MENGENAL IKAN GURAMI

Ikan gurami adalah salah satu jenis ikan air tawar yang sangat populer dan memiliki banyak penggemar. Oleh karena itu nilai ekonomis ikan gurami juga sangat tinggi. Ikan ini sudah banyak dikenal oleh masyarakat. Keungulan ikan gurami antara lain mudah dipelihara, dapat berkembang biak secara alami, dapat hidup di air tenang, serta harganya relatif mahal. Ikan ini memiliki organ pernapasan  tambahan sehingga bisa mengambil oksigen dari luar air tetapi sangat peka terhadap terhadap suhu rendah sehingga budidaya ikan gurami akan lebih produktif jika dilakukan di dataran rendah.

Orang Jawa mengenal ikan gurami dan menyebutnya dengan istilah grameh atau brami, sementara itu orang Sumatra dan Kalimantan menyebut ikan yang satu ini dengan nama kalui, sialui, kalua, kalau, dan kalwe.

Ikan gurami tersebar luas di berbagai negara dari Asia hingga ke Australia. Beberapa negara yang dikenal sebagai daerah penyebaran ikan gurami antara lain Thailand, Sri Langka, Malaysia, Australia, Cina, India, dan Indonesia. Sementara itu, di Indonesia ikan gurami banyak dibudidayakan di berbagai tempat antara lain pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.

Morfologi dan Taksonomi Ikan Gurami

Ikan gurami memiliki ukuran tubuh yang relatif panjang. Bentuk tubuhnya yang pipih memberikan kesan bentuk tubuh yang lebar meninggi. Seluruh permukaan tubuhnya tertutup oleh sisik-sisik yang besar, kasar, dan kuat. Pada tubuh bagian bawah terdapat sirip perut yang memiliki jari-jari dan berfungsi sebagai alat peraba. Jika dilihat dari samping, bentuk tubuh ikan gurami tampak meninggi dan terkesan membulat. Ikan gurami tergolong jenis ikan yang hidup dengan habitat di perairan yang dalam dan tenang. Ikan gurami muda memiliki bentuk kepala yang lancip atau terkesan meruncing pada bagian depannya, namun bentuk tersebut akan berubah menjadi agak bulat saat ikan gurami telah tubuh menjadi ikan dewasa. Mulut ikan gurami berukuran kecil dengan bibir bagian bawa berukuran lebih panjang dan lebih menonjol ke depan sehingga bibir bagian bawah ini terkesan menutupi bibir bagian atas. Pada ikan gurami jantan yang sudah berumur tua akan muncul tonjolan yang berbentuk seperti cula di bagian kepalanya.

Ikan gurami yang masih muda memiliki tubuh yang berwarna biru kehitaman dengan bagian bawah tubuhnya, yaitu bagian perut, berwana putih. Warna tersebut akan berubah pada saat ikan gurami berada pada fase menjelang dewasa. Tubuh bagian atas, punggung, berubah menjadi kecokelatan dan tubuh bagian bawah, perut, berubah menjadi keperakan atau kekuningan. Selain itu, ikan gurami muda juga memiliki garis tubuh yang berjumlah 7-8 buah, berwarna kehitaman dengan bentuk tegak vertikal, dan akan memudar setelah ikan gurami dewasa.

Jari-jari pertama pada sirip perut ikan gurami berbentuk benang memanjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Ikan gurami juga memiliki sirip punggung yang yang terdapat pada bagian atas tubuhnya membentang dari tengah punggung hingga mencapai pangkal bagian atas ekor. Sirip ekor berbentuk agak membulat seperti busur. Dibagian bawah depan sirip ekor terdapat sirip dubur yang membentang dari bagian perut hingga mencapai pangkal ekor bagian bawah. Ikan gurami juga memiliki sirip dada berjumlah dua buat. Pada ikan gurami betina, dasar atau pangkal sirip dada tersebut terdapat lingkaran hitam. Panjang tubuh ikan gurami dapat mencapai 65 cm dengan berat tubuhnya hingga 10 kg.

Klasifikasi Ikan Gurami

Filum              :  Chordata
Sub-filum        : Vetrtebrata
Kelas             :  Pisces
Bangsa           :  Perciformes Labirinthici
Sub-bangsa    :  Anabantoidei
Suku              :  Osphronemidae  Anabantidae
Marga            :  Osphronemus
Jenis               :  Osphronemus gouramy

Pertumbuhan Ikan Gurami

Ikan gurami banyak hidup di perairan-perairan di Indonesia. Pada habitat alaminya, ikan ini dapat hidup cukup lama. Laju pertumbuhan ikan gurami tergolong lambat jika dibanding ikan-ikan budidaya komersial lainnya, seperti ikan nila dan ikan mas. Namun demikian, ikan gurami memiliki cita rasa daging yang sangat lezat dan banyak digemari masyarakat. Selain itu, ikan gurami juga memiliki pangsa pasar yang cukup besar dan tergolong ikan konsumsi papan atas.

Sebagai gambaran umum laju pertumbuhan ikan gurami, pada umur satu tahun ikan ini dapat tumbuh hingga panjang mencapai 15 cm. Pada tahun kedua, panjang tubuh ikan gurami mencapai 25 cm. Tetapi laju pertumbuhan tersebut mengalami penurunan pada tahun ketiga. Pada umur tiga tahun panjang tubuh ikan gurami kurang lebih 30 cm. Seperti ikan pada umumnya, ikan gurami juga memiliki kapasitas meneruskan pertumbuhan selama hidupnya, bila kondisi lingkungan hidupnya memenuhi persyaratan. Pertumbuhan ikan gurami yang sudah berumur tua lebih lambat dibanding dengan ikan gurami yang berumur muda.

Laju pertumbuhan ikan gurami akan berlansung cepat pada saat ikan gurami berumur 3-5 tahun. Setelah berumur lebih dari lima tahun, ikan gurami akan menggunakan sebagian besar energi dan nutrisi pada tubuhnya untuk pemeliharaan tubuhnya. Pada saat ikan gurami berada pada fase pematangan kelami pertama kalinya, pertumbuhan tubuhnya akan mengalami perlambatan karena sebagian besar energi dan nutrisi yang tersedia pada tubuhnya digunakan untuk perkembangan kelamin. Laju pertumbuhan ikan gurami juga akan mengalami penurunan selama preses pembuatan sarang dan selama periode mengasuh anak-anaknya. Selama periode tersebut ikan gurami hanya sedikit mencari makanan dan bahkan bisa tidak makan sama sekali.
More aboutMENGENAL IKAN GURAMI

KANDUNGAN DAN MANFAAT PISANG

Buah pisang merupakan buah yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Buah ini cukup banyak ditemukan di daerah tropis, terutama di daerah-daerah yang memiliki tanah yang subur. Jenis buah pisang pun sangat beragam, sehingga kita bisa memilih buah tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Kelebihan lain dari buah pisang ini adalah dapat dikonsumsi langsung sebagai buah segar dan dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan olahan.

BUAH PISANG

Energi yang terkandung dalam buah pisang sangat tinggi, bahkan kandungan energi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan energi pada buah lain. Selain mengandung energi yang tinggi, buah pisang juga kaya akan kandungan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, diantaranya adalah kalsium, kalium, magnesium, phosphor, dan besi. Disamping itu buah pisang juga mengandung vitamin B, B6, dan C serta mengandung serotin yang aktif sebagai neutransmitter untuk kelancaran fungsi otak. Bila dibandingkan dengan buah apel, nilai energi pisang jauh lebih tinggi, yaitu 136 kal/100 g, sedangkan apel hanya 54 kal/100 g. Karbohidrat pada pisang mampu menyuplay energi lebih cepat dibanding nasi dan biskuit, sehingga para atlet olah raga banyak yang mengkonsumsi pisang pada saat jeda istirahat untuk mengganti energi mereka.

Kandungan energi pisang merupakan energi instan yang mudah tersedia dalam waktu singkat sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Buah pisang memiliki kandungan karbohidrat yang bersifat kompleks dan tersedia secara bertahap. Sehingga dengan mengonsumsi karbohidrat yang berasal dari buah pisang maka dapat menyediakan energi dalam waktu singkat dan lebih tahan lama, serta menjadi cadangan energi yang cukup baik bagi tubuh.

Selain kandungan di atas, buah pisang juga banyak mengandung gula, terutama gula buah yang terdiri dari gula fruktosa berindeks sistemik lebih rendah bila dibandingkan dengan glukosa, sehingga cukup baik dimanfaatkan sebagai penyimpan energi karena metabolismenya lebih lambat. Untuk memenuhi kebutuhan energi bagi otak yang harus tersedia dengan cepat, terutama pada saat aktivitas biologis, maka buah pisang merupakan pilihan yang tepat sebagai penyuplai energi tersebut. Kandungan lemak pada buah pisang yang rendah, kurang lebih hanya 0.13%, dimana kandungan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan buah apel, pisang sangat cocok untuk dikonsumsi oleh orang yang bertubuh gemuk atau orang yang takut mengalami kegemukan.

Kandungan mineral yang terdapat pada buah pisang, seperti kalium, magnesium, fosfor, kalsium, dan besi, lebih tinggi bila dibandingkan dengan bahan makanan nabati lainnya. Mineral yang terkandung pada buah pisang, khususnya besi, hampir 100% dapat diserap tubuh. Kandungan besi pada buah pisang tersebut mencapai 2 mg per 100 g berat kering. Sementara itu kandungan seng pada buah pisang sebesar 0,8 mg per 100 g berat kering.

Kandungan vitamain pada buah pisang pun sangat tinggi, terutama provitamin A berupa betakaroten sebanyak 45 mg per 100 gram berat kering. Selain vitamin A, buah pisang mengandung vitamin B, yaitu tiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin B6 atau piridoksin. Kandungan vitamin B6 pada buah pisang cukup tinggi, yaitu sebanya 0,5 mg per 100 gram berat kering. Selain berfungsi sebagai koenzim untuk beberapa reaksi dalam metabolisme, vitamin B6 berperan dalam proses sintesis dan metabolisme protein, khususnya serotin. Serotin berperan aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak. Bukan hanya itu, vitamin B6 pun berperan dalam metabolisme energi yang berasal dari karbohidrat. Peran vitamin B6 ini sangat mendukung ketersediaan energi bagi otak untuk aktivitas sehari-hari.

