kedua sisi sumbatan bagian atas hingga membentuk tanggul setengah jadi. Demikian pembuatan sumbatan tanggul kolam telah selesai, seperti tampak pada gambar di bawah.

kolam ikan

kolam ikan

Setelah pembuatan tanggul kolam ikan selesai, untuk memperkuat tanggul agar tidak mudah terkikis oleh air, maka pada bagian sisi dalam tanggul bisa dipasang penguat yang terbuat dari pasangan batu kali atau batu bata yang pasang menggunakan campuran atau adukan semen dan pasir.

Jika merencanakan untuk membuat tanggul kolam ikan yang diperkuat dengan pasangan batu kali atau batu bata, maka pembuatan sumbatan pada tanggul kolam ikan tidak perlu dibuat. Pemasangan penguat tanggul kolam dari pasangan batu kali atau batu bata ini sudah cukup kokoh, sehingga tanggu yang dibuat tidak perlu mengikuti aturan pembuatan tanggul seperti di atas. Bahkan begitu tanggul dipasang, tanpa menunggu tanah mengeras terlebih dahulu sudah bisa langsung dipasang pengguat pada sisi bagian dalamnya.

Dengan pemasangan penguat dinding kolam menggunakan tembok ini, maka tanggul tidak perlu dibuat miring. Lebar penguat tanggul atau dinding kolam juga harus disesuaikan dengan komposisi campuran semen (PC) dan pasir. Semakin banyak komposisi PC dalam campuran, maka dinding kolam semakin kuat, tetapi biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan penguat ini juga cukup besar. Sebagai komposisi standar

Tanggul tidak harus lebar di bagian bawah. Tebal atau lebar tanggul penguat tergantung pada komposisi campuran semen (PC) dan komponen lain. Semakin banyak semen PC yang digunakan semakin kuat, akan tetapi biayanya cukup besar. Patokan komposisi campuran material yang dapat digunakan sebagai referensi untuk membuat dinding kolam adalah 1 semen dan 5 pasir, dengan ketebalan dinding kolam ideal 50 cm.

Dasar dinding penguat tanggul sedalam 30 cm di bawah permukaan dasar kolam. Dinding penguat yang dibuat dari pecahan bata penataannya harus dibuat sedemikian rupa sehingga permukaan yang menghadap ke kolam terlihat rata dan rapi.

Saat melakukan pemasangan pecahan batu atau batu bata, maka cara pemasangannya harus disusun sedikit sigsag saling berseberangan agar saling memperkuat posisi masing-masing pecahan batu atau batu bata.

Untuk kolam yang potensi airnya terbatas atau minim, maka pembuatan dinding kolam sebaiknya diperkuat dengan dinding tembok, dengan semen dalam komposisi campuran yang digunakan untuk membuat dinding tembok. Selain itu, permukaan yang menghadap ke kolam juga perlu diplester sehingga bisa mengurangi perembesan air.

7. Pembuatan dan Pemasangan Perlengkapan Kolam Ikan

Pemasangan dan pembuatan pintu pengeluaran air atau saluran pembuangan dan pintu masuk air dilakukan bersamaan dengan pembuatan tangul. Sebelum tanggul kolam ikan selesai dibuat, pintu pemasukan dan saluran pembuangan, yang merupakan keatuan dari dinding kolam, harus mulai dikerjakan agar proses pembuatannya lebih efisien.

Untuk mengoptimalkan fungsinya dalam kegiatan pemeliharaan, kolam ikan perlu diberi pintu-pintu air. Disamping untuk memudahkan pemeliharaan, pintu air ini berfungsi untuk mengatur sirkulasi air di dalam kolam. Dilihat dari fungsinya, pintu air pada kolam ikan terdiri dari 2 macam, yitu pintu pemasukan dan pintu pembuangan atau saluran pembuangan. Standar teknis pembuatan kolam ikan yang ideal paling tidak memiliki satu pintu masuk air dan satu saluran pembuangan. Pintu masuk air berfungsi untuk mengatur besar kecilnya debit air yang masuk ke dalam kolam. Sementara itu, pintu pengeluaran atau saluran pembuangan berfungsi untuk mengatur ketinggian permukaan air kolam dan sebagai saluran untuk menguras air saat dilakukan pengeringan atau pemanenan.

