PERTOLONGAN PERTAMA PADA PENDERITA KERACUNAN PESTISIDA

Pestisida sangat berbahaya bagi manusia, bahkan bisa menyebabkan kamatian. Padahal bagi petani, pestisida hampir menjadi santapan keseharian, terutama saat budidaya tanaman yang membutuhkan perawatan intensif. Pestisida bisa masuk melalui kulit, saluran pernapasan bahkan tertelan melalui mulut. Kecerobohan pada saat penyemprotan menyebabkan tubuh kita mengalami keracunan pestisida. Keracunan pestisida pada manusia menunjukkan gejala yang berbeda-beda, tergantung pada jenis bahan aktif pestisida yang meracuni. Gejala keracunan biasanya tertera pada kemasan, sehingga disarankan jangan memindahkan pestisida pada tempat lain apalagi wadah kosong yang orang lain tidak bisa mengetahuinya dengan pasti. Usahakan pestisida selalu pada kemasannya. Hal ini sangat penting untuk menentukan penanganan lebih lanjut saat mengalami keracunan pestisida.

Pada saat kita mengetahui seseorang mengalami keracunan pestisida, kita dapat memberikan pertolonganpertama pada penderita, sebelum dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Lakukan langkah-langkah berikut :

  1. Saat memberikan pertolongan, kita tidak boleh terlihat panik. Harus tenang agar dapat berpikir untuk melakukan tindakan yang paling tepat dan cepat.
  2. Jika kulit korban terkena pestisida, buka pakaian dan segeralah cuci sampai bersih dengan air dan sabun.
  3. Jika mata korban terkena pestisida, cuci dengan air yang banyak selama 15 menit, jika ada air pancuran lebih diutamakan.
  4. Jika tertelan dan korban masih sadar, buatlah korban muntah dengan memberikan larutan air hangat yang telah dicampur dengan garam dapur sebanyak 1 sendok makan penuh. Jika pestisida tertelan, jangan berikan pernapasan buatan dari mulut ke mulut.
  5. Jika tertelan dan korban tidak sadar, jangan dirangsang muntah, sangat berbahaya. Jika pestisida tertelan, jangan berikan pernapasan buatan dari mulut ke mulut.
  6. Jika tertelan, dan fungisida dari senyawa tembaga, jangan dirangsang muntah, rangsanglah untuk buang air besar (bilas lambung).
  7. Jika berhenti bernapas, segera bikin pernapasan buatan. Pastikan mulut bersih dari air liur, lendir, atau makanan yang menyumbat pernapasan.
  8. Jangan memberikan susu atau makanan berminyak pada korban keracunan organoklorin, karena akan menambah penyerapan organoklorin oleh organ pencernaan.
  9. Jika korban tidak sadar, usahakan jalan pernapasan tidak terganggu. Bersihkan mulut dari air liur, lendir, atau makanan. Jika korban memakai gigi palsu, lepaskan gigi palsu. Letakkan korban pada posisi tengkurap, kepala menghadap ke samping dan bertumpu pada kedua tangannya yang ditekuk.
  10. Jika kejang, usahakan tidak ada yang membuatnya cidera. Taruh bantal di bawah kepala, longgarkan pakaian di sekitar leher. Ganjal mulut agar korban tidak menggigit bibir dan lidahnya.
  11. Bawalah segera ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Tunjukkan kemasan pestisida yang telah meracuninya kepada para medis agar dapat ditentukan dengan cepat penanganan yang paling tepat.
More aboutPERTOLONGAN PERTAMA PADA PENDERITA KERACUNAN PESTISIDA

BUDIDAYA JERUK

CARA MENANAM JERUK

Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali.

Prospek agribisnis jeruk di Indonesia cukup bagus karena potensi lahan produksi yang luas. Melalui program peningkatan kualitas sumberdaya petani serta didukung dengan hasil inovasi teknologi pemupukan, pengelolaan hama dan penyakit terpadu, serta sistem budidaya lainnya diharapkan mampu meningkatkan Kuantitas dan Kualitas produksi jeruk.

SENTRA PENANAMAN JERUK

Sentra jeruk di Indonesia tersebar meliputi: Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat) dan Medan (Sumatera Utara). Karena adanya serangan virus CVPD (Citrus Vein Phloen Degeneration), beberapa sentra penanaman mengalami penurunan produksi yang diperparah lagi oleh sistem monopoli tata niaga jeruk yang saat ini tidak berlaku lagi.

KLASIFIKASI TANAMAN JERUK

Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rutales
Keluarga : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus sp.

MANFAAT JERUK

  1. Manfaat tanaman jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan, dimana kandungan vitamin C yang tinggi.
  2. Di Beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak wangi, sabun wangi, esens minuman dan untuk campuran kue.
  3. Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat tradisional penurun panas, pereda nyeri saluran napas bagian atas dan penyembuh radang mata.

Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk keprok (Citrus reticulata/nobilis L.), jeruk siem (C. microcarpa L. dan C.sinensis. L), jeruk manis (C. auranticum L. dan C.sinensis L.), jeruk sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C.maxima Herr.), jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C. hystix ABC).

SYARAT TUMBUH TANAMAN JERUK

Tanaman jeruk memerlukan 6-9 bulan basah (musim hujan), curah hujan 1000-2000 mm/th merata sepanjang tahun, air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus. Temperatur optimal antara 25-30 °C dan kelembaban optimum sekitar 70-80%. Kecepatan angin lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. Ketinggian optimum antara 1-1200 m dpl. Jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok, derajat keasaman tanah (pH tanah) adalah 5,5-6,5. Air tanah optimal pada kedalaman 150-200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 300. Ketinggian tempat penanaman jeruk sangat bervariasi, tergantung pada spesies yang akan ditanam. Jenis Keprok Madura, Keprok Tejakula: 1–900 m dpl. Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl. Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300–800 m dpl. Jenis Siem: 1–700 m dpl. Jenis Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung: 1–700 m dpl. Jenis Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl. Jenis Purut: 1–400 m dpl.

PEMBIBITAN TANAMAN JERUK

Teknik Generatif

Biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong kemudian dianginkan di tempat yang tidak terkena sinar selama 2-3 hari hingga lendirnya hilang. Media semai dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1).

Teknik Vegetatif

Metode yang lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (onderstam/rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan oleh penangkar adalah Japanese citroen, Rough lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo citrange.

BUDIDAYA JERUK

Persiapan Lahan

Tanaman jeruk ditanam di tegalan tanah sawah/di lahan berlereng. Jika ditanam di suatu bukit perlu dibuat sengkedan/teras. Lahan yang akan ditamani dibersihkan dari tanaman lain atau sisa-sisa tanaman. Jarak tanam bervariasi untuk setiap jenis jeruk. Jenis jeruk keprok dan siem : jarak tanam 5 x 5 m. Jenis jeruk manis : jarak tanam 7 x 7 m. Jenis jeruk sitrun (Citroen) : jarak tanam 6 x 7 m. Jenis jeruk nipis : jarak tanam 4 x 4 m. Jenis jeruk grape fruit : jarak tanam 8 x 8 m. Jenis jeruk besar : jarak tanam (10-12) x (10-12) m.

Lubang tanam hanya dibuat pada tanah yang belum diolah dan dibuat 2 minggu sebelum tanam. Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari lapisan atas tanah (25 cm). Tanah berasal dari lapisan atas dicampur dengan 20 kg pupuk kandang. Setelah penanaman tanah dikembalikan lagi ke tempat asalnya. Bedengan (guludan) berukuran 1 x 1 x 1 m hanya dibuat jika jeruk ditanam di tanah sawah.

Teknik dan Cara Menanam Jeruk

Bibit jeruk dapat ditanam setelah memiliki 6-8 helai daun pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia air untuk menyirami, tetapi sebaiknya ditanam diawal musim hujan. Sebelum ditanam, perlu dilakukan:
1) Pengurangan daun dan cabang yang berlebihan.
2) Pengurangan akar.
3) Pengaturan posisi akar agar jangan ada yang terlipat.
Setelah bibit ditaman, siram secukupnya dan diberi mulsa jerami, daun kelapa atau daun-daun yang bebas penyakit di sekitarnya. Letakkan mulsa sedemikian rupa agar tidak menyentuh batang untuk menghindari kebusukan batang. Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya saling menaungi, dapat ditanam tanaman sela baik kacang-kacangan/sayuran. Setelah tajuk saling menutupi, tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum penutup tanah yang sekaligus berfungsi sebagai penambah nitrogen bagi tanaman jeruk.

PEMELIHARAAN TANAMAN JERUK

Penyulaman Pada Budidaya Jeruk

Penyulaman tanaman jeruk dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh.

Penyiangan Pada Budidaya Jeruk

Penyiangan dengan cara membersihkan gulma sesuai dengan frekuensi pertumbuhannya. Biasanya dilakukan pada saat pemupukan.

Pembubunan Pada Budidaya Jeruk

Pembumbunan perlu dilakukan untuk menjdaga agar akar tidak muncul ke permukaan karena hal ini menghambat pertumbuhan tanaman, akar menjadi tidak berfungsi dengan baik. Jika budidaya dilakukan pada tanah berlereng, perlu diwaspadai terjadinya erosi tanah.

Pemangkasan Pada Budidaya Jeruk

Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tajuk pohon dan menghilangkan cabang yang sakit, kering dan tidak produktif/tidak diinginkan. Dari tunas-tunas awal yang tumbuh biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam yang kelak akan membentuk tajuk pohon. Pada pertumbuhan selanjutnya, setiap cabang memiliki 3-4 ranting atau kelipatannya. Bekas luka pangkasan ditutup dengan fungisida atau lilin untuk mencegah penyakit. Sebaiknya celupkan dulu gunting pangkas ke dalam Klorox/alkohol. Ranting yang sakit dibakar atau dikubur dalam tanah.

Pemupukan Pada Budidaya Jeruk

Pemberian jenis pupuk dan dosis (gram/tanaman) setelah penanaman adalah sebagai berikut:
a) 1 bulan: Urea=100; ZA=200; TSP=25; ZK=100; Dolomit=20; Pupuk kandang=20 kg/tan.
b) 2 bulan: Urea=200; ZA=400; TSP=50; ZK=200; Dolomit=40; Pupuk kandang=40 kg/tan.
c) 3 bulan: Urea=300; ZA=600; TSP=75; ZK=300; Dolomit=60; Pupuk kandang=60 kg/tan.
d) 4 bulan: Urea=400; ZA=800; TSP=100; ZK=400; Dolomit=80; Pupuk kandang=80 kg/tan.
e) 5 bulan: Urea=500; ZA=1000; TSP=125; ZK=500; Dolomit=100;
Pupuk kandang=100 kg/tan.
f) 6 bulan: Urea=600; ZA=1200; TSP=150; ZK=600; Dolomit=120;
Pupuk kandang=120 kg/tan.
g) 7 bulan: Urea=700; ZA=1400; TSP=175; ZK=700; Dolomit=140;
Pupuk kandang=140 kg/tan.;
h) 8 bulan: Urea=800; ZA=1600; TSP=200; ZK=800; Dolomit=160;
Pupuk kandang=160 kg/tan.
i) 8 bulan: Urea 1000; ZA=2000; TSP=200; ZK=800; Dolomit=200;
Pupuk kandang=200 kg/tan.