Kandungan mineral utama pada buah pisang adalah kalium. kailum sangat besar peranannya bagi tubuh manusia, terutama berfungsi sebagai penjaga keseimbangan air, stabilitas kesehatan jantung, pengontrol tekanan darah, serta membantu transportasi oksigen ke otak. Kandungan vitamin dan kalori yang tinggi pada buah pisang menjadikan buah ini sangat baik digunakan sebagai makanan awal bagi bayi.

Kandungan gizi pada beberapa vaietas buah pisang di Indonesia

Pisang Ambon:
Kalori : 99 kal
Karbohidrat : 25,8 %
Vitamin A : 140 SI
Air : 72 %

Pisang Angleng :
Kalori : 68 kal
Karbohidrat : 17,2 %
Vitamin A : 76 SI
Air : 80,3 %

Pisang Lampung :
Kalori : 99 kal
Karbohidrat : 25,6 %
Vitamin A : 61,8 SI
Air : 72,1 %

Pisang Mas :
Kalori : 127 kal
Karbohidrat : 33,6%
Vitamin A : 79 SI
Air : - (sumber tidak terbaca)

Pisang Raja :
Kalori : 120 kal
Karbohidrat : 31,80 %
Vitamin A : 950 SI
Air : 65,80 %

Pisang Raja Sere :
Kalori : 118 kal
Karbohidrat : 31,1 %
Vitamin A : 112 SI
Air : 67 %

Pisang Raja Uli :
Kalori : 146 kal
Karbohidrat : 38,2 %
Vitamin A : 75 SI
Air : 59,1 %

Sumber : Direktorat gizi, 1977

Kandungan gizi pada buah pisang per 100 gram

Kalori : 90 kkal
Karbohidrat : 22,84 g
Gula : 12,23 g
Serat : 2,26 g
Lemak : 0,33 g
Protein : 1,09 g
Vitamin A : - (sumber tidak terbaca)
Tiamin (vit. B1) : 0,031 mg
Ribloflavin (vit. B2) : 0,073 mg
Niasin (vit. B3) : 0,665 mg
Asam Fantothanik (vit. B5) : 0,334 mg
Vitamin B6 : 0,367 mg
Folat (vit. B9) : - (sumber tidak terbaca)
Kalsium : 8,7 m9
Besi : 5 mg
Vitamin C : 0,26 mg
Magnesium : 27 mg
Fosfor : 22 mg
Potasium : 358 mg
Seng : 0,15 mg

Sumber : USDA Nutrient data base, 2007

Manfaat Pisang


Tanaman pisang merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan dalam aktivitas kehidupan manusia, terutama untuk berbagai keperluan hidup sehari-hari dan dikenal sebagai tanaman multiguna. Selain dimanfaatkan buahnya, hampir seluruh bagian tanaman pisang dapat dimanfaatkan, baik bonggol, batang, kulit buah, hingga daunnya. Seluruh bagian tanaman pisang juga baik digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan pupuk organik, karena kandungan kalium dalam tanaman pisang sangat tinggi dan seluruh bagian tanaman ini mudah terdekomposisi. Barbagai manfaat dari tanaman pisang dalam aktivitas kehidupan manusia adalah sebagai berikut :

Manfaat Bonggol Pisang

Bonggol pisang adalah bagian dari tanaman pisang yang terdapat di bawah pangkal batang dan berupa umbi batang. Dengan teknologi pengolahan yang benar, bonggol pisang muda dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi keripi yang merupakan bahan makanan kaya akan serat. Oleh masyarakat desa, air dari umbi batang pisang dapat digunakan sebagai obat tradisional, terutama untuk mengobati disentri dan pendarahan usus besar.

Manfaat Batang Pisang

Batang pisang banyak dimanfaatkan untuk pembuatan tali dalam pengolahan tembakau serta bagian yang paling sering dimanfaatkan untuk pembuatan kompos. Bahkan para peternak kini sudah banyak yang memanfaatkan batang pisang untuk diolah menjadi pakan ternak ruminansia terutama pada musim kemarau saat persediaan pakan terbatas. Manfaat lain dair batang pisang adalah air atau getah dari batang pisang juga bisa dijadikan sebagai penawar racun dan bahan baku dalam industri obat tradisional. Selain itu, batang pisang dari jenis abaca dapat diolah menjadi serat untuk bahan dasar pembuatan pakai atau kertas. Masih banyak lagi manfaat batang pisang dalam kehidupan sehari-hari manusia.

Manfaat Daun Pisang

Oleh masyarakat pedesaan, daun pisang yang masih bagus sering digunakan sebagai pembungkus makanan. Selain itu, pemanfaatan daun pisang untuk menghias makanan juga banyak dilakukan. Sementara daun-daun yang sudah tua dan robek digunakan sebagai pakan ternak karena banyak mengandung mineral yang dibutuhkan oleh hewan.

Manfaat Bunga Pisang (Jantung)

Jantung pisang banyak dimanfaatkan sebagai sayur karena memiliki kandungan protein, vitamin, lemak, dan karbohidrat yang tinggi. Selain dijadikan sayur, bunga pisang juga sering dimanfaatkan sebagai olahan makanan, manisan, acar, maupun lalapan.

Manfaat Buah Pisang

Buah pisang merupakan bagian dari tanaman pisang yang paling sering banyak dimanfaatkan dan merupakan bagian utama dari produksi tanaman pisang. Buah pisang sering dijadikan sebagai sumber vitamin dan mineral, buah meja, maupun produk olahan seperti keripik pisan dan sale pisang, tepung pisang, selai pisang, sari buah pisang, sirup pisang, dan berbagai jenis kue.

Buah pisang hijau bisa dimanfaatkan sebagai bahan utama untuk melakukan gurah atau menghilangkan dahak. Jika Anda ingin memanfaatkan buah pisang untuk gurah, adalah dengan membelah buah pisang hijau, kemudian pada bagian tengahnya diberi minyak kelapa. Setelah itu, pisang dibakar hingga matang. Setelah matang, kupas kulit buah pisang tersebut kemudian dimakan. Cara yang sangat sederhana untuk melakukan gurah dengan buah pisang sehingga siapapun bisa mencobanya. Selain itu, buah pisang juga memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit anemia. Hal ini disebabkan buah pisang dapat meningkatkan hemoglobin darah. Kandungan kalium yang tinggi pada buah pisang bisa dimanfaatkan sebagai nutrisi untuk menghindari penyumatan pembuluh darah, mengurangi resiko stress, mencegah stroke, menurunkan tekanan darah yang terlalu tinggi, memberikan energi untuk berpikir serta menghindari kepikunan atau mudah lupa. Sementara serat yang terkandung dalam buah pisang bermanfaat untuk membantu program diet, perokok yang ingin menghilangkan pengaruh nikotin, mengontrol suhu badan, khususnya pada ibu hamil, serta menetralkan asam lambung.

Kulit Pisang

Kulit buah pisang juga memiliki manfaat yang sangat banyak, diantaranya adalah dapat dimanfaatkan sebagai bahan yang digunakan untuk mencampur cream antinyamuk serta dapat digunakan untuk membuat pactin dengan cara diekstrak dan diambil cairannya. Pemanfaatan kulit buah pisang yang paling sederhana adalah sebagai pakan ternak. Selain itu, kulit buah pisang bagian dalam dapat digunakan sebagai bahan pembuatan nata pisang, dengan cara dikerok kemudian dihancurkan. Manfaat lainnya dapat digaunakan sebagai pembunuh larva serangga, yakni dengan menambahkan sedikit urea dan pemberian bakteri dekomposer. Dengan kata lain, kulit pisang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pestisida nabati. Berdasarkan hasil temuan dari Taiwan diketuahui bahwa kulit pisang yang mengandung vitamin B6 dan serotini dapat diekstrak dan dimanfaatkan untuk kesehatan mata, yaitu menjaga retina mata dari kerusakan akibat cahaya berlebih.



Artikel Terkait
  • MANFAAT TOMAT

    Tomat merupakan salah satu jenis tanaman yang mempunyai manfaat ganda, yaitu sebagai buah dan sayur. Tanaman ini banyak dikonsumsi sebagai buah karena rasanya enak, segar dan kaya akan nilai gizi. Buah tomat yang berasa agak asam ini lebih banyak disukai orang ketika telah masak dan berwarna merah. Dan tenyata buah tomat berwarna merah lebih banyak mengandung vitamin A dan vitamin C lima kali lebih banyak daripada buah tomat berwarna hijau. Tingkat kematangan tomat menentukan kandungan vitamin C-nya. Semakin matang buah tomat semakin banyak mengandung vitamin C. Selain mengandung vitamin A dan vitamin C, buah ini juga mengandung vitamin B sekalipun dalam jumlah kecil....
  • MANFAAT SIRSAK

    Sirsak merupakan tanaman tropis dengan buah berasa dan beraroma. Selain mengandung berbagai vitamin, sirsak banyak mengandung mineral dan zat fitrokimia. Manfaat dan khasiat kandungan sirsak ini sangat dibutuhkan oleh tubuh kita. Buah sirsak terdiri dari 67,5 persen daging buah, 20 persen kulit buah, 8,5 persen biji buah, serta 4 persen inti dalam sirsak adalah karbohidrat. Salah satu jenis karbohidrat pada buah sirsak adalah gula pereduksi (glukosa dan fruktosa) dengan kadar 81,9 – 93,6 persen dari kandungan gula total. Secangkir sirsak mengandung karbohidrat hampir 38 g, merupakan sumber energi utama tubuh. Asupan karbohidrat harian Anda harus mencapai 45-65 persen dari kalori tubuh, yaitu 225-325 gram per hari untuk diet 2.000 kalori....
  • MANFAAT PEPAYA

    Pepaya yang dikenal dengan Caricapapaya adalah salah satu jenis buah yang kaya manfaat dan penuh nutrisi. Pepaya membutuhkan suhu rendah untuk pertumbuhan dan sangat cocok di daerah tropis, karena itu populasi pohon pepaya sangat banyak di negara kita. Sehari-hari kita pasti dengan mudah mendapatkan buah pepaya....
  • MANFAAT MANGGIS