Kolam ikan yang memiliki tanggul atau dinding kolam dari tanah dan tidak diperkuat dengan penguat dari pasangan batu atau batu bata, sebaiknya menggunakan pintu air yang terbuat dari PVC atau bambu, sehingga saat dilakukan perbaikan pada kolam, saluran air tersebut tidak terlalu mahal untuk diganti. Selain itu, teknik pemasangan pintu air dari PVC atau bambu ini boleh dibilang mudah. Untuk memasang pintu pemasukan air, PVC atau bambu tersebut cukup dengan membenamkan bagian tengahnya saja kedalam dinding kolam ikan. Kedua ujungnya dibiarkan terbuka, dengan posisi mendatar dan sejajar dengan permukaan saluran sumber air. Salah satu ujung PVC atau bambu tersebut mencuat di atas permukaan kolam.

Untuk pemasangan pintu pengeluaran atau saluran pembuangan pada kolam ikan tidak berbeda jauh dengan pemasangan pintu pemasukan air. Saluran pembuangan dibuat sebanyak dua buah. Saluran pembuangan pertama berfungsi sebagai saluran pengurasan air yang dipasang di bawah permukaan dasar kolam atau sejajar dengan permukaan caren. Saluran pembuangan kedua berfungsi sebagai pintu keluar air dan pengatur ketinggian permukaan kolam. Pemasangan saluran pembuangan kedua ini ditentukan berdasarkan rencana ketinggian permukaan air kolam. Cara kedua saluran pembuangan ini sama dengan pemasangan pada pintu pemasukan air, yaitu dengan membenamkan PVC atau bambu ke dalam tanggul atau dinding kolam.

Pintu pembuangan air dari pipa PVC dapat dibuat dua model. Model pertama dibuat seperti pintu air dari bambu, dan model kedua dipasang dengan posisi mendatar pada kolam. Ujung pipa yang satu mencuat di bagian dalam pematang tepat di dasar kolam dan ujung lainnya mencuat di luar tanggul. Ujung pipa PVC yang mencuat di luar tanggul disambung dengan pipa siku dan disambung lagi dengan potongan pipa PVC setinggi tanggul kolam. Bila dilihat secara utuh, model pintu pengeluaran ini tampak seperti huruf L. Keuntungan pintu air model ini adalah dapat diputar ke kiri atau ke kanan sehingga ujung luar pipa pengeluaran air ini posisinya dapat diatur tegak atau miring. Dengan mengatur kemiringan pipa pengeluaran air ini, kedalaman air kolam dapat diatur sesuai dengan yang dikehendaki.

Jumlah dan ukuran pintu pengeluaran air disesuaikan dengan kapasitas air masuk. Minimal jumlah dan ukuran pintu ini sama dengan jumlah pintu pemasukan. Biasanya kolam yang cukup luas mempunyai dua buah atau lebih pintu pemasukan maupun pengeluaran air. Letak pintu air ini disesuaikan pula dengan bentuk kolam dan letak sumber air ataupun saluran pembuangan. Letak pintu pemasukan dan pembuangan air yang ideal adalah bersilangan. Bila pintu masuk terletak pada bagian depan sisi kanan, maka pintu pembuangannya berada di bagian belakang sisi kiri.

Pada kolam ikan yang dibuat dengan tanggul atau dinding kolam pemanen, pintu pemasukan dibuat dengan cara membuat cekungan atau dalam Bahasa Jawa coakan pada dinding kolam yang berada tepat pada saluran sumber air. Pada cekungan atau coakan tersebut diberi jeruji bersi yang dipasang secara berjajar ke samping atau ke atau. Jarak antar jeruji bersi tersebut sesuai dengan kebutuhan. Untuk menghindari masuknya hama yang dapat menyerang ikan lele, pada sisi yang menghadap arah aliran air masuk dipasang saringan dengan kerapatan sesuai kebutuhan. Pemasangan saringan dan jeruji besi ini juga berfungsi sebagai penahan sampah atau kotoran yang masuk ke dalam kolam.