Pengairan dan Penyiraman Pada Budidaya Jeruk

Penyiraman jangan menggenangi batang akar. Tanaman diairi sedikitnya satu kali dalam seminggu pada musim kemarau. Jika air kurang tersedia, tanah di sekitar tanaman digemburkan dan ditutup mulsa.

Penjarangan Buah Pada Budidaya Jeruk

Pada tahun di mana pohon jeruk berbuah lebat, perlu dilakukan penjarangan supaya pohon mampu mendukung pertumbuhan dan bobot buah serta kualitas buah terjaga. Buah yang dibuang meliputi buah yang sakit, yang tidak terkena sinar matahari (di dalam kerimbunan daun) dan kelebihan buah di dalam satu tangkai. Hilangkan buah di ujung kelompok buah dalam satu tangkai utama terdapat dan sisakan hanya 2-3 buah.

HAMA TANAMAN JERUK

Kutu Loncat (Diaphorina citri)

Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda. Gejala:
Tunas keriting, tanaman mati.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif dimethoate, monocrotophos, imidakloprid, abamektin, atau endosulfan. Buang bagian tanaman yang terserang.

Kutu Daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii)

Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga.
Gejala:
Daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif methidathion, dimethoate, diazinon, phosphamidon, malathion, atau imidakloprid

Ulat Peliang Daun (Phyllocnistis citrella)

Bagian yang diserang adalah daun muda.
Gejala:
Alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif methidathion, malathion, diazinon, profenofos, sipermetrin, betasiflutrin, atau klorpirifos. Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.

Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp.)

Bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah.
Gejala:
Bercak keperakperakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida/akarisida berbahan aktif, cyhexation, dicofol, oxythioquimox, dicarbam, atau abamektin.

Penggerek Buah (Citripestis sagittiferella)

Bagian yang diserang adalah buah.
Gejala:
Lubang yang mengeluarkan getah.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif methomyl, methidathion, fipronil, atau deltametrin. Buah yang terserang dipetik dan dimusnahkan.

Kutu Penghisap Daun (Helopeltis antonii)

Gejala:
Bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif fenitrotionmothion, fenithion, metamidofos, methomil, atau imidakloprid.

Ulat Penggerek Bunga dan Puru Buah (Prays sp.)

Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau jeruk bes. Gejala:
Bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah muda gugur sebelum tua.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif methomyl, methidathion, profenofos, atau sipermetrin. Kemudian buang bagian yang diserang.

Thrips (Scirtotfrips citri)

Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda.
Gejala:
Helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadang disertai nekrotis.
Pengendalian:
Menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari masuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif difocol, propargite, abamektin, asetamiprid, atau imidakloprid.

Kutu Dompolon (Planococcus citri)

Bagian yang diserang adalah tangkai buah.
Gejala:
Berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisda berbahan aktif methomyl, triazophos, carbaryl, atau methidathion. Kemudian cegah datangnya semut yang dapat memindahkan kutu.

Lalat Buah (Dacus sp.)

Bagian yang diserang adalah buah yang hampir masak.
Gejala:
Lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah.
Pengendalian:
Pemasangan alat perangkap sexpheromone menggunakan Methyl-Eugenol atau protein Hydrolisate. Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif fenthion, dimethoathe, atau klorfenapir.

Kutu Sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri)

Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai.
Gejala:
Daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dan cabang kering dan kulit retak buah gugur.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif diazinon, phosphamidon, dichlorophos, atau methidhation.

Kumbang Belalai (Maeuterpes dentipes)

Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah.
Gejala:
Daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati.
Pengendalian:
Sanitasi kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisida carbaryl, atau diazinon.

PENYAKIT TANAMAN JERUK

CVPD

Penyebab:
Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang.
Gejala:
Daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye.
Pengendalian:
Gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan insektisida untuk mengendalikan serangga vektor dan sanitasi kebun yang baik.

Tristeza

Penyebab:
Virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserang jeruk manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen.
Gejala:
Lekuk batang , daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat.
Pengendalian:
Sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yang terserang, kemudian kendalikan serangga vektor.

Woody Gall (Vein Enation)

Penyebab:
Virus Citrus Vein Enation dengan vektor Toxoptera citridus, Aphis gossypii. Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan Sour Orange.
Gejala:
Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun di permukaan daun.
Pengendalian:
Gunaan mata tempel bebas virus dan sanitasi areal pertanaman, pengendalian serangga vektor.

Blendok

Penyebab:
Fungi Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang atau
cabang.
Gejala:
Kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas.
Pengendalian:
Pemotongan cabang terinfeksi, bekas potongan diberi karbolineum atau fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun.

Embun Tepung

Penyebab:
Fungi Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan
tangkai muda.
Gejala:
Tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan fungisida berbahan aktif pyrazophos, bupirimate, atau metil-tiofanat.

Kudis

Penyebab:
Fungi Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai atau buah.
Gejala:
Bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye.
Pengendalian:
Pemangkasan teratur. Penyemprotan dengan menggunakan fungisida berbahan aktif makozeb, propineb, Benomyl atau simoksanil.

Busuk Buah

Penyebab:
Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian yang diserang adalah buah.
Gejala:
Terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit.
Pengendalian:
Hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air panas atau fungisida berbahan aktif propamokarb hidroklorida, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.

Busuk Akar dan Pangkal Batang

Penyebab:
Phyrophthoranicotianae. Bagian yang diserang adalah akar dan pangkal batang serta daun di bagian ujung dahan berwarna kuning.
Gejala:
Tunas tidak segar, tanaman kering.
Pengendalian:
Pengolahan dan pengairan yang baik, sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah. Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif simoksanil, propamokarb hidroklorida, famoksadon atau metalaksil.

Buah Gugur Prematur

Penyebab:
Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yang diserang: buah dan bunga
Gejala:
2 – 4 minggu sebelum panen buah gugur.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif benomyl, metiltiofanat, karbendazim, atau klorotalonil.

Jamur Upas

Penyebab:
Upasia salmonicolor. Bagian yang diserang adalah batang.
Gejala:
Retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas.
Pengendalian:
Kulit yang terinfeksi dikelupas dan disaput fungisida carbolineum. Kemudian potong cabang yang terinfeksi.

Kanker

Penyebab:
Bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai, buah.
Gejala:
Bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti gabus pecah dengan diameter 3-5 mm. Pengendalian:
Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif tembaga. Selain itu untuk mencegah serangan ulat peliang daun adalah dengan mencelupkan mata tempel ke dalam 1.000 ppm Streptomycin selama 1 jam.

PANEN

Ciri dan Umur Panen
Buah jeruk dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara 28–36 minggu, tergantung jenis/varietasnya.

Cara Panen
Buah dipetik dengan menggunakan gunting pangkas.

Perkiraan Produksi
Rata-rata tiap pohon dapat menghasilkan 300-400 buah per tahun, kadang-kadang sampai 500 buah per tahun. Produksi jeruk di Indonesia sekitar 5,1 ton/ha masih di bawah produksi di negara subtropis yang dapat mencapai 40 ton/ha.

PASCAPANEN


Pengumpulan Buah Jeruk
Di kebun, buah dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih. Pisahkan buah yang mutunya rendah, memar dan buang buah yang rusak. Sortasi dilakukan berdasarkan diameter dan berat buah yang biasanya terdiri atas 4 kelas. Kelas A adalah buah dengan diameter dan berat terbesar sedangkan kelas D memiliki diameter dan berat terkecil.

Penyortiran dan Penggolongan Buah Jeruk
Setelah buah dipetik dan dikumpulkan, selanjutnya buah disortasi/dipisahkan dari buah yang busuk. Kemudian buah jeruk digolongkan sesuai dengan ukuran dan jenisnya.

Penyimpanan Buah Jeruk
Untuk menyimpan buah jeruk, gunakan tempat yang sehat dan bersih dengan temperatur ruangan 8-100C.

Pengemasan Buah Jeruk
Sebelum pengiriman, buah dikemas di dalam keranjang bambu/kayu tebal yang tidak terlalu berat untuk kebutuhan lokal dan kardus untuk ekspor. Pengepakan jangan terlalu padat agar buah tidak rusak. Buah disusun sedemikian rupa sehingga di antara buah jeruk ada ruang udara bebas tetapi buah tidak dapat bergerak. Wadah untuk mengemas jeruk berkapasitas 50-60 kg.


JERUK (Citrus sp.)

More aboutBUDIDAYA JERUK

BUDIDAYA JAHE

CARA MENANAM JAHE

Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), sefamili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain.

KLASIFIKASI TANAMAN JAHE

Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale

DESKRIPSI TANAMAN JAHE

Jahe merupakan tanaman berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun berpasangan berbentuk pedang, panjang 15 – 23 mm, lebar 8-15 mm, tangkai daun berbulu dengan panjang 2–4 mm, bentuk lidah daun memanjang kurang lebih 7,5-10 mm tapi tidak berbulu, seludang agak berbulu. Bunga berupa malai keluar di permukaan tanah, berbentuk tongkat atau bulat telur yang sempit dengan panjang 2,75–3 kali lebarnya, sangat tajam, panjang malai 3,5–5 cm, lebar 1,5–1,75 cm, tangkai bunga hampir tidak berbulu dengan panjang 25 cm, rahis berbulu jarang, terdapat sisik pada tangkai bunga berjumlah 5–7 buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu, panjang sisik 3–5 cm, daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1–1,75 cm, mahkota bunga berbentuk tabung 2-2,5 cm, helainya agak sempit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5-2,5 mm, lebar 3-3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12-15 mm, kepala sari berwarna ungu, panjang 9 mm, tangkai putik berjumlah 2.

JENIS TANAMAN JAHE

Jahe gajah atau jahe badak

Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bisa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.

Jahe putih atau jahe emprit

Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.

Jahe merah

Rimpang berwarna merah dan lebih kecil daripada jahe emprit, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.

MANFAAT TANAMAN JAHE

Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi jahe instan, asinan jahe, dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup. Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami. Dalam perdagangan jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk dan awetan jahe. Disamping itu terdapat hasil olahan jahe seperti: minyak astiri dan koresin yang diperoleh dengan cara penyulingan yang berguna sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis dan lain-lain.

Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), antimuntah, pereda kejang, antipengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, antiinflamasi, antimikroba dan parasit, antipiretik, antirematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.

SENTRA BUDIDAYA JAHE

Terdapat di seluruh Indonesia, ditanam di kebun dan di pekarangan. Pada saat ini jahe telah banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani, India, Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe dari Jamaika mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan India merupakan negara produsen jahe terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari total produksi jahe dunia.

SYARAT TUMBUH TANAMAN JAHE

Iklim

Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan intensitas cahaya matahari 70 - 100%. Dengan kata lain penanaman jahe sebaiknya dilakukan di tempat terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari. Suhu udara optimum budidaya tanaman jahe antara 20-35 oC.

Tanah

Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah subur, gembur dan banyak mengandung humus. Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik. Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0.

Ketinggian Tempat

Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m dpl. Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200-600 m dpl.

PEDOMAN CARA MENANAM JAHE

PEMBIBITAN

Persyaratan Bibit Jahe

Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh tinggi), dan mutu fisik. Mutu fisik adalah bibit bebas hama dan penyakit. Rimpang untuk dijadikan benih, sebaiknya mempunyai 2-3 bakal mata tunas dengan bobot sekitar 25-60 g untuk jahe putih besar, 20-40 g untuk jahe putih kecil dan jahe merah. Kebutuhan benih per ha untuk jahe putih besar (panen tua) membutuhkan benih 2-3 ton/ha dan 5 ton/ha untuk jahe putih besar panen muda. Sedangkan jahe merah dan jahe emprit 1-1,5 ton.

Teknik Penyemaian Bibit

Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau ditaruh di atas bedengan.

Penyemaian Pada Peti Kayu

Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian diatasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi. Setelah 2-4 minggu, bibit jahe siap disemai.

Penyemaian Pada Bedengan

Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Buat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, diatasnya diberi rimpang tutup dengan jerami, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.

Penyiapan Bibit

Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.

PERSIAPAN LAHAN BUDIDAYA JAHE

Pembukaan Lahan

Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari.

Pembentukan Bedengan dan Pemupukan Dasar

Untuk memudahkan pemeliharan sekaligus untuk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Penanaman jahe dengan sistem bedengan juga bertujuan untuk memudahkan serangan patogen, karena kelembaban tanah bisa dijaga dengan membuat pari-parit. Pemupukan dasar diberikan bersamaan dengan pembuatan bedengan menggunakan pupuk kandang yang sudah difermentasi sebanyak 40 ton/ha dan NPK 15-15-15 sebanyak 1,5 ton/ha. Akan lebih baik bila ditambahkan dengan agensia hayati seperti Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. untuk mencegah serangan bakteri maupun cendawan patogen. Pemberian humat dan fulvat akan berfungsi sebagai pembenah tanah, sehingga serapan unsur hara oleh tanaman jahe bisa optimal.

Pengapuran

Pengapuran dilakukan pada saat pembentukan bedengan. Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) dan kalsium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau terikat oleh ion-ion tanah. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji.

TEKNIK BUDIDAYA JAHE

Penentuan Pola Tanaman

Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
  • Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga.
  • Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.
  • Meningkatkan produktivitas lahan.
  • Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).

Praktek di lapangan, ada jahe yang ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran, seperti timun, bawang merah, cabe rawit, buncis dan lain-lain. Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan lainnya.

Pembuatan Lubang Tanam

Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit.

Cara Penanaman Jahe

Cara penanaman jahe dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan. Jarak tanam yang digunakan untuk penanaman jahe putih besar yang dipanen tua adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40 cm, jahe putih kecil dan jahe merah 60 cm x 40 cm.

Perioda Tanam

Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.

PEMELIHARAAN TANAMAN JAHE

Penyulaman Pada Budidaya Jahe

Penyulaman dilakukan pada umur 2–3 minggu setelah tanam.

Penyiangan Pada Budidaya Jahe

Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar.

Pembubunan Pada Budidaya Jahe

Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-5 anakan, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.

Pemupukan Susulan Pada Budidaya Jahe

Tanaman jahe merupakan tanaman yang berumur panjang dibandingkan dengan tanaman cabe maupun tomat. Pada dasarnya pupuk dasar yang diberikan sudah mencukupi untuk menopang pertumbuhan tanaman tersebut. Akan tetapi dalam budidaya jahe secara intensif perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan hasil produksi yang signifikan. Oleh karena itu, pupuk susulan perlu diberikan pada saat tanaman jahe berumur 2-3 bulan, 4-6 bulan, dan 8-10 bulan menggunakan pupuk NPK 15-15-15 dengan dosis 20 gram per tanaman ditambah dengan pembenah tanah, seperti asam humat dan asam fulvat untuk membantu serapan unsur hara oleh akar sehingga pertumbuhan tanaman bisa optimal.

Pengairan dan Penyiraman Pada Budidaya Jahe

Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal petumbuhannya tanaman jahe membutuhkan air yang cukup, sehingga saat memulai budidaya jahe diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September.


JAHE

More aboutBUDIDAYA JAHE

DEFISIENSI UNSUR HARA

KEKURANGAN UNSUR HARA PADA TANAMAN

Defisiensi atau kahat unsur hara adalah kekurangan meterial (bahan) yang berupa makanan bagi tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya, ada jenis tanaman yang rakus makanan dan adapula yang biasa saja. Jika unsur hara dalam tanah tidak tersedia maka pertumbuhan tanaman akan terhambat dan produksinya menurun. Kita sebagai petani tidak mungkin mengecek kandungan hara tanah setiap saat untuk mengetahui ketersediaan unsur hara tersebut, salah satu upayanya adalah dengan mengetahui gejala defisiensi unsur  hara pada tanaman.

Gejala Defisiensi Unsur Hara Pada Tanaman

Nitrogen (N)

Gejala kekurangan nitrogen ditandai dengan warna daun berubah menjadi hijau muda kemudian menjadi kuning sempurna, jaringan daun mati dan mengering berwarna merah kecoklatan. Pembentukan buah tidak sempurna, kecil-kecil, kekuningan, dan masak sebelum waktunya.

Cara penanganan kekurangan unsur nitrogen adalah dengan menambahkan pupuk kimia berupa urea (N=46%), ZA (N=21%), KNO3, NPK serta pupuk daun kandungan N tinggi.

Fosfor (P)

Gejala kekurangan fosfor ditandai dengan warna bagian bawah daun terutama tulang daun merah keunguan, daun melengkung, dan terpelintir (distorsi). Tepi daun, cabang dan batang juga berwarna ungu. Kekurangan unsur ini menyebabkan terhambatnya sistem perakaran dan pembuahan.

Cara penanganan kekurangan unsur fosfor adalah dengan menambahkan pupuk kimia SP36 (P=36%), NPK, MKP serta pupuk daun kandungan P tinggi.

Kalium (K)

Gejala kekurangan kalium ditandai dengan mengerutnya daun terutama daun tua meski tidak merata, tepi dan ujung daun menguning yang kemudian menjadi bercak coklat. Bercak daun ini akhirnya gugur, sehingga daun tampak bergerigi dan akhirnya mati. Buah yang terbentuk tidak sempurna, kecil, kualitas jelek dan tidak tahan simpan.

Cara penanganan kekurangan unsur kalium adalah dengan menambahkan pupuk kimia KCl (K=52%), NPK, MKP, serta pupuk daun kandungan K tinggi.

Sulfur (S)

Gejala kekurangan sulfur ditandai dengan warna daun muda memudar (klorosis), berubah menjadi hijau muda, kadang-kadang tampak tidak merata, menguning atau keputih-putihan. Pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil, berbatang pendek, dan kurus.

Cara penanganan kekurangan unsur sulfur adalah dengan menambahkan pupuk kimia ZA (S=20%), Phonska (S=10%), serta pupuk daun yang mengandung unsur S.

Kalsium (Ca)

Gejala kekurangan kalsium ditandai dengan pertumbuhan kuncup yang terhenti dan mati, pertumbuhan tanaman lemah dan merana, tepi daun muda mengalami klorosis, buah muda banyak yang rontok dan masak sebelum waktunya, warna buah kurang sempurna.

Cara penanganan kekurangan unsur kalsium adalah dengan menambahkan kapur dolomite (Ca=38%), kalsium karbonat (Ca=90%), serta pupuk kalsium kandungan Ca 80-99%.

Magnesium (Mg)

Gejala kekurangan magnesium ditandai dengan daun tua yang semula hijau segar berubah menjadi kekuningan dan tampak pucat. Diantara tulang-tulang daun terjadi klorosis, warna berubah menguning dan terdapat bercak-bercak berwarna kecoklatan, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau.

Cara penanganan kekurangan unsur magnesium adalah dengan menambahkan pupuk kimia kieserite, kapur dolomite (Mg=18%), serta pupuk daun yang mengandung unsur Mg.

Unsur Mikro

Besi (Fe). Gejala kekurangan besi ditandai dengan warna kuning pada daun-daun muda, pertumbuhan tanaman terhambat, daun berguguran dan mati pucuk, tulang daun yang berwarna hijau berubah kekuningan kemudian memutih, pertumbuhan tanaman seolah terhenti.

Boron (B). Gejala kekurangan boron ditandai dengan tepi daun mengalami klorosis mulai dari bawah daun kemudian mengering dan akhirnya mati. Pada tanaman bercabang, ruas tanaman memendek, batang keropos, pembentukan cabang tumbuh sejajar berdampingan.

Tembaga (Cu). Gejala kekurangan tembaga ditandai dengan daun berwarna hijau kebiru-biruan, ujung daun secara tidak merata ditemukan layu, terkadang terjadi klorosis meski jaringannya tidak mati, pertumbuhan tanaman kerdil dan gagal membentuk bunga.

Mangan (Mn). Gejala kekurangan mangan ditandai dengan pertumbuhan tanaman kerdil, daun berwarna kekuningan atau kemerahan, jaringan daun di beberapa tempat mati, serta biji yang terbentuk tidak sempurna.

Seng (Zn). Gejala kekurangan seng ditandai dengan daun tua berwarna kekuningan atau kemerahan, daun berlubang, mengering dan akhirnya mati.

Molibedenum (Mo). Gejala kekurangan molibdenum ditandai dengan warna daun memudar, keriput dan mengering, pertumbuhan tanaman seolah terhenti dan akhirnya mati.