    MANFAAT MANGGIS - Queen of fruits – ratu dari segala buah – itulah julukan buah manggis. Buah ini sangat berkhasiat bagi kesehatan dan kecantikan apalagi didukung dengan rasanya yang manis, lezat, serta lembut, membuat buah manggis banyak disukai orang. Semua bagian dari buah manggis kaya akan manfaat, mulai dari daging buah, biji bahkan kulit buah sekalipun, kecuali bagi wanita hamil. Konsumsi buah manggis setiap hari sangat dianjurkan untuk menjaga kesegaran tubuh kita....
  • MANFAAT KOPI

    Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab: qahwah yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa Belanda. Penggunaan kata koffie segera diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal saat ini....
  • MANFAAT JERUK

    Buah jeruk merupakan buah yang paling banyak dijumpai di seluruh kota. Buah ini sudah sangat dikenal oleh berbagai lapisan masyarakat. Selain enak, buah jeruk juga memiliki banyak manfaat. Namun, dari berbagai jenis jeruk masing-masing mempunyai manfaat yang berbeda-beda....
  • MANFAAT CABE

    Cabai merupakan salah satu komoditas pertanian yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Komoditas cabai mengandung senyawa-senyawa serta gizi yang sangat berguna bagi tubuh. Kandungan senyawa cabai meliputi : kapsaikin, flavenoid, kapsisidin, kapsikol, dan minyak esensial....
  • MANFAAT BUAH DAN SAYUR

    Buah dan sayur memiliki banyak kandundan nutrisi atau zat kimia lain yang memiliki manfaat untuk menopang kesehatan tubuh. Kita semua tahu, bahwa kesehatan sangat mahal harganya, hal ini terbukti ketika kita dalam keadaan sakit yang membutuhkan perawatan medis, berapa biaya yang harus kita keluarkan selama di rumah sakit, belum lagi untuk membeli obat selama masa pemulihan, tentunya akan memakan biaya yang tidak sedikit. Setiap orang menginginkan hidup sehat, terbebas dari segala macam penyakit. Jika demikian, maka kita harus pandai menjaga pola makan dan pola hidup agar kesehatan kita selalu terjaga....
More aboutKANDUNGAN DAN MANFAAT PISANG

BUDIDAYA BUAH NAGA ORGANIK

Buah naga merupakan salah satu buah yang memiliki kandungan dan khasiat yang luar biasa bagi kesehatan manusia. Banyak keunggulan buah naga yang menjadikannya diburu oleh konsumen untuk berbagai keperluan. Tingginya permintaan konsumen terhadap buah naga memberikan peluang yang cukup besar bagi pengembangan agribisnis budidaya buah naga.

BUAH NAGA

Buah naga akhir-akhir ini banyak dibudidayakan oleh masyarakat, karena tingginya permintaan terhadap buah yang berasal dari gurun tersebut. Penanaman buah naga tersebar di pulau Jawa hingga ke Kalimantan. Kebun-kebun buah naga juga banyak ditemui. Memang, budidaya buah naga tergolong mudah dan minim perawatan. Budidaya buah naga bisa diusahakan di lahan yang luas dalam skala usaha besar maupun di lahan-lahan sempit seperti di kebun atau halaman rumah dengan menggunakan pot. Oleh karena itu, para pembudidaya buah naga mampu meraup keuntungan besar, disamping produksinya yang tinggi, juga harga jual yang sangat bagus.

PENANAMAN BUAH NAGA

Penanaman buah naga kini banyak yang diarahkan ke sistem budidaya organik. Buah naga yang dihasilkan dari budidaya yang dilakukan dengan teknik budidaya organi memiliki kualitas buah yang lebih baik dibandingkan buah naga yang dihasilkan dari budidaya secara kimia. Keuntungan dari teknik budidaya buah naga secara organik adalah buah yang dihasilkan sehat tanpa adanya residu bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia dan lingkungan sekitar. Dengan demikian pencemaran lingkungan baik air, udara, maupun tanah oleh paparan pestisida bisa dikurangi. Disamping itu, penggunaan bahan organik juga dapat mengembalikan kesuburan tanah, baik sifat fisik, biologi, maupun kimia tanah, sehingga tanah bisa digunakan untuk proses budidaya pertanian berkelanjutan.

Sejauh ini di Indonesi sistem budidaya buah naga di Indonesia masih menggunakan bahan kimia, baik itu pemupukan maupun penggunaan pestisida. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dengan tidak diimbangi dengan pemberian pupuk organik justru dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah dalam kurun waktu tertentu. Tekstur tanah pertanian menjadi kurang subur, keras dan tandus akibat aplikasi pupuk kimia yang berlebihan. Selain itu penggunaan pestisida dosis tinggi dapat menimbulkan residu bahan kimia pada hasil produksi. Jika buah dengan paparan residu pestisida tinggi dikonsumsi oleh manusia secara terus menurus, maka residu pestisida tersebut akan terakumulasi dan menjadi racun dalam tubuh. Lihat selengkapnya tentang bahaya pestisida bagi kesehatan.

SYARAT TUMBUH TANAMAN BUAH NAGA

Syarat tumbuh tanaman buah naga tidak berbeda jauh dengan tanaman kaktus atau tanaman gurun pasir lainnya. Karena berasal dari daerah gurun pasir yang panas dan kering maka buah naga umumnya tumbuh baik di dataran rendah hingga menengah, yaitu buah naga sepesies Hylocereus undatus, yaitu buah naga dengan daging putih akan tumbuh baik pada ketinggian kurang dari 300 mdpl, sedangkan buah naga spesies Hylocereus costaricensis, yaitu buah naga dengan daging super merah (super red) tumbuh baik pada ketinggian 0-100mdpl. Sementara itu buah naga spesies Selenicereus megalanthus, yaitu buah naga dengan kulit kuning, daging putih tanpa sisik, akan tumbuh baik pada daerah dingin dengan ketinggian lebih dari 800 mdpl.

Tanaman buah naga lebih cocok ditanam di daerah kering, dibandingkan dengan yang memiliki iklim basah, dengan curah hujan yang ideal untuk pertumbuhannya yaitu 720 mm/tahun. Namun buah naga masih dapat tumbuh pada curah hujan tinggi yaitu antara 1.000-1.300 mm/tahun, akan tetapi selama pertumbuhannya tersebut, buah naga rentan terserang penyakit, terutama penyakit busuk akar dan busuk batang. Hal ini disebabkan tanaman buah naga tidak tahan genangan air, sehingga jika kondisi tanahnya tergenang, maka akar tanaman buah naga kesulitan mendapatkan suplai oksigen. Perakaran yang tidak mendapatkan suplai oksigen secara normal, maka perakaran tersebut mudah terserang penyakit.

Tanaman buah naga merupakan jenis tanaman yang membutuhkan intensitas penyinaran cahaya matahari penuh. Oleh karena itu, lokasi penanaman buah naga sebaiknya dilakukan di lahan terbuka tanpa naungan. Lahan terbuka juga lebih memberi peluang untuk memberikan sirkulasi udara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman. Suhu udara ideal untuk pertumbuhan buah naga antara 26-36 derajat C.

Kondisi tanah yang ideal adalah tanah yang gembur dan porous, serta banyak mengandung bahan organik dan unsur hara. Hindari penanaman buah naga pada tanah yang banyak mengandung logam berat dan garam. pH tanah optimal untuk pertumbuhan buah naga antara 6-7. Penanaman buah naga pada tanah masam, dengan pH tanah di bawah 6, akan menyebabkan pertumbuhan akar tanaman menjadi pendek dan rusak. Akibatnya, akar tanaman buah naga tidak mampu menyerap unsur hara dengan baik sehingga tanaman mengalami kekurangan unsur hara dan keterlambatan pertumbuhan.

Meskipun tahan terhadap kekeringan, bukan berarti tanaman buah naga tidak memerlukan air. Air merupakan kebutuhan vital bagi tanaman. Oleh karena itu, air harus tersedia dengan baik. Namun, pemberian air yang berlebihan juga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman buah naga. Oleh karena itu, hindari lokasi yang mudah tergenang saat musim hujan, karena tanaman buah naga merupakan tanaman yang sensitif terhadap kelebihan air. Genangan air akan menyebabkan kelembaban tanah tinggi sehingga berpotensi menjadi tempat yang baik untuk pertumbuhan penyakit.

PERSIAPAN TEKNIS BUDIDAYA BUAH NAGA

Pemilihan lokasi budidaya buah naga perlu diperhatikan, hal ini bertujuan untuk memenuhi syarat tumbuh yang optimal bagi pertumbuhan buah naga. Pemilihan lokasi yang tepat akan menjadi faktor pertama yang menentukan keberhasilan budidaya buah naga.

Setelah menentukan lokasi agribisnis budidaya buah naga maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengukuran pH tanah untuk menentukan jumlah pemberian kapur pertanian pada tanah masam atau pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran bisa dilakukan dengan kertas lakmus, PH meter, atau cairan PH tester. Pengambilan titik sampel bisa dilakukan dengan cara zigzag.

PELAKSANAAN BUDIDAYA BUAH NAGA

Persiapan Lahan Budidaya Buah naga

Setelah lokasi penanaman ditentukan dan melakukan pengukuran pH tanah maka dilanjutkan dengan persiapan lahan untuk budidaya. Persiapan tersebut mencakup pemasangan tiang panjatan, pembersihan lahan, serta pengolahan lahan.

Buah naga merupakan tanaman merambat sehingga dibutuhkan tiang panjatan untuk menopang pertumbuhan batang dan cabangnya. Bentuk atau model tiang panjatan yang digunakan dalam budidaya buah naga ada macam, yaitu bentuk tunggal dan bentuk kelompok atau pagar. Tiang panjatan yang digunakan harus dipastikan kuat dan mampu bertahan selama beberapa tahun karena tanaman buah naga tergolong tanaman yang berumur panjan.