Jeruji besi dapat diganti dengan kawat yang dianyam dan diberi bingkai bambu sebagai saringan. Pemasangan saringan pada pintu ini harus diberi patok pada sisi dalam cekungan agar cukup kuat menahan aliran air atau sampah yang terangkut. Patok ini dipasang pada sisi tegak dan masing-masing dipasang minimal 2 patok berseberangan. Pada cekungan ini dapat pula dibuat cekungan lagi dengan posisi membujur searah dengan posisi tanggul untuk menancapkan saringan air.

Model pintu air lain yang juga cukup dikenal di masyarakat adalah pintu air sistem monik. Pintu air yang dibuat dengan sistem monik ini dapat diaplikasikan untuk pintu pemasukan dan pintu pembuangan. Selain dapat mempermudah kegiatan pengurasan, pintu air sistem monik ini pun memiliki fungsi yang sangat besar, terutama untuk menjaga kualitas air agar tetap dalam kondisi yang baik.

Pintu air model ini dibuat secara permanen dari pasangan batu Bata, dan bangunan utamanya dibuat mirip dengan pintu pemasukan pada tanggul permanen. Bedanya pada pintu model monik adalah celah penyekat dibuat lebih dari satu, yang berfungsi untuk menempatkan papan-papan kayu yang disusun bertumpuk. Dengan cara ini, aliran air yang masuk maupun yang keluar dapat diatur. Demikian Pula ketika pengurasan kolam untuk panen tidak perlu merusak pintu air, tetapi cukup dengan melepas papan-papan penyekatnya saja. Untuk mengeluarkan sampah pun cukup dengan membuka salah satu potongan papan penyekat paling atas, sehingga tidak perlu masuk ke dalam kolam.

Membuat pintu monik pada tanggul tanah maupun permanen tidak berbeda. Pintu air ini berdiri tegak dari dasar kolam sampai permukaan tanggul.

Saringan pada pintu air model monik dipasang di bagian bawah pelapis kayu pada sekat sisi dalam atau bagian atas pelapis kayu sisi luar. Untuk mempermudah pengambilan sampah yang mengotori kolam dan menyumbat aliran air, sebaiknya saringan dipasang pada bagian atas dari pintu air yang berada di sisi luar. Berbeda dengan pemasangan saringan pada pintu air dari bambu atau pipa PVC, saringannya dipasang pada bagian depan sesuai dengan arah aliran air.

Perangkat lain yang harus tersedia pada kolam ikan adalah caren atau kemalir. Caren adalah saluran atau parit yang dibuat di dasar kolam dengan cara menggali tanah pada dasar kolam dengan ukuran dan bentuk yang disesuaikan dengan ukuran dan bentuk konstruksi kolam. Dalam konstruksi kolam, caren memiliki fungsi untuk mempermudah pemanenan atau penangkapan ikan pada saat melakukan kegiatan panen. Selain itu, tidak kalah pentingnya bahwa keberadaan caren ini sekaligus sebagai tempat penimbunan endapan lumpur dan sisa-sisa pakan serta sebagai pengatur sirkulasi air di dasar kolam ikan. Kebanyakan petani belum memahami fungsi teknis dari keberadaan caren ini sehingga mereka membuat caren atau kemalir ini secara sembarangan. Bahkan para ahli perikanan pun kebanyakan beranggapan bahwa pembuatan caren ini hanya berfungsi untuk mempermudah penangkapan ikan saat dilakukan kegiatan panen.