Cara penanganan kekurangan unsur mikro adalah dengan menambahkan pupuk organik yang tinggi, pemberian pupuk organik cair untuk pemupukan susulan, serta penyemprotan pupuk daun dengan kandungan mikro lengkap.
More aboutDEFISIENSI UNSUR HARA

PUPUK DAN PEMUPUKAN

MENGENAL PUPUK

Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi unsur hara untuk menggantikan unsur yang habis terserap tanaman. Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan sehingga tanaman mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun anorganik. Jadi memupuk adalah menambahkan material dalam hal ini unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pupuk berbeda dengan hormon tanaman atau ZPT (Zat Pengatur Tumbuh). Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sedangkan ZPT membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ZPT dapat ditambahkan ke dalam pupuk terutama pupuk buatan.

Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Agar pemberiannya tepat, perlu diperhatikan kebutuhan tanaman tersebut, sehingga tidak terlalu banyak bahan makanan yang diberikan karena jika terlalu sedikit atau terlalu banyak dapat membahayakan tanaman.

Berdasarkan kebutuhan tanaman, pupuk dikelompokkan menjadi :

Pupuk Makro

Pupuk makro adalah pupuk yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar, terdiri dari unsur makro primer dan sekunder. Unsur makro primer meliputi Nitrogen (N), Pospat (P), dan Kalium (K), sedangkan makro sekundernya meliputi Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S).

Pupuk Mikro

Pupuk mikro adalah pupuk yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif kecil. Sekalipun dibutuhkan dalam jumlah sedikit pupuk ini mutlak diperlukan tanaman, meliputi Klor (Cl), Besi(Fe), Mangan (Ma), Tembaga (Cu), Boron (B), Molibdenum (Mo), dan Seng (Zn).

Berdasarkan asalnya, pupuk dikelompokkan menjadi :

Pupuk Organik

Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik baik dari kotoran hewan atau manusia maupun dari sisa-sisa pelapukan tanaman.

Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik adalah pupuk buatan pabrik yang dibuat dari bahan-bahan kimia berkadar hara tinggi. Contoh Urea, SP36, KCl, dll.

Berdasarkan cara pemberiannya, pupuk dikelompokkan menjadi :

Pupuk Akar

Pupuk akar adalah pupuk yang diberikan ke dalam tanah agar terserap oleh akar tanaman, baik dalam bentuk padat maupun cair (kocoran).

Pupuk Daun

Pupuk daun adalah pupuk yang diberikan langsung ke tanaman melalui mulut daun (stomata) dengan cara disemprotkan.

PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK

PUPUK ORGANIK

Fungsi Pupuk Organik

  1. Memperbaiki struktur tanah.
  2. Meningkatkan daya serap tanah terhadap air.
  3. Menciptakan kondisi yang baik untuk kehidupan di dalam tanah.
  4. Sumber unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

JENIS-JENIS PUPUK ORGANIK

Pupuk Kandang

Adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan baik padat maupun cair. Kandungan unsur hara kotoran ternak berbeda-beda karena masing-masing ternak mempunyai sifat khas tersendiri. Kandungan unsur hara dalam pupuk dipengaruhi oleh jenis ternak, makanan dan usia ternak.

Kompos

Adalah pupuk yang berasal dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota, dll. Proses pelapukan kompos dapat dipercepat melalui bantuan manusia. Pengomposan berarti merangsang perkembangan bakteri (jasad renik) untuk menguraikan bahan-bahan yang dikomposkan agar terurai menjadi senyawa lain. Dalam proses penguraian tersebut mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik sukar larut menjadi senyawa organik larut (tersedia) sehingga langsung bisa diserap tanaman. Pengomposan juga bertujuan menurunkan rasio C/N. Jika bahan organik yang memiliki rasio C/N  tinggi tidak dikomposkan dan langsung diberikan ke dalam tanah maka proses penguraiannya akan terjadi di tanah, mengakibatkan CO2 dalam tanah meningkat sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman, bahkan pada tanah ringan mengakibatkan daya ikat terhadap air rendah serta struktur tanahnya berserat dan kasar.

Pupuk Hijau

Adalah pupuk yang berasal dari tanaman (hijauan) meliputi bagian daun, tangkai dan batang muda tanaman tertentu yang banyak mengandung unsur Nitrogen. Tanaman yang dikategorikan pupuk hijau mempunyai bakteri rhizobium yang menempel pada akar, terutama pada tanaman famili Leguminosae.

Humus

Adalah sisa tumbuhan berupa daun, akar, cabang dan batang yang sudah membusuk secara alami lewat bantuan mikroorganisme dan cuaca. Sifat humus tidak berbeda dari kompos yaitu mudah mengikat air dan gembur, sedangkan ciri khasnya berwarna hitam sampai coklat tua. Salah satu cara menambahkan humus ke dalam tanah adalah dengan membenamkan pupuk hijau ke dalam tanah sehingga akan terjadi pembusukan yang membentuk humus.

PUPUK ANORGANIK

Keuntungan pemberian pupuk anorganik :
  1. Pemberiannya terukur, karena komposisi haranya tepat.
  2. Pemberiannya sedikit karena kandungan haranya tinggi sehingga dapat menekan biaya pengangkutan.

JENIS-JENIS PUPUK ANORGANIK

Pupuk Tunggal

Adalah pupuk yang kandungan haranya hanya satu hara utama. Misal Urea mengandung unsur N (Nitrogen), SP36 mengandung unsur P (Pospat) dan KCl yang mengandung unsur K (Kalium).

Pupuk Majemuk

Adalah pupuk yang kandungan hara utamanya lebih dari satu unsur. Misal ZA mengandung unsur N (Nitrogen) dan S (Sulfur), NPK mengandung unsur N (Nitrogen), P(Pospat) dan K (Kalium), DAP (Diamonium-phospat) mengandung unsur N (Nitrogen) dan P (Pospat). KNO3 mengandung unsur K (Kalium) dan N (Nitrogen), MKP (Mono Kalium Phospat) mengandung unsur P (pospat) dan K (Kalium).

CARA MEMUPUK

Cara memupuk sangat tergantung pada jenis tanaman dan kebiasaan teknik budidaya yang diterapkan karena kita tidak bisa mengetahui kebutuhan tanaman secara tepat dan kandungan unsur hara tersedia dalam tanah. Semua hanya berdasarkan pengamatan fisik, kecuali jika kita menganalisa kandungan hara tanah ke laboratorium.

Macam-Macam Cara Memupuk

Ditabur atau disebar

Diterapkan untuk pupuk berupa butiran (granule) atau serbuk. Pemupukan cara ini dilakukan pada tanaman yang jarak tanamnya rapat atau tidak teratur dan pada tanaman yang sistem perakarannya dangkal seperti tanaman padi.

Larikan

Bikin larikan untuk memupuk, masukkan pupuk ke dalam larikan kemudian tutup lagi dengan tanah agar pupuk yang diberikan tidak mudah menguap. Pemupukan cara ini dilakukan pada tanaman yang jarak tanamnya lebar dan teratur seperti jagung, kacang tanah, dll.

Dimasukkan ke lubang tanam

Digunakan untuk tanaman tahunan yang sebelumnya diawali dengan pembuatan lubang tanam. Pupuk dimasukkan ke dalam lubang kemudian ditutup lagi dengan tanah.

Pengocoran

Diterapkan untuk pupuk cair atau pupuk padat yang pemberiannya dilarutkan dulu dalam air. Keuntungan memupuk cara ini adalah pupuk langsung diserap oleh akar tanaman yang kemudian diolah oleh daun.


Artikel Terkait :

Hormon Tumbuhan (ZPT)

Hormon tumbuhan atau sering disebut fitohormon merupakan sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun buatan, yang dalam kadar sangat kecil mampu menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis untuk mendorong...

Defisiensi Unsur Hara

Defisiensi atau kahat unsur hara adalah kekurangan meterial (bahan) yang berupa makanan bagi tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya, ada jenis tanaman yang rakus makanan dan adapula yang biasa...

pH Tanah

Tanah merupakan media tumbuh alami yang menyediakan makanan (unsur hara) bagi kelangsungan hidup tumbuh-tumbuhan (tanaman). Agar tanaman mampu berproduksi optimal berkesinambungan, kualitas tanah harus tetap dipertahankan. Kesalahan-kesalahan dalam...

Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar diambil dari alam dengan kandungan unsur hara alamiah. Pupuk organik merupakan bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Dalam pemberian pupuk untuk tanaman, ada beberapa hal yang harus...

Membuat Pupuk Organik (Kompos) Cair

Setiap orang tidak menginginkan tinggal di tempat yang banyak sampahnya, karena bau yang menyengat dari sampah membuat kita tidak merasa. Apalagi kesadaran masyarakat saat ini tergolong rendah dalam hal mengurangi produksi sampah...
More aboutPUPUK DAN PEMUPUKAN

HORMON TUMBUHAN ATAU ZPT (ZAT PENGATUR TUMBUH)

HORMON TUMBUHAN

Hormon tumbuhan atau sering disebut fitohormon merupakan sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun buatan, yang dalam kadar sangat kecil mampu menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis untuk mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan. "Kadar kecil" yang dimaksud berada pada kisaran satu milimol per liter sampai satu mikromol per liter.

Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan. Namun demikian, hormon tumbuhan tidak dihasilkan dari suatu jaringan khusus berupa kelenjar buntu (endokrin) sebagaimana hewan, tetapi dihasilkan dari jaringan non-spesifik (biasanya meristematik) yang menghasilkan zat ini apabila mendapat rangsang. Penyebaran hormon tumbuhan tidak harus melalui sistem pembuluh karena hormon tumbuhan dapat ditranslokasi melalui sitoplasma atau ruang antarsel.

Hormon tumbuhan dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan ("endogen"). Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai menunjukkan ekspresi sehingga akan tampak perubahan pada tanaman. Dari sudut pandang evolusi hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.


Artikel Terkait :
Pemberian hormon dari luar sistem individu ("eksogen") dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan) yang menimbulkan rangsang yang serupa dengan fitohormon alami.

Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses pengaturan genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Oleh karena itu, untuk mengakomodasi perbedaan dari hormon hewan, dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh tumbuhan atau ZPT (bahasa Inggris: plant growth regulator/substances) bagi hormon tumbuhan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ZPT banyak digunakan dalam pertanian modern untuk meningktkan kualitas serta kuantitas produk. Beberapa fungsi ZPT diantaranya ialah :

HORMON TUMBUH AUKSIN

Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar, dan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Auksin berperan penting dalam pertumbuhan. Peran auksin pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Belanda bernama Fritz Went (1903-1990).

Fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu proses pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan, membantu proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. Kerja hormon auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin. Tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan lambat karena kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak dihambat. Sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme.

Untuk membedakan tanaman yang memiliki hormon dalam jumlah banyak atau sedikit kita harus mengetahui bentuk anatomi dan fisiologi tanaman. Untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang gelap pertumbuhannya sangat cepat tetapi tekstur dari batangnya sangat lemah dengan warna cenderung pucat kekuningan. Hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari. Sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang tingkat pertumbuhannya sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan ditempat gelap, tetapi tekstur batangnya sangat kuat dan juga warnanya segar kehijauan, hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat oleh sinar matahari.