Tiang panjatan buah naga dengan bentuk tunggal

Tiang panjatan bentuk tunggal bisa menggunakan tiang buatan yang terbuat dari beton atau tiang panjatan hidup dengan memanfaatkan batang tanaman hidup. Tiang panjatan tunggal dapat digunakan untuk menopang empat tanaman yang berproduksi dengan produktifitas rata-rata 3 kg per-tanaman. Para pembudidaya buah naga biasanya menggunakan tiang panjatan yang terbuat dari beton atau pipa PVC. Bentuk tiang panjatan bisa persegi, bulat, segitiga atau bentuk yang lain sesuai dengan selera pembudidaya. Untuk tiang panjatan yang berbentuk persegi dibuat dengan ukuran 10 cm x 10 cm, bentuk bulat dibuat dengan diameter 10 cm, dan bentuk segitiga dibuat dengan panjang sisi 15 cm. Tinggi tiang panjatan antara 1,5-2 meter. Jika jarak tanam buah naga 2,5 m x 2 m dan setiap tiang panjatan ditanami 4 tanaman maka untuk lahan selua 1 ha dibutuhkan sekitar 2.000 tiang panjatan dan 8.000 bibit buah naga.

Alternatif lain selain menggunakan tiang beton pembudidaya buah naga bisa menggunakan tiang panjatan hidup, yaitu tiang panjatan yang dibuat dengan memanfaatkan batang pohon hidup, misal tanaman angsana. Jati, jaranan, dan Clerecedae. Artinya tiang panjatan berupa tanaman hidup yang memiliki perakaran cukup dalam dan tanaman tersebut harus tahan pemangkasan berat karena buah naga harus terkena sinar matahari langsung agar bisa berproduksi secara optimal. Oleh karena itu, tiang panjatan hidup harus sering dipangkas apabila sudah menutupi batang dan cabang buah naga. Tiang panjatan hidup harus memiliki tinggi minimal 2 m dan berdiameter minimal 10 cm karena jika diameter kurang dari 10 cm dikhawatirkan tidak kuat menopang pertumbuhan buah naga. Penggunaan tiang jenis ini lebih menghemat biaya daripada tiang beton meskipun tidak sekuat dan tahan lama seperti itang beton. Namun demikian dengan adanya tiang panjatan hidup juga membutuhkan tambahan pupuk sehingga menambah biaya pemeliharaan.

Tiang panjatan ditancapkan ke dalam tanah dengan kedalaman sekitar 50 cm agar tiang berdiri kokoh dan kuat menyangga tanaman. Pada ujung tiang bagian atas diberi besi melingkar dengan diameter 30-60 cm berbentuk seperti stir mobil. Tujuan pemasangan besi melingkar ini adalah untuk menyediakan tempat yang berfungsi sebagai penopang cabang dan anak cabang tanaman buah naga. Apabila besi beton dirasa cukup mahal bisa menggunakan ban sepeda motor, ban mobil, atau bisa juga para-para dari kayu yang berbentuk menyilang. Jika menggunakan ban, agar bar kuat perlu dimasukkan ke dalam besi penyangga. Bila menggunakan ban luar mobil yang dibelah, maka ban tersebut perlu diikat pada besi penyangga agar lebih kuat.

Tiang panjatan buah naga dengan bentuk kelompok (double rowing)

Berbeda dengan tiang panjatan tunggal, model tiang panjatan double rowing mirip dengan tiang untuk menjemur pakaian. Dalam hal ini, tiang panjatan tersebut bisa digunakan sebagai tempat rambatan lebih dari satu tanaman buah naga. Kelebihan dari tiang panjatan kelompok adalah dapat dibuat dengan biaya yang lebih murah serta teknik pembuatan yang lebih efisien, dibanding tiang panjatan tunggal, karena bisa digunakan sebagai tempat rambatan untuk banyak tanaman buah naga. Namun, tiang panjatan kelompok ini juga memiliki kelemahan yaitu perawatan yang sulit karena cabang tanaman bisa saling terkait satu sama lain dan kurang tahan terhadap beban tanaman yang terlalu berat.

Cara pembuatan tiang panjatan ini adalah dengan menghubungkan dua buah tiang menggunakan kawat tebal sebagai penyangga batang tanaman buah naga dengan jarak antar tiang 4 meter. Tiang dibuat dengan tinggi 2-2,5 meter, kemudian dipendam sedalam kurang lebih 50 cm. Tebal tiang kurang lebih 15x15 cm dan terbuat dari beton atau cor. Agar tidak mudah roboh saat menopang beban sulur atau cabang tanaman buah naga, maka perlu dibuatkan penguat dari besi. Ujung tiang diberi palang yang dipasang melintang dan menyatu dengan tiang beton tersebut. Palang terbuat dari besi dengan panjang kurang lebih 50-60 cm, sehingga antara tiang beton dan palang besi membentuk huruf T. Ujung palang tersebut dihubungkan dengan ujung palang pada tiang lainnya menggunakan kawat yang kuat dan tahan karat, sehingga bentuk kedua tiang yang dihubungkan tersebut menyerupai tempat jemuran. Dari kedua kawat penghubung tiang panjatan ini dipasang kawat vertikal menuju kearah masing-masing titik tanam. Kawat vertikal ini yang akan digunakan sebagai penopang batang utama buah naga.

Sistem panjatan double rowing dengan panjang 4 meter dapat digunakan untuk menampung buah naga sebanyak 20-26 buah tanaman. Jarak tanam antarbaris 30 cm dan antartanaman 1 m dengan model penanaman zigzag. Tujuan penataan tata letak penanaman buah naga tersebut untuk mengoptimalkan intensitas sinar matahari sehingga cahaya yang tersebar lebih merata.

Pembersihan Lahan Penanaman Buah Naga

Pembersihan lahan yang akan digunakan sebagai tempat penanaman buah naga perlu dilakukan agar proses penanaman dan persiapan tidak mengalami kesulitan. Semak atau pohon kecil yang tampak di lahan dipotong sampai pangkal batan atau dicabut agar tidak tumbuh kembali. Sementara untuk cabang dan ranting pohon yang sudah besar dipotong sampai pangkal cabang atau ranting. Gulma yang tumbuh di lahan juga harus dibersihkan dengan cara dicangkul tipis-tipis.

Pengolahan Lahan Dan Pemupukan Dasar

Lahan yang sudah bersih kemudian dicangkul di sekitar daerah penanaman buah naga. Pencangkulan ini bertujuan untuk memecah tanah menjadi agregat-agregat kecil dan membalik tanah agar aerasi tanah lebih baik. Selain itu pecangkulan juga bertujuan agar lapisan tanah bawah bisa tercampur dengan lapisan tanah atas sehingga penyebaran humus atau bahan organik bisa merata ke seluruh lapisan tanah. Dengan demikian, tanah menjadi gembur dan subur sehingga akar tanaman buah naga dapat menyerap unsur hara dengan baik.

Lahan dengan pH tanah di bawah 6 harus dilakukan pengapuran dengan dosis 1,2 ton/ha ditabur merata keseluruh lahan. Selanjutnya pembuatan lubang tanam sesuai dengan model tiang panjatan yang digunakan.

Pada sistem panjatan tunggal, pengolahan tanah hanya dilakukan disekitar tiang panjatan saja. Buat lubang tanam tanam di sekitar tiang panjatan dengan ukuran 40 cm x 40 cm, kedalaman lubang kurang lebih 30 cm. Masukkan media tanam ke dalam lubang tanam yang terdiri dari campuran tanah, pupuk kandang, dan pasir/sekam bakar dengan perbandingan 1:1:1. Setelah itu lakukan penyiraman pada media tanam hingga basah dan biarkan terkena sinar matahari selama satu minggu. Agar pertumbuhan dan produksi tanaman buah naga optimal, berikan asam humat dan asam fulvat. Tambahkan juga agensia hayati, seperti fungisida/bakterisida organik untuk mencegah serangan penyakit setelah penanaman. Langkah selanjutnya adalah membuat drainase berupa parit diantara baris tanaman. Pembuatan drainase bertujuan untuk menampung kelebihan air pada saat musim hujan.

Berbeda dengan pengolahan tanah sistem panjatan tunggal. Pada sistem panjatan kelompok (double rowing) pengolahan tanah dilakukan dengan membuat alur penanaman diantara dua tiang beton yang sudah dipersiapkan. Alur yang berfungsi sebagai lokasi atau tempat penanaman buah naga, dibuat kurang lebih sepanjang 4 m dengan lebar galian 40-60 cm. Arah alur sesuai dengan arah kawat pengikat batang, yaitu diantara dua tiang betong. Kemudian media tanam ditebar merata ke dalam alur yang telah dibuat. Komposisi media tanam yang digunakan dalam satu alur adalah 20 kg tanah top soil, 20 kg pupuk kandang, dan 20 kg sekam bakar. Aduk bahan tersebut hingga merata kemudian dimasukkan ke dalam lubang alur. Setelah semua media dimasukkan ke dalam alur kemudian dilakukan penyiraman pada media hingga basah. Biarkan media tanam yang sudah dimasukkan ke dalam lubang terkena sinar matahari selama satu minggu. Penngeringan bertujuan agar media tanam terbebas dari patogen atau penguapan akibat proses dekomposisi. Agar pertumbuhan dan produksi tanaman buah naga optimal, berikan asam humat dan asam fulvat. Tambahkan juga agensia hayati, seperti fungisida/bakterisida organik untuk mencegah serangan penyakit setelah penanaman.

Persiapan Pembibitan Tanaman Buah naga

Keberhasilan budidaya buah naga tidak terlepas dari usaha penyiapan bibit yang berkualitas. Bibit yang vigor, sehat, serta bebas hama penyakit merupakan beberapa ciri bibit yang berkualitas dan memenuhi syarat. Bibit yang telah dipersiapkan dengan baik akan menghasilkan tanaman yang sehat dan mampu berproduksi optimal.

Selain itu kualitas bibit juga bisa ditentukan dari kualitas induk. Jika induk tanaman buah naga memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat dengan kualitas buah yang bagus, maka besar kemungkinan bibit yang dihasilkan juga memiliki sifat yang tidak jauh berbeda dengan induknya. Jumlah kebutuhan bibit tergantung dengan sistem budidaya yang digunakan. Jika mengguanakan sistem tiang panjatan tungal maka dibutuhkan bibit buah naga sebanyak 1.000 batang/ha. Tetapi jika menggunakan sistem panjatan kelompok maka kebutuhan bibit buah naga akan lebih banyak lagi, yaitu 10.400 batang/ha. Oleh karena itu, pengadaan dan penyiapan bibit harus dilakukan secara intensif agar tidak terjadi kekurangan bibit setelah penanaman.