Dari segi teknis, dalam konstruksi kolam ikan caren merupakan saluran yang berperan sebagai penyambung fungsi pintu masuk air dengan saluran pembuangan. Salah satu ujung parit berfungsi sebagai muara pintu masuk air dan ujung lainnya bermuara ke pintu pembuangan. Agar pembuatan caren tidak mengalami kesulitan saat dikerjakan di lahan, sebelumnya perlu dibuatkan gambar konstruksi kolam terlebih dahulu. Bagaimana stuktur pintu masuk air dan bagaimana arah dan bentuk caren yang akan dibuat.

Untuk kolam ikan yang memiliki pintu pemasukan air lebih dari satu buah, maka jumlah caren yang dibutuhkan juga sama dengan jumlah pintu air tersebut. Caren dibuat dengan arah menyesuaikan keberadaan pintu air pada kolam ikan. Sementara itu, ukuran caren menyesuaikan ukuran kolam, kurang lebih 10% dari luas kolam. Berikut ini beberapa gambaran mengenai ukuran caren pada kolam ikan.
  • Untuk luas kolam 100 m², maka luas caren yang ideal adalah 5 m²
  • Untuk luas kolam1.000 m², maka luas caren yang ideal adalah 50 m²
  • Untuk luas kolam 10.000 m², maka luas caren yang ideal adalah 1.000 m²
More aboutCARA MEMBUAT KOLAM IKAN

PEMBIAKAN BIBIT JAMUR KUPING TAHAP PERTAMA

Perbanyakan bibit jamur kuping dilakukan dalam suatu proses produksi pembiakan. Proses pembiakan dilakukan dalam empat tahap pembiakan. Pada artikel kali ini akan dibahas mengenai tahap pertama pembiakan bibit jamur kuping.

Kegiatan pembiakan bibit jamur kuping pada tahap pertama ini merupakan pembiakan spora (basidiospora) yang dihasilkan oleh basidium dan dilakukan dengan cara kultu jaringan. Produk yang dihasilkan pada pembiakan spora adalah miselium jamur yang berupa benang-benang halus. Miselium jamur kuping ini kemudian disebut sebagai turunan pertama (F1).

Pembiakan Bibit Jamur Kuping Tahap Pertama

Langkah awal yang harus dilakukan sebelum kegiatan proses pembiakan spora dikerjakan adalah mempersiapkan bahan atau media tumbuh dan peralatan. Beberapa peralatan yang perlu dipersiapkan dalam kegiatan ini meliputi tabung reaksi, kertas loyang atau kantong plastik, kapas, rak penyimpanan, tali karet, meja pembiakan, autoclave (alat sterilisasi otomatis, dan perlengkapan lain. Peralatan tersebut harus diadakan terlebih dahulu agar kegiatan pembiakan tidak mengalami hambatan.

Pada saat yang sama, penyiapan media tumbuh juga harus dilakukan karena rangkaian kegiatan ini sebaiknya tidak terputus yang disebabkan tidak siapnya salah satu material. Dalam kegiatan pembiakan bibit jamur kuping tahap pertama ini media tumbuh yang biasa digunakan dikategorikan dalam dua kelompok utama, yaitu kelompok yang berasal dari bahan-bahan alami dan kelompok yang berasal dari bahan-bahan semi sintesis. Bahan-bahan alami yang dapat digunakan sebagai media pembiakan adalah bawang, tepung jagung, tepung kentang, atau bahan-bahan organik lain. Bahan-bahan alami ini digunakan dalam bentuk ekstrak atau cariran jernih maupun decoction atau rebusan.

Sementara itu , bahan-bahan semi sintetis yang dapat digunakan sebagai media tumbuh dalam kegiatan pembiakan jamur kuping adalah campuran agar, glukose, ekstrak ragi, atau campuran kentang-glukose-agar, atau campuran agar dan pepton-glukose.

Diantara bahan-bahan tersebut di atas, bahan semi sintetis berupa campuran agar, glukose, dan kentang (tepung kentang) merupakan bahan yang paling efektif untuk digunakan sebagai media pembiakan jamur kuping. Tepung agar digunakan sebanyak 1,5% — 2%. Sementara itu, komposisi baha-bahan lain ditentukan berdasarkan proses uji coba karena memang tidak ada ketentuan secara khusus mengenai komposisi tersebut.