Cara kerja hormon Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu protein tertentu yg ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen dengan rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yg masuk secara osmosis.

Auksin merupakan salah satu hormon tanaman yang banyak mempengaruhi proses fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta sintesa protein (Darnell, dkk., 1986).

Auksin diproduksi dalam jaringan meristimatik yang aktif (yaitu tunas , daun muda dan buah) (Gardner, dkk., 1991). Kemudian auxin menyebar luas dalam seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya dengan arah dari atas ke bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis (floom) atau jaringan parenkhim (Rismunandar, 1988). Auksin atau dikenal juga dengan IAA (Asam Indolasetat) yaitu sebagai auxin utama pada tanaman, dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN (Indolaseto nitril), TpyA (Asam Indolpiruvat) dan IAAld (Indolasetatdehid). Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk., 1991).

Auksin pertama kali diisolasi pada tahun 1928 dari biji-bijian dan tepung sari bunga yang tidak aktif, dari hasil isolasi didapatkan rumus kimia auksin (IAA = Asam Indolasetat) atau C10H9O2N. Setelah ditemukan rumus kimia auksin, maka terbuka jalan untuk menciptakan jenis auksin sintetis seperti Hidrazil atau 2, 4 - D (asam -Nattalenasetat), Bonvel Da2, 4 - Diklorofenolsiasetat), NAA (asam (asam 3, 6 - Dikloro - O - anisat/dikambo), Amiben atau Kloramben (Asam 3 - amino 2, 5 – diklorobenzoat) dan Pikloram/Tordon (asam 4 – amino – 3, 5, 6 – trikloro – pikonat).

Fungsi hormon tumbuh auksin dalam pertumbuhan tanaman

  • Perkecambahan biji. Auksin akan mematahkan dormansi biji dan akan merangsang proses perkecambahan biji. Perendaman biji/benih dengan Auksin juga akan membantu menaikkan kuantitas hasil panen.
  • Pembentukkan akar. Auksin akan memacu proses terbentuknya akar serta pertumbuhan akar dengan lebih baik.
  • Pembungaan dan pembuahan. Auksin akan merangsang dan mempertinggi prosentase timbulnya bunga dan buah.
  • Mendorong Partenokarpi. Partenokarpi adalah suatu kondisi dimana tanaman berbuah tanpa fertilisasi atau penyerbukan sehingga dapat menghasilkan buah tanpa biji.
  • Mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya.
  • Memecah dormansi pucuk / apikal, yaitu suatu kondisi dimana pucuk tanaman atau akar tidak mau berkembang.

Auksin dicirikan sebagai substansi yang merangsang pembelokan ke arah cahaya (fotonasti) pada bioassay terhadap koleoptil haver (Avena sativa) pada suatu kisaran konsentrasi. Kebanyakan auksin alami memiliki gugus indol. Auksin sintetik memiliki struktur yang berbeda-beda. Beberapa auksin alami adalah asam indolasetat (IAA) dan asam indolbutirat (IBA). Auksin sintetik (dibuat oleh manusia) banyak macamnya, yang umum dikenal adalah asam naftalenasetat (NAA), asam beta-naftoksiasetat (BNOA), asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-D), dan asam 4-klorofenoksiasetat (4-CPA). 2,4-D juga dikenal sebagai herbisida pada konsentrasi yang jauh lebih tinggi.


HORMON TUMBUH SITOKININ

Golongan sitokinin, sesuai namanya, merangsang atau terlibat dalam pembelahan sel (cytokinin berarti "terkait dengan pembelahan sel"). Senyawa dari golongan ini yang pertama ditemukan adalah kinetin. Kinetin diekstrak pertama kali dari cairan sperma burung bangkai, namun kemudian diketahui ditemukan pada tumbuhan dan manusia. Selanjutnya, orang menemukan pula zeatin, yang diekstrak dari bulir jagung yang belum masak. Zeatin juga diketahui merupakan komponen aktif utama pada air kelapa, yang dikenal memiliki kemampuan mendorong pembelahan sel. Sitokinin alami lain misalnya adalah 2iP. Sitokinin alami merupakan turunan dari purin. Sitokinin sintetik kebanyakan dibuat dari turunan purin pula, seperti N6-benziladenin (N6-BA) dan 6-benzilamino-9-(2-tetrahidropiranil-9H-purin) (PBA).

Fungsi hormon tumbuh sitokinin dalam pertumbuhan tanaman

  • Pembelahan sel dan pembesaran sel. Sitokinin memegang peranan penting dalam proses pembelahan dan pembesaran sel, sehingga akan memacu kecepatan pertumbuhan tanaman.
  • Pematahan Dormansi biji. Sitokinin berfungsi untuk memecah dormansi pada biji-bijian tanaman.
  • Pembentukkan tunas-tunas baru, turut dipacu dengan penggunaan Sitokinin.
  • Penundaan penuaan atau kerusakan pada hasil panenan sehingga lebih awet.
  • Menaikkan tingkat mobilitas unsur-unsur dalam tanaman.
  • Sintesis pembentukkan protein akan meningkat dengan pemberian Sitokinin.

HORMON TUMBUH GIBERELIN

Golongan ini merupakan golongan yang secara struktur paling bermiripan, dan diberi nama dengan nomor urut penemuan atau pembuatannya. Senyawa pertama yang ditemukan memiliki efek fisiologi adalah GA3 (asam giberelat 3).

Giberelin (GA) merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua siklus hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji, perpanjangan batang, induksi bunga, pengembangan anter, perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp. Selain itu, hormon ini juga berperan dalam respon menanggapi rangsangan  berkaitan dengan mekanisme biosntesis GA.

Giberelin pada tumbuhan dapat ditemukan dalam dua fase utama yaitu giberelin aktif (GA Bioaktif) dan giberelin nonaktif. Giberelin yang aktif secara biologis (GA bioaktif) mengontrol beragam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk perkecambahan biji, perpanjangan batang, pembesaran daun dan bunga serta pengembangan benih. Hingga tahun 2008 terdapat lebih lebih dari seratus GA telah diidentifikasi dari tanaman dan hanya sejumlah kecil dari mereka, seperti GA1 dan GA4, diperkirakan berfungsi sebagai bioaktif hormon.

Giberelin pertama kali dikenal pada tahun 1926 oleh seorang ilmuwan Jepang, Eiichi Kurosawa, yang meneliti tentang penyakit padi "bakanae" . Hormon ini pertama kali diisolasi pada tahun 1935 oleh Teijiro Yabuta, dari strain jamur (Gibberella fujikuroi). oleh Kurosawa Yabuta disebut isolat giberelin.

Giberelin merupakan hormon yang mempercepat perkecambahan biji, pertumbuhan tunas, pemanjangan batang, pertumbuhan daun, merangsang pembungaan, perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan dan deferensiasi akar (Campbell, 2005). Giberelin bukan hanya memacu pemanjangan batang saja, tapi juga pertumbuhan seluruh tumbuhan, termasuk daun dan akar.

Bila giberelin diberikan di bawah tajuk, peningkatan pembelahan sel dan pertumbuhan sel tampak mengarah kepada pemanjangan batang dan, pada beberapa spesies, perkembangan daunnya berlangsung lebih cepat, sehingga meningkatkan proses fotosintesis (Salisbury dan Ross, 1995).

Fungsi fisiologis hormon tumbuh giberelin

Fungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung pada jenis giberelin yang ada di dalam tanaman tersebut. Beberapa proses fisiologi yang dirangsang oleh giberelin antara lain adalah seperti di bawah ini(Davies, 1995; Mauseth, 1991; Raven, 1992; Salisbury dan Ross, 1992).
  • Memecah dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan sel.
  • Meningkatkan pembungaan.
  • Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorong terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah.
  • Berperan pada pemanjangan sel.
  • Berperan pada proses partenokarpi. pada beberapa kasus pembentukan buah dapat terjadi tanpa adanya fertilisasi atau pembuahan, proses ini dinamai partenokarpi.
  • Dapat menghambat penundaan penuaan daun dan buah.
  • Menyembuhkan Genetik Dwarsfism.

Penjelasan singkat dari masing-masing fungsi fisiologis tersebut.

Fungsi hormon tumbuh giberelin terhadap pembungaan

Peranan giberelin terhadap pembungaan telah dibuktikan oleh banyak penelitian. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Henny (1981), pemberian GA3 pada tanaman Spathiphyllum mauna. Ternyata pemberian GA3 meningkatkan pembungaan setelah beberapa minggu perlakuan.

Fungsi hormon tumbuh giberelin terhadap Genetik Dwarsfism

Genetik Dwarsfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya mutasi genetik. Penyemprotan giberelin pada tanaman yang kerdil bisa mengubah tanaman kerdil menjadi tinggi. Sel-sel pada tanaman kerdil mengalami perpanjangan (elongation) karena pengaruh giberelin. Giberelin mendukung perkembangan dinding sel menjadi memanjang. Penelitian lain juga menemukan bahwa pemberian giberelin merangsang pembentukan enzim proteolitik yang akan membebaskan tryptophan (senyawa asal auksin). Hal ini menjelaskan fonomena peningkatan kandungan auksin karena pemberian giberelin.

Fungsi hormon tumbuh giberelin terhadap pematangan buah

Proses pematangan ditandai dengan perubahan tekture, warna, rasa, dan aroma. Pemberian giberelin dapat memperlambat pematangan buah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aplikasi giberelin pada buah tomat dapat memperlambat pematangan buah. Pengaruh ini juga terlihat pada buah pisang matang yang diberi aplikasi giberelin.

Fungsi hormon tumbuh giberelin terhadap perkecambahan

Biji/benih tanaman terdiri dari embrio dan endosperm. Di dalam endoperm terdapat pati yang dikelilingi oleh lapisan yang dinamakan ‘aleuron’. Pertumbuhan embrio tergantung pada ketersediaan nutrisi untuk tumbuh. Giberelin meningkatkan/merangsang aktivitas enzim amilase yang akan merubah pati menjadi gula sehingga dapat dimanfaatkan oleh embrio.

Fungsi hormon tumbuh giberelin terhadap stimulasi aktivitas kambium dan xylem

Beberapa penelitian membuktikan bahwa aplikasi giberelin mempengaruhi aktivitas kambium dan xylem. Pemberian giberelin memicu terjadinya differensiasi xylem pada pucuk tanaman. Kombinasi pemberian giberelin + auksin menunjukkan pengaruh sinergistik pada xylem. sedangkan pemberian auksin saja tidak memberikan pengaruh pad xylem.