Perbanyakan bibit dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu perbanyakan generatif dan perbanyakan vegetatif. Perbanyakan generatif adalah perbanyakan menggunakan biji buah naga. Keuntungan menggunakan teknik perbanyakan generatif yaitu dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang banyak dengan biaya yang murah. Setiap butir buah naga minimal berisi 1.000 biji. Namun cara ini kurang populer dan jarang dilakukan oleh pembudidaya buah naga karena membutuhkan waktu yang sangat lama dan sedikit lebih sulit jika dibandingkan dengan teknik perbanyakan vegetatif. Disamping itu untuk mendapatkan biji yang bernas dan berkualitas juga aga susah, karena harus dibutuhkan buah yang benar-benar tua dan sehat. Seleksi bijii yang berkualitas juga sulit dilakukan karena ukuran biji yang sangat kecil dan memiliki penampakan yang sama. Oleh karena itu, pada artikel ini hanya akan dibahas tentang teknik dan cara perbanyakan vegetatif.

Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman dengan menggunaka bagian dari tanaman itu sendiri. Teknik perbanyakan ini membutuhkan biaya yang mahal, tetapi tingkat keberhasilannya lebih tinggi disamping waktu yang dibutuhkan pada fase pemeliharaan lebih singkat. Keuntungan lain dari perbanyakan vegetatif yaitu kemungkinan tanaman mengalami penyimpangan genetik sangat kecil.

Metode perbanyakan vegetatif yang paling mudah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bibit pada budidaya buah naga adalah dengan teknik stek batang. Perbanyakan dengan stek memiliki tingkat keberhasilan bibit bertahan hidup lebih tinggi, pertumbuhannya lebih cepat, dan bibit yang dihasilkan berkualitas tinggi dengan genetik yang serupa dengan induknya. Selain itu teknik stek batang juga mudah dilakukan.

Sebelum melakukan penyetekan harus dipilih batang atau cabang tanaman yang baik, sehat, tua, berwarna hijau gelam, dan sudah pernah berbuah paling tidak 3-4 kali dengan panjang minimal 30 cm. Keberhasilan stek ditentukan oleh calon batang yang digunakan. Batang tanaman buah naga yang pernah berbuah pertumbuhannya akan cepat, kokoh, dan mudah membentuk tunas. Sedangkan batang atau cabang yang masih muda mengandung banyak air sehingga lebih rentan terserang penyakit. Batang atau cabang tanaman buah naga yang memenuhi kriteria tersebut akan lebih cepat keluar akar sehingga pertumbuhan tanaman juga lebih cepat yang ditandai dengan keluarnya tunas-tunas baru.

Setelah menentukan batang atau cabang tanaman buah naga yang akan digunakan untuk perbanyakan dengan cara stek batang, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pemotongan terhadap calon batang atau cabang tanaman buah naga yang akan digunakan. Untuk membedakan bagian bawah dan atas batang yang telah dipotong, maka potongan dibuat meruncing pada bagian bawah, dengan demikian bekas potongan pada bagian atas batang akan membentuk huruf V. Kemudian angin-anginkan batang stek hingga getahnya mengering atau kurang lebih selama 2-3 hari.

Stek ditanam pada polibag yang sudah diisi media dengan komposisi 1 tanah, 1 pupuk kandang, dan 1 sekam bakar. Polybag diletakkan di atas bedengan yang sudah disiapkan dengan jarak 20 cm x 20 cm. Bedengan dibuat dengan lebar 100 cm. Langkah selanjutnya tempat persemaian ditutup dengan plastik sungkup transparan dengan ditopang menggunakan bambu yang dipasang melengkung. Selama pembibitan kondisi media harus dijaga agar tidak kekeringan. Tunas baru akan muncul setelah bibit berumur kurang lebih 2 minggu.

Pada umumnya, batang atau cabang stek yang sehat akan mengeluarkan lebih dari satu tunas secara bersamaan. Sisakan satu tunas yang paling besar dan sehat dengan petumbuhan yang kokoh. Perempelan tunas harus dilakukan secara rutin agar suplai nutrisi bisa dioptimalkan untuk pertumbuhan tunas yang dipelihara. Setelah 3 minggu, stek mulai mengeluarkan akar dan tanaman sudah tampak vigor. Pada umur ini plastik sungkup sudah bisa dibuka pada pagi hari dan ditutup lagi saat menjelang petang agar bibit memperoleh sinar matahari langsung. Namun jika kondisi hujan, plastik sungkup tetap dibiarkan menutupi bibit agar media penanaman tidak terlalu basah. Bibit siap ditanam pada umur 3-5 bulan.

Pengendalian hama penyakit dapat dilakukan dengan cara menjaga sanitasi lingkungan, baik di bedengan maupun polybag. Kelembaban pada areal penanaman harus selalu dijaga agar bibit stek tidak mengalami kekeringan. Namun yang perlu diperhatikan adalah pada saat melakukan penyiraman, harus dihindari pemberian air yang berlebihan agar tidak terjadi genangan yang berpotensi menimbulkan serangan penyakit, terutama penyakit akar. Gulma yang tumbuh di sekitar arel pembibitan juga harus dibersihkan agar tidak terjadi persaingan dalam memperoleh intensitas sinar matahari dan penyerapan unsur hara. Selain itu, gulma yang tumbuh di sekitar areal pembibitan juga berpotensi menjadi inang hama dan penyakit. Jika bibit terserang hama penyakit lakukan pengendalian secara terpadu. Jika serangan ringan, pengendalian hama penyakit cukup dilakukan secara manual. Sebagai pencegahan, lakukan penyemprotan rutin menggunakan pestisida organik maupun agensia hayati 1 minggu sekali.

Penanaman Buah Naga

Setelah lahan penanaman buah naga selesai dipersiapkan, pemindah tanaman bibit stek yang telah siap, kurang lebih berumur tiga bulan, bisa segera dilakukan. Penanaman harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan akibat teknis penanaman yang tidak benar, sehingga dapat mengakibatkan bibit stress dan pertumbuhannya terhambat. Perhatikan pada saat penanaman media dalam polybag jangan sampai pecah karena akan membuat bibit kesuliatan beradaptasi akibat mengalami kerusakan akar. Penanaman jangan terlalu dalam karena dapat mengakibatkan bibit mudah terserang penyakit busuk batang. Penanaman yang ideal kurang lebih 20% dari panjang bibit.

Teknis penanaman sistem tiang panjat tunggal berbeda dengan penanaman pada sistem tiang panjat berkelompok. Pada penanaman sistem tiang panjatan tunggal dilakukan dengan jarak tanam 10 cm dari tiang panjatan. Keempat stek ditanam mengelilingi tiang panjatan. Ikat keempat bibit tersebut pada tiang panjatan menggunakan tali yang lunak agar bibit tidak mudah jatuh. Lakukan pengikatan dengan hati-hati, jangan terlalu kuat sehingga mengakibatkan batang tanaman terluka. Batang tanaman yang terluka akan mudah terserang penyakit, terutama busuk batang. Lakukan penyiraman setelah penanaman selesai.

Teknik penanaman buah naga dengan sistem double rowing dilakukan dengan cara mengikuti lajur di antara dua tiang panjatan. Bibit buah naga ditanam tidak jauh dari kawat yang dipasang secara vertikal dengan titik tanam berpola zigzag.

Pemeliharaan Tanaman Buah Naga

Dalam budidaya buah naga, pemeliharaan harus tetap dilakukan secara teratur. Pemeliharaan tanaman merupakan faktor penting yang mendukung keberhasilan budidaya. Upaya pemeliharaan pada budidaya buah naga secara intensif meliputi pengairan, penyulaman, pengikatan batang atau cabang, pemupukan susulan, pemangkasan, seleksi buah, sanitasi kebun, serta pengendalian hama penyakit tanaman.

Pengairan

Pada dasarnya tanaman buah naga tidak membutuhkan irigasi khusus. Umunya pengairan dilakukan dengan sistem tadah hujan. Oleh karena akarnya yang sangat lebat, sehingga buah naga tahan terhadap kekeringan. Namun buah naga tetap memerlukan air yang cukup selama pertumbuhannya. Kekurangan air selama fase vegetatif dapat membuat tanaman layu dan sulit bertunas. Oleh karena itu penyiraman tetap dilakukan seminggu sekali hingga tanaman berumur 6 bulan. Bila kondisi tanah terlalu kering, maka penyiraman dilakukan 2-4 hari sekali, tergantung pada kondisi di lahan. Pada fase generatif, yang ditandai dengan munculnya bunga dan buah, maka penyiraman dilakukan setiap 10-14 hari sekali atau menyesuaikan kondisi bila tanah terlalu kering. Kekurangan air pada fase ini bisa mengakibatkan bunga rontok dan buah yang terbentuk tidak sempurna. Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari.

Selain dengan penyiraman, pengairan juga bisa dilakukan dengan cara penggenangan. Caranya yaitu dengan perendaman air di parit sedalam kurang lebih 20 cm. Pengeleban dilakukan selama 1-1,5 jam, setelah itu air di parit harus segera dibuang atau dialirkan keluar. Pada sistem pertanian modern, pengairan bisa dilakukan menggunakan sprinkler dengan bantuan instalasi pompa air menggunakan motor.

Penyulaman tanaman

Penyulaman merupakan kegiatan mengganti tanaman yang mati disebabkan karena serangan hama, penyakit, atau sebab lain. Tujuan dari penyulaman yaitu agar tanaman bisa berproduksi optimal dan efisiensi lahan tetap tinggi. Penyulaman dilakukan pada umur 7 hari setelah tanam hingga tanaman berumur 2 bulan.

Pengikatan batang atau cabang

Letak batang atau cabang perlu diatur agar pertumbuhan tanaman normal dan tidak salah bentuk. Pengaturan letak turut berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman. Pengaturan dilakukan dengan pengikatan batang atau cabang ke tiang panjatan. Pengikatan yang terlambat membuat pertumbuhan batang atau cabang melengkung dan tidak teratur. Akibatnya cabang produktif tidak tumbuh ke atas.