Berbagai alternatif komposisi yang dapat dijadikan sebagai referensi untuk membuat media tumbuh pembiakan jamur kuping tahap pertama ini adalah:
  1. Potato Dextrose Yeast Extract Agar (PDY): Komposisi media tumbuh jamur kuping ini telah berhasil digunakan dalam pembiakan miselium F1 di Balai Benih Induk Ngipiksari, Yogyakarta. Komposisi media ini terdiri atas kentang, dextrose (glukose), dan tepung agar.
  2. Buat campuran bahan alami berupa parutan ubi kentang, bawang bombai dan tepung aren atau enau. Campuran bahan-bahan tersebut dimasukkan dalam larutan agar. Komposisi ideal untuk campuran media ini adalah 100 gram ubi kentang, 50 gram bawang bombai, 150 gram tepung aren, dan 150 gram agar.
  3. Buat campuran antara media agar, sari buncis, dan touge. Campur hingga rata kemudian direbus selama satu jam. Campuran tersebut bisa digunakan sebagai media untuk biakan murni atau kultur jarinan setelah ditanaman atau diolesi dengan sayatan bagaian tubuh buah jamur kuping dewasa.
Setelah semua peralatan dan bahan siap, kegiatan pembiakan bibit jamur kuping bisa dimulai dengan mempersiapkan media tumbuh untuk biakan dimaksud. Dari beberapa komposisi media tumbuh di atas, pada artikel ini hanya akan dibahas contoh pembuatan media biakan menggunakan media PDY.

Pembuatan media tumbuh PDY dimulai dengan mempersiapkan kentang segar sebanyak 200 gam. Cuci hingga bersih kentang tersebut dengan tidak mengupas kulitnya. Setelah itu, kentang diiris-iris atau dicacah kemudian dicuci hingga bersih. Proses pencucian kentang ini dilakukan dengan cara mencuci berulang-ulang irisan kentang hingga air bekas cuciannya tampak jernih. Langkah selanjutnya adalah membilas irisan kentang menggunakan air suling atau aquadest. Kemudian irisan kentang tersebut direndam menggunakan panci dalam 700-1000 ml air aquadest selama 10 menit. Rendaman irisan kentang kemudian direbus dengan menyertakan irisan kentang tersebut hingga volume airnya menyusut tinggal 500-600 ml. Lama proses perebusan kurang lebih 1 jam. Setelah agak dingin, air rebusan ini, sudah bisa dikatakan sebagai ekstrak kentang, disaring menggunakan kain yang halus atau kain yang biasa digunakan untuk menyaring ekstrak ini adalah kain flanel. Air saringan ditampung dalam botol.

Pada ekstrak kentang yang sudah ditampung dalam botol tersebut ditambah dengan air bersih hingga volumenya mencapai 1000 ml. Langkah selanjutnya adalah menambahkan 10-20 gram glukose (dextrose) dan 9-15 gram tepung agar ke dalam ektrak kentang lalu diaduk hingga rata. Rebus campuran tersebut menggunakan autoclave pada tekanan 15 lbs selama limabelas menit.

Setelah perebusan selesai, campuran tersebut siap digunakan sebagai media tumbuh biakan bibit jamur. Media tumbuh kemudian didinginkan dan dimasukkan dalam tabung reaksi pembiakan dan bisa digunakan sebagai media tumbuh biakan murni (kultur jaringan) sebanyak 150-200 buah tabung biakan. Media tumbuh tersebut harus segera digunakan agar tidak tekontaminasi oleh mikroorganisme baik bakteri maupun fungi yang dapat mencemari dan berseifat merusak media. Jika media tumbuh yang sudah dibuat melebihi kapasitas tabung reaksi, sebaiknya disimpan dalam ruangan bersuhu dingin dan steril. Sisa media tumbuh ini dapat digunakan untuk proses pembiakan bibit jamur kuping pada periode berikutnya.