Fungsi hormon tumbuh giberelin terhadap dormansi

Dormansi dapat diistilahkan sebagai masa istirahan pada tanaman. Proses dormansi merupakan proses yang komplek dan dipengaruhi banyak faktor. Penelitian yang dilakukan oleh Warner menunjukkan bahwa aplikasi giberelin menstimulasi sintesis ribonuklease, amulase, dan proteasi pada endosperm biji. Fase akhir dormansi adalah fase perkecambahan, giberelin perperan dalam fase perkecambahan ini seperti yang telah dijelaskan di atas.

Gas ETILEN/ETILENA/ETENA

Zat pengatur tumbuh ini adalah satu-satunya yang hanya terdiri dari satu substansi saja, yaitu etena, dan berwujud gas pada suhu dan tekanan ruangan (ambien). Etena atau etilena adalah senyawa alkena paling sederhana yang terdiri dari empat atom hidrogen dan dua atom karbon yang terhubungkan oleh suatu ikatan rangkap. Karena ikatan rangkap ini, etena disebut pula hidrokarbon tak jenuh atau olefin. Pada suhu kamar, molekul etena tidak dapat berputar pada ikatan rangkapnya sehingga semua atom pembentuknya berada pada bidang yang sama. Sudut yang dibentuk oleh dua ikatan karbon-hidrogen pada molekul adalah 117°, sangat dekat dengan sudut 120° yang diperkirakan berdasarkan hibridisasi ideal sp2.

Etena digunakan terutama sebagai senyawa antara pada produksi senyawa kimia lain seperti plastik. Etena juga dibentuk secara alami oleh tumbuhan dan berperan sebagai hormon. Ia diketahui terutama merangsang pematangan buah dan pembukaan kuncup bunga.

Peran senyawa ini sebagai perangsang pemasakan buah telah diketahui sejak lama meskipun orang hanya tahu dari praktek tanpa mengetahui penyebabnya. Pemeraman merupakan tindakan menaikkan konsentrasi etilena di sekitar jaringan buah untuk mempercepat pemasakan buah. Pengarbitan adalah tindakan pembentukan asetilena (etuna atau gas karbid); yang di udara sebagian akan tereduksi oleh gas hidrogen menjadi etilena.

Berbagai substansi dibuat sebagai senyawa pembentuk etilena, seperti ethephon (asam 2-kloroetil-fosfonat, diperdagangkan dengan nama Ethrel) dan beta-hidroksil-etilhidrazina (BOH). Senyawa BOH bahkan juga dapat memicu pembentukan bunga pada nanas. Kalium nitrat diketahui juga merangsang pemasakan buah, barangkali dengan merangsang pembentukan etilena secara endogen.


TRIAKONTANOL

Triakontanol (TRIA) adalah alkohol primer jenuh yang terdiri dari 30 karbon dan pertama kali diisolasi dari tajuk (bagian pohon di batang) alfalfa. Senyawa tersebut sangat tak larut dalam air (kurang dari 2x10-16M atau 9x10-14 g/l) dan dalam bentuk suspensi koloid meningkatkan secara nyata pertumbuhan tanaman jagung, tomat dan padi, bila disemprotkan pada daun kecambah pada konsentrasi rendah. Mekanisme kerja triakontanol belum sepenuhnya diketahui, tetapi zat tersebut potensial untuk meningkatkan hasil tanaman. Triakontanol telah terdaftar pada tahun 1991 di badan perlindungan lingkungan Amerika atau Environmental Protection Agency (EPA) dengan fungsi meningkatkan rasio “gula:asam” pada tanaman jeruk.

Triakontanol telah digunakan secara komersial pada jutaan hektar tanah untuk meningkatkan produksi pertanian khususnya di Cina, India, Ceylon, dan Indonesia. Triakontanol juga dapat meningkatkan produksi teh (Camellia sinensi L.).


INHIBITOR

Inhibitor adalah zat yang menghambat atau menurunkan laju reaksi kimia. Sifat inhibitor berlawanan dengan katalis, yang mempercepat laju reaksi.

Inhibitor alami adalah asam absisat atau ABA. Asam absisat adalah molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang merupakan salah satu hormon tumbuhan. Selain dihasilkan secara alami oleh tumbuhan, hormon ini juga dihasilkan oleh alga hijau dan cendawan. Hormon ini ditemukan pada tahun 1963 oleh Frederick Addicott. Addicott berhasil mengisolasi senyawa abscisin I dan II dari tumbuhan kapas. Senyawa abscisin II kelak disebut dengan asam absisat, disingkat ABA. Pada saat yang bersamaan, dua kelompok peneliti lain yang masing-masing dipimpin oleh Philip Wareing dan Van Steveninck juga melakukan penelitian terhadap hormon tersebut.

ABA selanjutnya dapat diproses menjadi bentuk tidak aktif yang disebut sebagai metabolit ABA. Berbagai senyawa sintetik dibuat dan diperdagangkan untuk menghambat atau menunda proses metabolisme, seperti MH, (2-kloroetil) amonium klorida (CCC, merek dagang Cycocel dan Chlormequat), SADH, ancymidol, asam triiodobenzoat (TIBA), dan morphactin.

PACLOBUTRAZOL

Paclobutrazol adalah salah satu penghambat biosistesis giberelin, yang digunakan pada pengurangan ukuran pohon, peningkatan produksi kuncup bunga, dan peningkatan panenan buah (Edgerton, 1985; Steffens dan Wang, 1985; Tukey, 1985; Bargioni dkk, 1986; Webster dkk, 1986; Embree dkk, 1987).

Artikel Terkait :

Pupuk Dan Pemupukan

Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi unsur hara untuk menggantikan unsur yang habis terserap tanaman. Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan sehingga tanaman mampu berproduksi...

Defisiensi Unsur Hara

Defisiensi atau kahat unsur hara adalah kekurangan meterial (bahan) yang berupa makanan bagi tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya, ada jenis tanaman yang rakus makanan dan adapula yang biasa...

pH Tanah

Tanah merupakan media tumbuh alami yang menyediakan makanan (unsur hara) bagi kelangsungan hidup tumbuh-tumbuhan (tanaman). Agar tanaman mampu berproduksi optimal berkesinambungan, kualitas tanah harus tetap dipertahankan. Kesalahan-kesalahan dalam...

Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar diambil dari alam dengan kandungan unsur hara alamiah. Pupuk organik merupakan bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Dalam pemberian pupuk untuk tanaman, ada beberapa hal yang harus...

Membuat Pupuk Organik (Kompos) Cair

Setiap orang tidak menginginkan tinggal di tempat yang banyak sampahnya, karena bau yang menyengat dari sampah membuat kita tidak merasa. Apalagi kesadaran masyarakat saat ini tergolong rendah dalam hal mengurangi produksi sampah...
More aboutHORMON TUMBUHAN ATAU ZPT (ZAT PENGATUR TUMBUH)

EFEKTIFITAS PEMAKAIAN PESTISIDA

BAGAIMANA MENGGUNAKAN PESTISIDA SECARA EFEKTIF?

Pestisida kimiawi hingga saat ini masih dianggap sebagai satu-satunya senjata pamungkas untuk menghadapi serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) karena kompleksnya permasalahan-permasalahan yang sering dijumpai di lapangan.

Para pemakai pestisida, sekalipun sudah sangat akrab dengan pestisida, bahkan tingkat ketergantungannya sangat tinggi, di lapangan masih banyak dijumpai kesalahan-kesalahan pemakaian pestisida. Karena pengetahuan mereka tentang pestisida masih sangat kurang.

Penggunaan pestisida harus seefisien dan seefektif mungkin, agar biaya dapat ditekan karena harganya sangat mahal. Penggunaan tidak tepat dapat berdampak negatif bagi manusia. Hal-hal yang berkaitan dengan efektifitas pemakaian pestisida diantaranya :

Pilih Jenis Pestisida Tepat Sasaran

Ketahuilah terlebih dahulu OPT yang sedang menyerang tanaman, karena jenis dan cara OPT merusak tanaman sangat menentukan jenis formulasi dan cara kerja pestisida yang sebaiknya dipilih. Disarankan menggunakan pestisida berspektrum sempit.

Kenali Bahan Aktif Pestisida

Pilihlah pestisida paling murah. Satu bahan aktif pestisida mempunyai merk dagang yang beraneka ragam dan harga yang berbeda-beda, padahal fungsinya sama. Kenali bahan aktif dan dosis pemakaian yang tertera pada kemasan.
More aboutEFEKTIFITAS PEMAKAIAN PESTISIDA

TEKNIK GRAFTING SAWO

GRAFTING (MENYAMBUNG) SAWO

Grafting yaitu teknik penyambungan antara batang atas (scion) varietas sawo berkualitas dengan batang bawah (root stock) dari tanaman sefamili yang lebih tahan serangan hama penyakit maupun kekeringan.

VARIETAS SAWO

Sawo Manila (Manilkara zapota)

Pohon berumur panjang, besar dan rindang. Pohon ini bercabang rendah dengan batang berkulit kasar berwarna coklat kehitaman. Buahnya bersisik kasar coklat dan mudah mengelupas, bertangkai pendek, kulit buah tipis, daging buah manis, lembut kadang memasir berwarna coklat kemerahan sampai kekuningan.

Sawo ini baik ditanam di ketinggian 0-2500 mdpl. Tahan terhadap kekeringan, berbunga dan berbuah sepanjang tahun, akan tetapi pada umumnya terdapat satu atau dua musim berbuah puncak.

Sawo Duren (Sapotaceae)

Sawo jenis ini sering dikenal dengan nama sawo apel, sawo ijo atau apel ijo.  Pertumbuahan tanaman relatif cepat, tinggi hingga 30 m, dengan batang berkayu, silindris, tegak, pepagan berpermukaan kasar berwarna cokelat, abu-abu gelap sampai keputihan. Buah berbentuk bulat hingga bulat telur sungsang, kulit buah agak tebal, liat, licin mengkilap berwarna coklat keunguan atau hijau kekuningan sampai keputihan. Daging buah putih atau keunguan, lembut dan banyak mengandung sari buah, manis.

Sawo Mentega (Pouteria campechiana)

Sawo jenis ini sering dikenal dengan nama sawo ubi. Pohon berukuran sedang, tinggi 20 m. Buah berbentuk gelendong, bulat telur, bulat telur sungsang, sampai membulat, berkulit tipis, licin seperti berlilin, kaku, dan berwarna kuning bila masak. Daging buah berwarna kuning, lembap atau agak kering menepung, berbau harum agak samar, manis.

Sawo Kecik (Manilkara kauki)

Pohon berukuran sedang, tinggi 15-20 m, tahan kekeringan. Biasanya berfungsi sebagai tanaman hias dan pelindung.  Baik ditanam pada dataran rendah hingga sedang.