Pengikatan dilakukan setiap 20-25 cm ke tiang panjatan. Tali pengikat bisa menggunakan tali rafia atau tali lunak lainnya dengan membentuk angaka 8. Pengikatan jangan terlalu kencang agar batang atau cabang tidak terjepit yang dapat mengakibatkan luka atau bahkan patah. Selain itu tujuan pengikatan juga untuk mempermudah akar udara menempel pada tiang panjatan sehingga memperkokoh posisi tanaman.

Pemupukan susulan

Meskipun tanah telah menyediakan hara, akan tetapi ketersediaan haranya tidak mencukupi untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman selanjutnya. Oleh karena itu, perlu diberi pupuk susulan atau pupuk tambahan. Pada budidaya buah naga dengan sistem organik pemberian pupuk tambahan dilakukan menggunakan pupuk kandang atau bahan organik lain yang sudah difermentasi. Dosis pemberian pupuk organik sebanyak 2-5 gram/tanaman pada fase vegetatif dan 5-10 gram/tanaman pada fase generatif. Frekuensi pemberian pupuk dilakukan dua bulan sekali. Pupuk diberikan dengan cara menggali lubang disekitar tanaman, jangan terlalu dekat dengan batang karena bisa melukai akar tanaman, kemudian ditaburkan dan segera ditutup dengan tanah. Setelah semua pupuk ditutup dengan tanah, lakukan penyiraman agar pupuk mudah bereaksi dan terserap oleh akar tanaman. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi buah naga berikan nutrisi tanaman organik, asam humat dan asam fulvat, maupun hormon organik 7 hari sekali. Untuk penggunaan hormon tumbuhan (ZPT) sintesis, sebaiknya memahami fungsi dari hormon (ZPT) sintesis yang akan digunakan.

Pemangkasan tanaman buah naga

Pemangkasan tanaman bertujuan untuk memperoleh bentuk yang baik sehingga menunjang pertumbuhan yang baik. Selain itu, pemangkasan juga bertujuan untuk membuang bagian tanaman yang tidak produktif seperti cabang yang kerdil atau kurus. Batang atau cabang yang tidak produktif akan menghambat pembentukan tunas baru dan buah karena berkompetisi dengan batang produktif dalam memperoleh hara.

Pemangkasan vegetatif
Pemangkasan vegetatif untuk membentuk batang pokok dilakukan setelah bibit ditanam. Tunas yang tumbuh dari bibit dipertahankan hanya 1-2 tunas saja. Pilih tunas atau cabang yang sehat, kokoh dan berwarna hijau gelap. Tunas yang berbentuk tidak sempurna, dengan ujung membulat, juga harus dipangkas. Tunas yang dipelihara akan menjadi batang utama untuk dipertahankan hingga berukuran 130-150 cm. Jika telah mencapai tinggi yang diinginkan maka segera dipangkas sekitar 5-10 cm dari ujung batang. Bekas pangkasan dioles dengan larutan fungisida/bakterisida organik untuk menghindari infeksi cendawan atau bakteri. Dengan pemangkasan batang akan merangsang tumbuhnya cabang produktif yang seragam. Tunas baru yang muncul di bagian bawah juga harus dipangkas.

Pemangkasan generatif
Setelah pemangkasan vegetatif di bagian pangkal batang utama, maka akan muncul cabang produktif secara alami pada ujung batang tersebut. Umumnya akan muncul 4-5 cabang produktif. Lakukan seleksi pada cabang produktif tersebut dan pilih 3-4 cabang yang paling besar, sehat, kekar, dan berwarna hijau gelap. Pemangkasan tetap dilakukan pada setiap tunas baru yang muncul di cabang produktif hingga cabang produktif mencapai ukuran 70-100 cm. Saat cabang produktif telah mencapai ukuran tersebut, segera pangkas 5-10 cm dari ujung cabang. Setelah dilakukan pemotongan pada ujung cabang produktif, maka pemangkasan dilakukan terhadap semua tunas baru yang muncul pada tanaman buah naga. Pemotongan tunas tersebut bertujuan agar nutrisi yang diserap tanaman digunakan secara optimal untuk pembentukan bunga dan buah. Yang perlu diperhatikan adalah setiap kali melakukan pemangkasan harus segera diikuti dengan pengolesan larutan pestisida organik pada bekas pangkasan tersebut.

Seleksi bunga dan buah

Tanaman yang sudah mulai berbungan ditandai dengan munculnya bunga pada cabang produktif. Biasanya akan muncul lebih dari satu bunga. Oleh karena itu, seleksi bunga dilakukan saat bunga masih kecil, sehingga nutrisi tidak digunakan untuk perkembangan bunga yang dibuang. Pilih 2-3 bunga yang paling besar, sehat, berwarna cerah, dan segar pada setiap cabang produktif dengan jarak antar bunga kurang lebih 30 cm.

Sanitasi Kebun Penanaman Buah Naga

Sanitasi kebun merupakan kegiatan membersihkan kebun dari gulma atau tumbuhan pengganggu, batang atau cabang bekas pangkasan, serta perawatan saluran irigasi agar tidak menimbulkan genangan air saat musim hujan. Tujuan dari kegiatan tersebuat adalah untuk mencegah penyebaran hama penyakit, menjaga kelembaban areal pertanaman, dan pengurangi perebutan unsur hara antara tanaman buah naga dengan gulma.

Batang atau cabang bekas pangkasan segera dikumpulkan dan dimusnahkan saat melaukan pemangkasan. Caranya dengan menyediakan wadah dan langsung memasukan bekas pangkasan tersebut ke dalam wadah agar tidak tercecer. Pengendalian gulama dilakukan dengan melakukan penyiangan rutin. Pada budidaya buah naga organik, pengendalian gulma tidak dianjurkan menggunakan herbisida. Penyiangan dilakukan secara kultur teknis menggunakan cangkul. Pencangkulan di sekitar titik tanam dilakukan dengan hari-hati agar tidak merusak perakaran tanaman buah naga.

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TANAMAN BUAH NAGA SECARA ORGANIK

Tanaman buah naga tergolong jenis tanaman yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit, seperti halnya tanaman kaktus lain yang memiliki ketahanan sukup tinggi terhadap serangan hama dan penyakit. Namun, hal ini tidak berarti bahwa tanaman buah naga yang kita budidaya selamanya terhindar dari hama penyakit. Oleh karena itu, upaya pengendalian hama penyakit tersebut tetap harus diterapkan sebagai sebuah kesatuan dalam proses agribisnis budidaya buah naga. Kerusakan akibat serangan hama dan penyakit tidak hanya menurunkan kualitas dan kuantitas produksi, tetapi bila tidak dikendalikan dan serangan semakin parah juga dapat mematikan tanaman. Oleh karena itu, sejak dini harus dilakukan pengontrolan tanaman dan identifikasi terhadap organisme pengganggu tanaman yang menyerang.

HAMA BUAH NAGA

Tungau (Tetranycus sp.)

Tungau berukuran sangat kecil dengan bentuk menyerupai laba-laba dan bersifat polyfag, yaitu menyerang hampir segala jenis tanaman. Serangga dewasa berukuran kurang lebih 1 mm dan aktif di siang hari. Siklus hidup tungau berkisar antara 14-15 hari. Tungau menyerang tanaman buah naga dengan cara menghisap cairan batang dan cabang. Akibatnya dipermukaan kulit batang atau cabang tanaman yang terserang muncul bintik-bintik kuning atau cokelat. Serangan yang berat akan menyebabkan tanaman buah naga tumbuh tidak normal.

Pengendalian tungau bisa dilakukan dengan penyemprotan pestisida nabati 3-4 hari sekali, seperti nimba, tagetes, eceng gondok, atau rumput laut. Untuk memulihkan tanaman yang terserang tungau diberikan nutrisi tanaman organik, baik melalui akar, dengan cara dikocor, maupun melalui tubuh tanaman, dengan cara disemprot.

Kutu Kebul (Bemisia tabaci)

Salah satu hama utama dalam budidaya buah naga adalah kutu kebul. Imago serangga dewasa berukuran 1-1,5 mm, berwarna putih, dan sayapnya ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Serangga dewasa biasanya berkelompok pada permukaan bagian bawah cabang. Jika tanaman disentuh biasanya serangga akan beterbangan seperti kabut atau kebul putih. Gejala serangan kutu kebul pada tanaman buah naga ditandai dengan adanya bercak nekrotik akibat rusaknya sel-sel dan jaringan tanaman pada batang atau cabang yang terserang. Ekskresi kutu kebul berupa madu yang merupakan media tempat tumbuhnya embun jelaga yang berwarna hitam. Hal ini menyebabkan proses fotosintesis berlangsung tidak normal. Selain kerusakan langsung pada tanaman, kutu kebul merupakan serangga yang sangat berbahaya karena berperan sebagai vektor penular virus tanaman. Kerugian akibat serangan kutu kebul dapat mencapai 20-100%. Hingga saat ini, tercatat sebanyak 60 jenis virus yang berpotensi ditularkan oleh kutu kebul.

Pengendalian hama kutu kebul dapat dilakukan secara kultur teknis, yaitu dengan menerapkan metode strip-planting yaitu penerapan tanaman perangkap. Tanaman perangkap bisa ditanam mengelilingi areal budidaya buah naga sehingga membentuk pagar yang rapat. Beberapa tanaman yang efektif digunakan sebagai perangkap kutu kebul antara lain, jagung, bunga matahai, kacang panjang, dan buncis. Selain penerapan strip planting, pengendalian gulma juga harus dilakukan secara rutin. Gulma sangat berpotensi sebagai inang kutu kebul.

Untuk mengurangi populasi serangga bisa dengan pemasangan alat perangkap yellow trap sebanyak 40 buah/ha. Pengendalian hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami kutu kebul, antara lain sebagai berikut :
  1. Kumbang predator Menochilus sexmaculatus (Coccinelidae) yang memiliki siklus hidup 18-24 hari dengan kemampuan memangsa nimfa kutu kebul sebanyak 200-400 ekor. Satu ekor kumbang betina mampu menghasilkan telur sebanyak 3.000 butir.
  2. Parasitoid Encarcia formosa, satu ekor serangga betinanya mampu menghasilkan telur sebanyak 100-200 butir.
Penyemprotan pestisida nabati seperti nimba, tagetes, eceng gondok, atau rumput laut harus dilakukan secara rutin dengan interval 3-4 hari sekali.