Setiap satu buah tabung reaksi pembiakan diisi kurang lebih satu sendok makan media tumbuh, kemudian tabung reaksi terebut ditutup atau disumbat menggunakan kapas. Bagian luar sumbatan kapas tersebut dibalut menggunakan kertas loyang yang sudah dipersiapkan kemudian diikat menggunakan tali karet. Lakukan pekerjaan serupa terhadap semua tabung reaksi pembiakan.

Setelah semua proses pengisian tabung reaksi pembiakan selesai, lalu melakukan proses sterisilasi pada tabung-tabung reaksi tersebut. Proses sterilisasi dilakukan dengan cara merebus tabung reaksi pembiakan menggunakan alat steril otomatis atau autoclave dalam suhu 125°C selama 1 jam. Untuk melakukan penghematan atau efisiensi baik waktu maupun biaya perebusan saat melakukan sterilisasi, maka tabung reaksi pembiakan ditata sedemikian rupa dalam autoclave sehingga semua ruangnya dapat dimanfaatkan dengan baik.

Setelah proses sterilisasi selesai, tabung reaksi disimpan dalam ruangan yang steril. Kertas loyang penutup kapas pada bagian luar tabung reaksi dilepas dan tabung disimpan dalam rak penyimpanan dengan posisi miring. Penyimpanan dengan posisi miring ini bertujuan untuk menyebarkan media tumbuh pada dinding tabung reaksi pembiakan bagian dalam sehingga penyebaran miselium yang diinokulasi bisa merata pada dinding tabung. Dengan demikian, proses pengambilan miselium untuk dikembangkan pada tahap pembiakan berikutnya lebih mudah. Biarkan media tumbuh steril ini menjadi dingin dalam suhu kamar kurang lebih selama 24 jam.

Media yang telah didinginkan siap untuk dilakukan inolulasi atau penanaman. Siapkan tubuh jamur kuping yang telah dewasa yaitu berumur 3-4 minggu semenjak pembentukan calon tubuh jamur atau pin head. Inokulasi atau penanaman bibit jamur diambilkan dari tubuh buah jamur kuping tersebut.

Tubuh buah jamur yang sudah dipilih untuk diambiil jaringannya dibersihkan dan dicuci hingga bersih lalu dicelupkan dalam alkohol 70% selama 5 menit untuk memastikan bahwa tubuh buah jamur tersebut telah steril. Selain menggunakan alkohol dapat juga menggunakan bahan kimia lain seperti formalin 5%, sodium hipochloride atau calcium hipochloride 0,35%, silver nitrate 0,1%, mercuric cyanide 0,1%, carbonic acid 1%, potasium permanganat 2%, mercurochloride 0,001%, dan hydrogen peroxida 3%.

Siapkan wadah untuk meletakkan sayatan tubuh buah jamur steril tersebut. Wadah tersebut juga harus disterilisasi dengan cara dicuci menggunakan alkohol 70%. Letakkan tubuh buah jamur di atas wadah lalu wadah bersama tubuh buah jamur terebut diletakkan dalam meja pembiakan. Meja pembiakan segera diaktifkan dengan menekan tombol pengontak, sehingga lampu meja pembiakan nyala dan mesin penghisap udara (filter) bekerja.

Tunggu hingga tigapuluh menit untuk memastikan seluruh udara yang terkontaminasi di sekitar meja pembiakan terhisap. Ambil semua tabung pembiakan beserta rak penyimpannya dan diletakkan di atas meja pembiakan kemudian kapas penyumbatnya dibuka.