Sawo Tanjung (Mimusops elengi)

Pohon berukuran sedang, tinggi 15m, berbunga harum semerbak dan bertajuk rindang, biasa ditanam di taman-taman dan pinggir jalan, tahan kekeringan. Biasanya berfungsi sebagai tanaman hias dan pelindung.  Buah kecil-kecil berwarna kuning keungu-unguan, berbentuk gelendong, bulat telur panjang, dan jarang dimakan.

CARA MELAKUKAN GRAFTING

Pilih tanaman yang akan dijadikan batang atas (tanaman produktif) dan bawah (tanaman tahan) dengan ukuran sama.

Batang Bawah

Potonglah ujung batang setinggi 20 cm dari permukaan tanah dengan pisau tajam dan steril. Kemudian sayat membentuk huruf V sepanjang 5cm. Bagian ini siap menerima sambungan dari batang atas.

Batang Atas

Potong tanaman batang atas setinggi 15 cm dari ujung tanaman. Sayat hingga pangkal batangnya meruncing. Batang atas ini segera disisipkan pada batang bawah.

Pertemuan antara batang atas dengan batang bawah diikat menggunakan tali rafia atau seal tape menutupi luka sayatan.
Tutup bagian bagian atas dengan plastik seperlunya sebagai tudung. Setelah 10 hari tudung dibuka. Bila sambungan tetap  segar berwarna hijau berarti berhasil.
Persentase keberhasilan akan semakin meningkat apabila kita sering melakukan grafting.
More aboutTEKNIK GRAFTING SAWO

PETUNJUK APLIKASI PESTISIDA

Pestisida adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu. Dalam dunia pertanian, pestisida memegang peranan penting demi terwujudnya pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Hampir semua sektor pertanian, terutama sektor budidaya tanaman, baik hortikultura maupun tanaman panggan, menggunakan pestisida sebagai salah satu sarana pengendalian organisme pengganggu tanaman atau OPT, bahkan banyak para petani yang bergantung pada peran pestisida. Namun, penggunaan yang tidak terukur dan tidak memahami cara kera pestisida yang digunakan justru dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan, baik pengguna maupun konsumen dari produk pertanian yang bersangkutan. Oleh karena itulah, artikel ini sengaja kami buat dengan harapan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat dalam dunia pertanian.

Klik untuk melihat DAFTAR BAHAN AKTIF PESTISIDA


CARA KERJA PESTISIDA

Pestisida Racun Kontak

Pestisida jenis ini akan bekerja dengan baik jika terkena atau kontak langsung dengan OPT sasaran. Untuk jenis insektisida, penggunaan racun kontak sangat efektif untuk mengendalikan serangga yang menetap, seperti ulat, kutu daun, dan semut. Racun ini kurang bekerja baik terhadap serangga-serangga yang mempunyai mobilitas tinggi, seperti lalat, kutu kebul, dan belalang.

Pestisida Racun Pernapasan

Cara kerja racun pernapasan hanya ada pada insektisida dan akan bekerja jika terhisap melalui organ pernafasan. Waktu penyemprotan yang paling efektif adalah ketika hama sasaran sedang berada pada puncak aktifitasnya, sehingga dengan pernapasan yang semakin cepat maka semakin banyak pula racun yang dihisap.

Pestisida Racun Perut atau Racun Lambung

Racun dalam pestisida jenis ini akan bekerja jika bagian tanaman yang sudah disemprot termakan oleh hama/serangga sasaran. Beberapa rodentisida dan insektisida bekerja dengan cara ini.

Pestisida Racun Sistemik

Pestisida jenis ini akan bekerja jika racun yang disemprotkan ke bagian tanaman sudah terserap masuk ke dalam jaringan tanaman baik melalui akar maupun daun sehingga dapat membunuh OPT yang berada di dalam jaringan tanaman, seperti bakteri/fungi. Pada insektisida sistemik, serangga akan mati kalau sudah memakan atau menghisap cairan tanaman yang sudah menyerap racun. Cairan atau bagian tanaman yang dimakan akan menjadi racun lambung bagi serangga. Racun sistemik sangat cocok untuk mengendalikan serangga penghisap atau serangga yang sulit dikendalikan menggunakan racun kontak.

Herbisida PurnaTumbuh dan PraTumbuh

Pada herbisida purna tumbuh hanya akan bekerja pada bagian tanaman yang sudah memiliki organ sempurna, seperti akar, batang, dan daun. Sedangkan herbisida pra tumbuh akan mematikan biji gulma yang belum berkecambah.

FORMULASI PESTISIDA

Pestisida Water Dispersable Granule (WDG)

Bentuk butiran halus, merupakan formulasi kering yang mudah dilarutkan dalam air. Tetapi formulasi ini dalam air agak kurang stabil sehingga mudah mengendap.

Pestisida Emulsifiable Concentrate (EC)

Dibentuk dengan mencampurkan bahan aktif pestisida yang hanya larut dalam minyak dengan penambahan emulsi. Dengan demikian bahan aktif yang hanya larut dalam minyak dapat larut dalam air dan membentuk cairan seperti susu. Formulasi ini sangat stabil sehingga tidak dibutuhkan pengadukan berulang-ulang.

Pestisida Salt Concentrate (SC)

Dibentuk dengan menggabungkan bahan aktif dari turunan (derifatif) garam dengan air. Bersifat cepat larut dan menyebar merata dalam air.

Pestisida Wettable Powder (WP)

Dibentuk dari bahan aktif dengan daya larut rendah dan mengandung bahan tambahan (filler). Bahan aktif direkatkan pada bahan tambahan dengan bahan perekat.

Pestisida Granule (G)

Berbentuk butiran padat dengan ukuran bervariasi sehingga formulasi ini mudah ditebarkan. Merupakan campuran antara bahan aktif dengan butiran yang mampu mengikat ion, seperti butiran liat atau vermikulit, atau dengan cara melapisi bahan aktif dengan polimer seperti kapsul.

Pestisida Ultra Low Volume (ULV)

Formulasi ini berbentuk cair dengan kandungan bahan aktif sangat tinggi. Dirancang untuk disemprotkan dengan alat khusus, yaitu ULV.

KARAKTERISTIK PESTISIDA


Efektifitas Pestisida

Merupakan daya bunuh pestisida terhadap OPT. Pestisida yang baik memiliki daya bunuh yang cukup untuk mengendalikan OPT dengan dosis yang rendah sehingga memperkecil dampat buruk terhadap lingkungan.

Selektifitas Pestisida

Merupakan kemampuan pestisida membunuh beberapa jenis organisme. Disarankan untuk menggunakan pestisida yang bersifat selektif atau berspektrum sempit. Dimana pestisida tersebut hanya membunuh OPT sasaran tanpa membahayakan organisme lain termasuk musuh alami OPT.

Fototoksisitas Pestisida

Merupakan suatu efek samping aplikasi pestisida yang dapat menimbulkan keracunan bagi tanaman yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal setelah aplikasi pestisida. Oleh karena itu tidak boleh menggunakan pestisida secara tidak terukur atau berlebihan.

Residu Pestisida

Adalah kemampuan pestisida bertahan dalam bentuk racun setelah penyemprotan. Residu yang terlalu lama akan berbahaya bagi manusia dan lingkungan, sedangkan residu yang terlalu pendek akan mengurangi efektifitas pestisida dalam pengendalian OPT.

Persistensi Pestisida

Kemampuan pestisida bertahan dalam bentuk racun di dalam tanah. Pestisida yang memiliki persistensi tinggi akan sangat berbahaya bagi lingkungan.

Resistensi Pestisida

Merupakan kekebalan OPT terhadap pestisida. Pestisida yang memiliki potensi resistensi tinggi sebaiknya tidak digunakan. Untuk mencegah resistensi pada hama/penyakit terhadap salah satu jenis pestisida, sebaiknya dilakukan penggantian bahan aktif setiap kali aplikasi pestisida.

LD 50 atau Lethal Dosage 50%

Besarnya dosis yang dapat mematikan 50% dari jumlah mamalia percobaan. Pestisida yang memiliki LD 50 tinggi berarti hanya dengan dosis yang sangat tinggi pestisida tersebut dapat mematikan mamalia. Dalam penerapan PHT disarankan untuk memilih pestisida dengan LD 50 yang tinggi.

Kompatibilitas Pestisida

Adalah kesesusaian antara satu jenis pestisida untuk dicampur dengan pestisida lain tanpa menimbulkan dampak negatif dari pencampuran itu.

PERJALANAN PESTISIDA SETELAH PENYEMPROTAN

Setelah melakukan penyemprotan, maka pestisida akan terkena pengaruh lingkungan. Dengan mengetahui pengaruh yang akan terjadi setelah pestisida disemprotkan, maka akan sangat membantu untuk membuat program penyemprotan sehingga pemakaian pestisida bisa mengikuti prinsip 4 tepat.

Setelah penyemprotan, kemungkinan pertama yang akan terjadi adalah tiupan angin terhadap kabut semprot, sehingga pestisida akan jatuh di tempat yang tidak diharapkan. Walaupun kabut semprot dapat mengenai sasaran, tetapi sebarannya sudah tidak merata, atau terlalu banyak kabut semprot yang terbuang, sehingga terjadi pemborosan pestisida. Kalau hal ini terjadi pada herbisida, maka tanaman utama akan beresiko terkena kabut semprot. Oleh karena itu disarankan penyemprotan tidak dilakukan saat angin bertiup kencang. Kemungkinan lain yang akan terjadi adalah :
  1. Run off, sebagian kabut semprot yang membasahi daun akan mengalir dan jatuh ke tanah, tetesan pestisida yang jatuh ke tanah ini berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan.
  2. Penguapan, sebaiknya penyemprotan tidak dilakukan saat matahari terik.
  3. Fotodekomposisi, penguraian pestisida menjadi bentuk yang tidak aktif karena pengaruh cahaya, sehingga efektifitas pestisida berkurang.
  4. Penyerapan oleh partikel tanah, menyebabkan tertimbunnya sisa pestisida di dalam tanah sehingga menyebabkan pencemaran tanah. Selain itu penyerapan oleh tanah juga akan menurunkan efektifitas pestisida yang memang ditujukan untuk mengendalikan OPT yang terdapat di dalam tanah.
  5. Pencucian pestisida oleh air hujan dan terbawa ke dalam lapisan tanah bagian bawah sehingga mencemari sumber air tanah.
  6. Reaksi kimia, yaitu perubahan molekul pestisida menjadi bentuk yang tidak aktif atau tidak beracun.
  7. Perombakan oleh mikroorganisme, bahan pembentuk pestisida setelah jatuh ke tanah akan menjadi bagian tubuh mikroorganisme.