Untuk memperkuat kondisi tanaman agar mampu bertahan dari infeksi virus yang ditularkan oleh kutu kebul maka diperlukan penyemprotan mengunakan nutrisi organik secara rutin dengan interval 7 hari sekali. Pemberian nutrisi organik bertujuan untuk memberikan asupan yang cukup pada tanaman, sehingga tanaman tetap sehat. Tanaman yang sehat memiliki daya tahan yang baik dari serangan hama penyakit.

Kutu sisik (Pseudococcus sp.)

Hama ini lebih menyukai berapa pada bagian batan atau cabang tanaman buah naga yang tidak terkena sinar matahari. Batang atau cabang tanaman terserang telihat kusam.

Pengendalian hama Peudococcus sp. bisa dilakukan dengan penyemprotan pestisida nabati 3-4 hari sekali, seperti nimba, tagetes, eceng gondok, atau rumput laut. Untuk memulihkan tanaman yang terserang, berikan nutrisi tanaman organik, baik melalui akar, dengan cara dikocor, maupun melalui tubuh tanaman, dengan cara disemprot.

Kutu Batok (Aspidiotus sp.)

Hama kutu batok menyerang tanaman buah naga dengan cara mengisap cairan batang atau cabang, sehingga pada bagian tanaman terserang berwarna kuning.

Pengendalian hama Kutu Batok (Aspidiotus sp.) bisa dilakukan dengan penyemprotan pestisida nabati 3-4 hari sekali, seperti nimba, tagetes, eceng gondok, atau rumput laut. Untuk memulihkan tanaman yang terserang, berikan nutrisi tanaman organik, baik melalui akar, dengan cara dikocor, maupun melalui tubuh tanaman, dengan cara disemprot.

Bekicot

Hama bekicot menyerang tanaman buah naga terutama pada musim hujan. Bekicot menyerang tanaman buah naga pada malam hari dengan cara menggerogoti batang atau cabang tanaman sehingga bagian tanaman yang luka berpotensi terinfeksi oleh penyakit sekunder yang disebabkan oleh fungi maupun bakteri.

Pengendalian bekicot bisa dilakukan secara fisik yaitu dengan melakukan pengontrolan lahan dan mengambil berkicot yang menempel pada tanaman Lebih efektif pengendalian dengan cara ini dilakukan pada malam hari, karena bekicot memiliki aktifitas yang tinggi pada malam hari.

Semut

Pada umumnya, semut akan muncul pada saat tanaman buah naga mulai berbunga. Bunga buah naga memiliki aroma khas dan mengeluarkan cairan yang berasa manis. Semut menyerang dengan mengerubungi bungan yang baru kuncup dan mengakibatkan kulit buah akan berbintik-bintik cokelat. Hal ini tentunya mengakibatkan kualitas buah turun dan harga menjadi rendah. Pengendalian dilakukan dengan menaburkan kapur di sekitar batang utama.

Burung

Gangguan burung umumnya jarang terjadi sehingga tidak perlu dikhawatirkan. Biasanya burung menyerang buah naga yang telah masak. Pemanenan tepat waktu dapat mengurangi resiko serangan burung tersebut.

PENYAKIT BUAH NAGA

Buah naga tergolong tanaman yang agak tahan terhadap serangan penyakit. Namun, bukan berarti tanaman buah naga tidak berpotensi terserang penyakit, apalagi jika lingkungan budidaya tidak sesui dengan syarat pertumbuhannya. Umumnya penyakit mulai menyerang tanaman akibat sanitasi kebun tidak dijaga dengan baik. Jika tanaman terserang penyakit maka harus segera dilakukan penanganan agar tidak menyebar ke tanaman yang lain. Berikut beberapa penyakit yang biasa ditemui pada tanaman buah naga dan cara pengendalian yang dapat dilakukan.

Busuk Pangkal Batang

Penyakit busung pangkal batang umumnya menyerang pada saat awal penanaman. Gejala serangan ditandai dengan adanya pembusukan pada pangkal batang sehingga menyebabkan batang berair dan berwarna kecokelatan. Pada daerah terserang terdapat bulu-bulu putih halus yang merupakan miselium cendawan. Penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan Sclerotium rolfsii Sacc. dan lebih sering menyerang tanaman pada saat cuaca lembab.

Upaya pengendalian dapat dilakukan dengan pengaturan drainase dan kelembaban pada saat musim hujan. Penyemprotan tanaman menggunakan pestisida nabati, seperti daun serai, bawang putih, kunyit, serta bawang merah. Bahan-bahan tersebut direbus dan disemprotkan pada tanaman. Upaya lain yang bisa dilakukan adalah dengan pemanfaatan agensia hayati, seperti Trichoderma sp. dan Gliocldium sp.

Busuk Bakteri

Serangan penyakit ini desebabkan oleh infeksi bakteri Pseudomonas sp. Gejala tanaman yang terserang penyakit busuk bakteri ditandai dengan adanya pembusukan pada pangkal batang, terdapat lendir putih kekuningan pada daerah serangan, serta tanaman tanpak kusan dan layu.

Pengendalian terhadap serangan bakteri ini dilakukan dengan melakukan sanitasi kebun secara rutin, perbaikan drainase untuk mencegah adanya genangan air, pencabutan tanaman terserang dan tanah disekitar titik tanam dibuang jauh dari areal budidaya. Usahakan pembuangan tanah tersebut jangan sampai tercecer. Lubang bekas titik tanam ditaburi dengan kapur agar pH tanah lokal meningkat. Penyemprotan tanaman menggunakan pestisida nabati, seperti daun serai, bawang putih, kunyit, serta bawang merah. Bahan-bahan tersebut direbus dan disemprotkan pada tanaman. Upaya lain yang bisa dilakukan adalah dengan pemanfaatan agensia hayati, seperti Trichoderma sp. dan Gliocldium sp.

Layu Fusarium

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporium. Gejala serangan antara lain cabang tanaman berkerut, layu dan busuk berwarna cokelat. Secara umum gejala yang tampak hampir sama dengan serangan penyakit busuk bakteri.

Pengendalian terhadap serangan bakteri ini dilakukan dengan melakukan sanitasi kebun secara rutin, perbaikan drainase untuk mencegah adanya genangan air, pencabutan tanaman terserang dan tanah disekitar titik tanam dibuang jauh dari areal budidaya. Usahakan pembuangan tanah tersebut jangan sampai tercecer. Lubang bekas titik tanam ditaburi dengan kapur agar pH tanah lokal meningkat. Penyemprotan tanaman menggunakan pestisida nabati, seperti daun serai, bawang putih, kunyit, serta bawang merah. Bahan-bahan tersebut direbus dan disemprotkan pada tanaman. Upaya lain yang bisa dilakukan adalah dengan pemanfaatan agensia hayati, seperti Trichoderma sp. dan Gliocldium sp.

PANEN BUAH NAGA

Panen merupakan kegiatan memetik buah yang telah siap panen atau mencapai kematangan optimal sesuai dengan standar yang ditentukan pasar. Tujuan dari kegiatan panen ini adalah memperoleh hasil dari kegiatan budidaya, yaitu dengan memetik buah yang akan dipanen sesuai dengan tingkat kematangan yang dikehendaki. Umumnya produk hortikultura merupakan produk yang cepat sekali rusak. Meskipun mutunya bagus, tetapi jika pemanenan dilakukan dengan tidak benar maka akan menurunkan kualitasnya. Pada bagian ini akan dibahas tentang panen buah naga Super Red (Hylocereus costaricensis).

Setelah berumur 1,5-2 tahun tanaman buah naga mulai berbunga. Buah naga Super Red siap panen memerlukan waktu antara 50-55 hari sejak muncul bunga. Setelah bunga muncul pada bagian cabang atau tangkai buah diberi tanda tanggal munculnya bunga tersebut mengguunakan kertas dan ditulis dengan spidol, lalu kertas dibungkus dengan plastik bening agar tidak rusak. Biasanya pada 2 tahun pertama, setiap tiang mampu menghasilkan 8-10 buah naga dengan bobot 400-600 gram/buah. Umur produktif tanaman buah naga berkisar 15-20 tahun.

Ciri-Ciri buah naga siap panen antara lain:

  1. Umur buah sejak telah mencapai 50-55 hari setelah muncul bunga;
  2. Warna kulit buah mengkilat dengan sisik berubah dari hijau menjadi kemerahan;
  3. Mahkota buah telah mengecil;
  4. Kedua pangkal buah keriput dan kering;
  5. Bentuk buah bulat sempurna dan besar dengan bobot diperkirakan 400-600 g.
Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 06.00-09.00 atau sore hari antara pukul 15.00-17.00. Pemanenan dilakukan saat cuaca cerah dan tidak hujan. Hindari panen pada kondisi lembab karena dapat memicu serangan patogen pada saat penyimpanan.

Pemanenan buah naga harus dilakukan dengan benar untuk menjaga kualitas buah. Cara dan tahap pemanenan adalah sebagai berikut :
  1. Kenakan sarung tangan agar tidak melukai kulit buah.
  2. Gunakan gunting atau alat potong lain yang tajam untuk memotong tangkai buah.
  3. Potong buah tepat pada tangkainya, lakukan dengan hati-hati, jangan sampai melukai kulit buah maupun percabangan tempat buah tersebut.
  4. Bungkus buah yang telah dipanen dengan koran dan diletakkan ke dalam keranjang dengan posisi tangkai buah menghadap ke bawah. Bagian bawah atau dasar keranjang diberi alas menggunakan daun kering atau kertas koran.
  5. Bagian atas buah juga diberi alas untuk meletakkan buah pada lapisan di atasnya, bisa menggunakan daun kering atau kertas koran, sehingga dapat mengurangi tekanan buah pada lapisan di atasnya.
  6. Tinggi lapisan buah pada keranjang tidak lebih dari tiga lapis agar buah bagian bawah tidak menerima beban terlalu berat.