Lakukan penyayatan tubuh buah jamur kuping pada bagian yang paling tebal, yaitu bagian yang terletak pada ketiak jamur. Pada bagian ini terdapat sumber-sumber percabangan hifa atau miselium atau kantong basidiospora. Sayat bagian tersebut dengan lebar 0,1 cm, tebal 0,1 cm, dan panjang 1 cm. Untuk memudahkan penyayatan, maka gunakan pisau sayat lancip bertangkai yang biasa disebut spatula, atau bisa juga menggunakan pisau bedah. Pastikan pisau tersebut tajam dan steril. Masukkan sayatan tubuh buah jamur tersebut ke dalam tabung reaksi pembiakan, kemudian tutup kembali tabung reaksi yang telah diisi dengan sayatan tubuh buah jamur menggunakan kapas seperti semula. Tabung reaksi yang telah terisi kembali diletakkan pada rak penyimpanan. Lakukan pekerjaan serupa pada tabung reaksi lain. Satu buah tubuh buah jamur kuping dapat disayat sebanyak 10-15 kali.

Setelah proses inokulasi selesai, kemudian spora jamur kuping dalam tabung reaksi pembiakan disimpan dalam ruangan steril selama 20 hari. Penyimpanan spora tersebut harus dilakukan dalam ruangan yang agak gelam untuk mempercepat pembiakan spora menjadi miselium. Setelah 20 hari akan muncul benang-benang putih yang memenuhi media tumbuh. Benang-benang putih inilah yang dinamakan miselium jamur. Miselium jamur kuping ini selanjutnya digunakan sebagai bibit dalam pembiakan jamur kuping tahap kedua. Tabung reaksi yang gagal membentuk miselium segera disingkirkan dari ruangan agar tidak mencemari tabung-tabung lain. Tabung yang gagal dapat diidentifikasi dengan munculnya bau busuk dan berwarna cokela kehitaman. Tabung tersebut bisa dibersihkan dan disteril kembali untuk digunakan pada kegiatan pembiakan bibit jamur kuping lain waktu.


Dukungan Teknis : Rois Efendi - 0852 3875 5088

Baca Artikel Terkait
  • PEMBUATAN BIBIT JAMUR KUPING

    Bibit jamur kuping diproduksi melalui tahap-tahap pembiakan. Tahap pertama adalah pembiakan spora (basidiospora) yang dihasilkan oleh basidium. Tahap ini dilakukan melalui kultur jaringan dan hasil pembiakan pada tahap ini berupa benang-benang jamur (miselium) yang disebut turunan pertama (F1). Tahap kedua adalah pembiakan miselium F1. Pembiakan tahap ini merupakan perbanyakan miselium hasil pembiakan ...
  • EKOLOGI JAMUR KUPING

    A. Biologi dan Siklus Hidup Jamur Kuping - Jamur kuping memiliki tubuh buah mirip daun telinga manusia. Sebutan jamur kuping melekat pada jenis jamur yang memiliki tubuh buah (basidiocarp) mirip kuping (daun telinga). Di antara 65 spesies jamur kuping, ada tiga jenis jamur kuping yang biasa dikonsumsi sebagai makanan lezat dan dapat dibudidayakan, yakni (1) jamur kuping merah (Auricularia auricula Judae) ...
  • BUDIDAYA JAMUR TIRAM

    Usaha budidaya jamur tiram seringkali mengalami kegagalan karena teknik dan cara budidaya yang kurang benar. Meskipun gampang, perlu diperhatikan faktor-faktor seperti lingkungan, kebersihan, serta konsistensi selama perawatan. Jika faktor-faktor tersebut tidak bisa dipenuhi dengan baik maka hasilnya pun kurang optimal bahkan besar kemungkinan berpotensi mendatangkan kegagalan.Jamur tiram putih berwarna ...
  • PERSIAPAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM

    Usaha budidaya jamur tiram sebernarnya sangat mudah, hanya saja terkadang penyebab utama kegagalan ada pada kebersihan lingkungan. Kebersihan lingkungan menjadi syarat utama yang harus diperhatikan, mengingat budidaya jamur tiram sangat rentan terhadap kelembaban tinggi. sebelum memulai usaha budidaya jamur tiram, kita perlu memperhatikan lokasi usaha, diusahakan tidak berdekatan dengan kandang ...
More aboutPEMBIAKAN BIBIT JAMUR KUPING TAHAP PERTAMA