PETUNJUK PENCAMPURAN PESTISIDA

  1. Jangan mencampur pestisida di tempat tertutup, lakukan pencampuran di tempat terbuka.
  2. Jangan menyimpan campuran pestisida, pencampuran pestisida dengan air hanya dilakukan saat penyemprotan.
  3. Gunakan air bersih dan tidak mengandung kotoran yang dapat menyumbat nozel.
  4. Masukkan air terlebih dahulu ke dalam tangki, baru pestisida dimasukkan dan diaduk.
  5. Jangan menggunakan pestisida yang terlalu lama disimpan dan sudah mengalami perubahan fisik, seperti terbentuknya garam di sekitar tutup botol atau terjadi perubahan warna.
  6. Jangan melakukan pencampuran pestisida yang satu dengan yang lain jika belum yakin bahwa kedua jenis pestisida tersebut dapat dicampur. Lakukan pengetesan, jika setelah pencampuran dua jenis pestisida terbentuk endapan, atau terbentuk lapisan yang tidak menyatu, seperti minyak dengan air, atau seperti santan pecah, maka kedua jenis pestisida tersebut tidak kompatible untuk dicampur.
  7. Jangan mencampur 2 pestisida atau lebih yang mempunyai cara kerja sama, sebagai contoh: Racun pernafasan dengan racun pernafasan, kontak dengan kontak atau sistemik dengan sistemik.
  8. Jangan mencampur 2 pestisida atau lebih dalam satu golongan, sebagai contoh: piretroid dengan piretroid atau karbamat dengan karbamat.
  9. Buatlah campuran pestisida sesuai perhitungan luas areal yang akan disemprot.
  10. Jangan meningkatkan dosis atau konsentrasi lebih tinggi dari kisaran yang tertera pada label. Jika pada dosis atau konsentrasi tertinggi sesuai yang tercantum pada kemasan suatu pestisida tidak lagi efektif mengendalikan OPT sasaran, maka disarankan untuk mengganti dengan bahan aktif yang berbeda.


PENGGUNAAN SURFAKTAN ATAU LEM

Penggunaan surfaktan sangat diperlukan dalam aplikasi pestisida. Permukaan daun yang memiliki lapisan lilin atau bulu-bulu halus menyebabkan kabut semprot tidak dapat melapisi secara sempurna. Oleh karena itu pemakaian surfaktan sangat disarankan pada budidaya yang berorientasi keuntungan. Surfaktan berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan air, sehingga kabut semprot yang jatuh di atas permukaan daun tidak membentuk butiran, tetapi menyebar ke seluruh permukaan daun. Selain itu surfaktan juga berfungsi sebagai perekat.
More aboutPETUNJUK APLIKASI PESTISIDA

Daftar Bahan Aktif Pestisida

NAMA BAHAN AKTIF
JENIS
GOLONGAN

Abamektin
Insektisida
Akarisida
Amidin, Avermectin
Alfametrin
(Alfasipermetrin)
Insektisida

Piretroid
Almunium fosetil
Fungisida
Organofosfat
Amitraz
Insektisida
Akarisida
Amidin
Amorphous
Insektisida
Difenil
Asam fosfit
Fungisida
-
Asam oksoklinik
Bakterisida
Antibiotik
Asam tolklofos
Fungisida
Pirimidin
Asefat
Insektisida
Organofosfat
Asetamiprid
Insektisida
Piridin
Asibensolar -s-metil
Fungisida
Tiadiazol
Azakonazol
Fungisida
Triazol
Azoksistrobin
Fungisida
Pirimidin
Belerang
Fungisida
Anorganik
Benfukarb
Insektisida
Karbamat
Benomil
Fungisida
Benzimidazol, MBC
Bensultap
Insektisida
Tiofulfonat
Betasiflutrin
Insektisida
Piretroid
Betasipermetrin
Insektisida
Piretroid
Bifentrin 
Insektisida
Piretroid
Bisultap
Insektisida
Neristoksin
BPMC (fenobukarb)
Insektisida
Karbamat
Bupirimat
Fungisida
Pirimidin
Buprofezin
Insektisida
Tiadiazin
Deltametrin
Insektisida
Piretroid
Diafentiuron
Insektisida
Tiourea
Diazinon
Insektisida
Organofosfat
Difenokonazol
Fungisida
Azol
Diflubenzuron
Insektisida
Urea
Diklorfos
Insektisida
Organofosfat
Dikofol
Insektisida
Akarisida
Organoklor, difenil
Dimehipo
Insektisida
Neristoksin
Dimetoat
Insektisida
Organofosfat
Dimetomorf
Fungisida
Morfolin
Dimikonazol
Fungisida
Triazol
Dinotefuran
Insektisida
Tiosulfonat
Emamektin benzoat
Insektisida
Avermectin
Endosulfan
Insektisida
Organoklorin
Epoksikonazol
Fungisida
Diskarboksimid
Esfenfalerat
Insektisida
Piretroid
Etion
Insektisida
Organofosfat
Etiprol
Insektisida
Organofosfat
Etofenproks
Insektisida
Difenil
Fenamidon
Fungisida
Ditiokarbamat, organomangan, organoseng
Fenarimol
Fungisida
Pirimidin
Fenbukonazol
Fungisida
Triazol
Fenfalerat
Insektisida
Piretroid
Fenitrotion
Insektisida
Organofosfat
Fenpiroksimat
Akarisida
Pirazol
Fenpropatrin
Insektisida
Akarisida
Amidin, piretroid
Fention
Insektisida
Organofosfat
Fentoat
Insektisida
Organofosfat
Fipronil
Insektisida
Fenil-pirazol
Flufenoksuron
Insektisida
Urea
Flusilazol
Fungisida
Triazol, organosilikon
Flutalonil
Fungisida
Anilida, trifluorometil
Folpet
Fungisida
Ftalimid, organoklor
Formotion
Insektisida
Organofosfat
Ftalida
Fungisida
Asam ftalat
Gammasihalotrin
Insektisida
Piretroid, trifenorometil
Heksaflumuron
Insektisida
Bensoyl, urea
Heksakonazol
Fungisida
Triazol
Heksitiazoks
Insektisida
Tiozolidin
Imidakloprid
Insektisida
Nitroimidazolidin, neonikotinoid
Iminoktadin
Fungisida
Diskarboksimid
Iprodion
Fungisida
Diskarboksimid
Iprovalikarb
Fungisida
Karbamat
Isoksation
Insektisida
Organofosfat, azoksazol
Kaptan
Fungisida
Ftalimid
Karbaril
Insektisida
Karbamat
Karbendazim
Fungisida
Benzimidazol, MBC
Karbofuran
Insektisida
Karbamat
Karbosulfan
Insektisida
Akarisida
Karbamat, organofosfat
Kartophidrokloroda
Insektisida
Karbamat
Kasugamisin
Fungisida
Bakterisida
Antibiotik
Klofentezim
Insektisida
Tetrazin
Klorfenapil
Insektisida
Pirol
Klorfluazuron
Insektisida
Urea, trifluorometil
Klorotalonil
Fungisida
Kloronitile
Klorpirifos
Insektisida
Organofosfat, piridin
Lamdasihalotrin
Insektisida
Piretroid
Lufenuron
Insektisida
Trifluorometil, urea
Malation
Insektisida
Organifosfat
Maneb
Fungisida
Ditiokarbamat, organomangan
Mankozeb
Fungisida
Ditiokarbamat, organomangan, organomangan
Mefenoksam
Fungisida
Pirimidin
Merkaptodimetur
Insektisida
Karbamat
Metaflumizon


Metalaksil
Fungisida
Asilalanin
Metalaksil-M
Fungisida
Asilalanin
Metalkarb
Insektisida
Karbamat
Metidation
Insektisida
Orgabofosfat, tiadiazol
Metil tiofanat
Fungisida
Karbamat, benzimidazol, MBC
Metipren
Insektisida
Juvenile, homone, mimic
Metiram
Fungisida
Ditiokarbamat, organoseng
Metoksifenoksida
Insektisida
Diazilhidrazin
Metomil
Insektisida
Karbamat
Mikobutanil
Fungisida
Triazol
MIPC (isopokarb)
Insektisida
Karbamat
Monosultap
Insektisida
Neriktoksin
Novaluron
Insektisida
Benzoyl, urea
Oksitetrasiklin
Bakterisida
Antibiotik
PCNB (quintozin)
Fungisida
Quintizin
Permetrin
Insektisida
Piretroid
Pimetrozin
Insektisida
Triazin
Piraklofos
Insektisida
Organofosfat
Piridaben
Insektisida
Phridazinon
Piridafention
Insektisida
Organofosfat
Pirimifos metil
Insektisida
Organofosfat, pirimidin
Poksim
Insektisida
Organofosfat, nitrila
Profenofos
Insektisida
Organofosfat
Prokimidon
Fungisida
Anilida, diskarboksimid
Propaksur
Insektisida
Karbamat
Propamokarb hidroklorida
Fungisida
Karbamat
Propargit
Akarisida
Fenoksi
Propikonazol
Fungisida
Triazol
Propineb
Fungisida
Karbamat, organoseng
Protiofos
Insektisida
Organofosfat
Siflutrin
Insektisida
Piretroid
Simoksanil
Fungisida
Urea
Sipermetrin
Insektisida
Piretroid
Siprokonazol
Fungisida
Triazol
Siromazin
Insektisida
Triazin
Spiromesifen
Akarisida
Ditiokarbamat
Streptomisin sulfat
Bakterisida
Antibiotik
Tebukonazol
Fungisida
Triazol
Tembaga
Fungisida
Anorganik
Tetasipermetrin
Insektisida
Piretroid
Tetradifon
Akarisida
Organoklor, difenil
Tetrakonazol
Fungisida
Azol
Tiakloprid
Insektisida
Neonikotinoid
Tiametoksam
Insektisida
Triazol, neonikotinoid
Tiodikarb
Insektisida
Karbamat
Tiram
Fungisida
Ditiokarbamat, organoseng
Triadimefon
Fungisida
Triazol
Triadimenol
Fungisida
Triazol
Triazofos
Insektisida
Organofosfat
Tridemorf
Fungisida
Morfolin
Triflumizol
Fungisida
Trifluorometil, imidazol
Triflumuron
Insektisida
Benzoyl, urea
Triklorfon
Insektisida
Organofosfat
Validamisin
Fungisida
Antibiotik
Zineb
Fungisida
Ditiokarbamat, organoseng
Ziram
Fungisida
Ditiokarbamat, organoseng
Zoxamide
Fungisida
Pirimidin
More aboutDaftar Bahan Aktif Pestisida