BUAH NAGA

More aboutBUDIDAYA BUAH NAGA ORGANIK

JAGUNG (Zea mays)

MENGENAL TANAMAN JAGUNG, BUDIDAYA JAGUNG, HAMA PENYAKIT TANAMAN JAGUNG



MENGENAL TANAMAN JAGUNG

Jagung (Zea mays) merupakan tanaman pokok kedua setelah padi. Jagung mengandung kalori yang hampir sama dengan beras dan kaya akan protein sehingga merupakan sumber karbohidrat paling memenuhi syarat sebagai pengganti beras. Selain protein, tanaman jagung juga mengandung lemak, kalsium, fosfor, ferrum, serta vitamin A dan vitamin B1.

Klasifikasi Tanaman Jagung dan Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah bisa dilihat pada MENGENAL TANAMAN JAGUNG

BUDIDAYA JAGUNG

Budidaya jagung yang akan diulas di situs ini adalah cara budidaya jagung menggunakan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT). Cara menanam jagung sistem olah tanah ini bertujuan untuk memanfaatkan lahan bekas terutama bekas pertanaman padi sebagai alternatif penggiliran tanaman, disamping itu juga untuk menghemat biaya produksi terutama biaya olah tanah.
Tanaman jagung tumbuh optimal pada pH tanah 6-7 dengan suhu udara berkisar 22-26°C. Ketinggian tempat untuk pertumbuhan optimal tanaman jagung antara 200-800 mdpl, meskipun tanaman jagung masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah berketinggian sampai 1800 mdpl. Selama pertumbuhannya, tanaman jagung membutuhkan sinar matahari penuh tanpa naungan.

Tanaman jagung membutuhkan pemberian pupuk nitrogen dalam jumlah tinggi selama berlangsungnya proses budidaya jagung karena tanaman jagung termasuk tanaman sensitif dan rakus terhadap nitrogen.

Pelaksanaan Budidaya Jagung

Pada persiapan lahan budidaya jagung perlu diperhatikan pemberian pupuk organik atau pupuk kandang yang sudah difermentasi agar selama proses pematangan pupuk kandang atau pupuk organik tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Dalam satu hektar lahan membutuhkan pupuk sebanyak 2 ton.

Pada tanah asam (tanah dengan pH rendah) diperlukan aplikasi pengapuran untuk meningkatkan pH tanah menjadi normal atau mendekati normal. Untuk lebih praktisnya, pemberian kapur mayoritas tanah di Pulau Jawa sebanyak 400 kg/Ha.

Drainase sangat perlu diperhatikan pada budidaya jagung terutama pada saat musim hujan untuk menghindari terjadinya genangan air. Pembersihan gulma dapat dilakukan secara manual dengan mencangkul atau menggunakan herbisida pra-tumbuh. Perlu diperhatikan pada saat menggunakan herbisida pratumbuh yaitu setelah penyemprotan herbisida pratumbuh biarkan lahan diberakan (tidak ditanami) selama 10 hari.

Kebutuhan benih dalam satu hektar sebanyak 6 Kg, angka ini sudah termasuk cadangan penyulaman. Untuk menghindari benih agar tidak terserang hama terutama hama semut setelah benih ditanam, diperlukan tindakan perendaman benih. Lihat Selengkapnya pada artikel BUDIDAYA JAGUNG

Jarak tanam pada budidaya jagung 40 cm x 70 cm. Untuk menghemat perawatan, pada saat membuat lubang tanam sekaligus dibuatkan lubang sebagai tempat pemupukan. Lubang pupuk berjarak 10 cm dari lubang tanam, jadi penugalan dilakukan dua titik sekaligus. Penanaman benih jagung sebanyak dua butir perlubang tanam. Sedangkan pemupukan pada lubang pemupukan yang sudah dipersiapkan dilakukan pada hari yang sama menggunakan pupuk NPK dan pupuk urea dengan perbandingan 2 NPK 15-15-15 dan 1 urea. Dosis pemupukan sebanyak 1 sendok makan per-lubang.

Pemeliharaan Tanaman Pada Budidaya Jagung

Penyulaman budidaya jagung dilakukan setelah tanaman jagung berumur 7 HST (Hari Setelah Tanam) dengan mengganti benih jagung yang terserang hama baik ulat tanah, semut maupun hama lainnya serta benih jagung yang tidak tumbuh.

Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara pencangkulan secara tipis hanya untuk memotong gulma di permukaan, kemudian tanah bekas cangkulan dibalik dan digunakan untuk menimbun batang tanaman jagung agar lebih kuat bila diterpa angin. Secara kimiawi dapat juga menggunakan herbisida pratumbuh.

Pemupukan Susulan diberikan melalui akar dengan cara membuat lubang pemupukan berjarak 15 cm dari batang, masukkan pupuk pada lubang, untuk menghindari penguapan terutama unsur nitrogen, setelah melakukan pemupukan lubang pupuk ditutup lagi menggunakan tanah. Pemupukan susulan diberikan dua kali, pemupukan pertama pada saat tanaman jagung berumur 25 HST dengan perbandingan 2 NPK 15-15-15 dan 1 urea. Berikan pupuk sebanyak 1 sendok makan per lubang tanam. Pemupukan kedua diberikan pada saat tanaman jagung berumur 50 HST menggunakan NPK 15-15-15. Dosis pemupukan 1 sendok makan per-lubang tanam.
Selain pupuk akar, untuk memacu pertumbuhan tanaman jagung, perlu juga diberikan pupuk daun. Pemberian Pupuk daun berkandungan nitrogen tinggi diberikan pada saat tanaman jagung berumur 15, 22, 29, dan 36 HST, sedangkan pupuk daun dengan kandungan phosphat dan kalium tinggi diberikan pada saat tanaman jagung berumur 40, 47, 54, dan 61 HST.

Lihat Artikel BUDIDAYA JAGUNG Untuk Informasi Lebih Detailnya

HAMA PENYAKIT TANAMAN JAGUNG

HAMA TANAMAN JAGUNG

Ulat Tanah

Hama ulat tanah yang menyeran tanaman jagung adalah (Agrotis sp.).
Pengendalian hama ini dapat dilakukan menggunakan insektisida biologi dari golongan bakteri seperti Bacilius thuringiensis atau insektisida biologi dari golongan jamur seperti Beauvaria bassiana. Secara kimiawi bisa dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada kemasan.

Belalang

Hama belalang yang menyerang tanaman jagung adalah (Locusta sp., dan Oxya chinensis).
Pengendalian secara kimiawi bisa dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada kemasan.

Kumbang Bubuk

Hama kumbang bubuk yang menyerang jagung adalah (Sitophilus zeamais Motsch).
Pengendalian hama kumbang bubuk :
a) Pengelolaan tanaman dengan baik dapat menekan terjadinya serangan.
b) Penggunaan varietas resisten/tahan serangan hama kumbang bubuk.
c) Kebersihan dan pengelolaan gudang.
d) Persiapan biji jagung yang disimpan.
e) Perlakuan biji jagung baik secara fisik dan mekanis dengan penjemuran dan sortasi.
f) Memamfaatkan bahan tanaman.
g) Pengendalian hayati dengan memanfaatkan agensia patogen seperti Beauveria bassiana pada konsentrasi 109 konidia/ml takaran 20 ml/kg biji dapat mencapai mortalitas 50%. Penggunaan parasitoid Anisopteromalus calandrae (Howard) mampu menekan kumbang bubuk.
h) Dilakukan fumigasi

Lalat Bibit

Lalat bibit yang menyerang tanaman jagung adalah (Atherigona sp.).
Pengendalian hama lalat bibit
a) Pengendalian hayati dengan memanfaatkan agensia patogen.
b) Secara kultur teknis dengan penggiliran tanaman.
c) Penggunaan varietas resisten/tahan serangan hama lalt bibit.
d) Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan perlakuan benih (seed dressing) yaitu thiodikarb dengan dosis 7,5-15 g b.a./kg benih atau karbofuran dengan dosis 6 g b.a./kg benih maupun penyemprotan pestisida pada tanaman jagung berumur 5-7 HST menggunakan karbosulfan dengan dosis 0,2 kg b.a./ha atau thiodikarb 0,75 kg b.a/ha. Penggunaan insektisida hanya dianjurkan di daerah endemik .

Ulat Grayak

Hama ulat grayak yang menyerang tanaman jagung adalah (Spodoptera sp.).
Pengendalian hama ulat grayak
a) Pengendalian secara fisik dapat dilakukan pada saat tanaman jagung berumur 2 minggu, dengan cara memasang alat perangkap ngengat sex feromonoid sebanyak 40 buah/Ha.
b) Penggunaan agensia hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami.
c) Pengendalian secara kimiawi dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada kemasan.

Penggerek Tongkol

Hama penggerek tongkol yang menyerang tanaman jagung adalah (Heliotis armigera, Helicoverpa armigera.)
Pengendalian hama penggerek tongkol
a) Pemanfaatan musuh alami, seperti trichogramma sp.
b) Pengendalian secara kimiawi dilakukan setelah terbentuk rambut jagung pada tongkol dan selang 1-2 hari hingga rambut jagung berwarna coklat.

Penggerek Batang

Hama penggerek batang yang menyerang tanaman jagung adalah (Ostrinia fumacalis).
Pengendalian hama penggerek batang
a) Kultur teknis
b) Waktu tanam yang tepat.
c) Tumpangsari jagung dengan kedelai atau kacang tanah.
d) Pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman).
e) Pemanfaatan musuh alami seperti :
- Parasitoid Trichogramma spp.Parasitoid tersebut dapat memarasit telur O. furnacalis.
- Predator Euborellia annulata memangsa larva dan pupa O. furnacalis.
- Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikan larva O. furnacalis,
- Cendawan Beauveria bassianadan Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O. furnacalis. Ambang ekonomi 1 larva/tanaman.
f) Pengendalian secara kimiawi dengan penggunaan insektisida yang berbahan aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos, dan karbofuran efektif untuk menekan serangan penggerek batang jagung.

Kutu Daun

Hama kutu daun pada tanaman jagung adalah (Mysus persicae).
Pengendalian hama Mysus persicae dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Lihat Artikel HAMA PENYAKIT TANAMAN JAGUNG Untuk Informasi Lebih Detailnya

PENYAKIT


Hawar Daun

Penyakit hawar daun pada tanaman jagung adalah (Helmithosporium turcicum).
Pengendalian penyakit hawar daun
a) Menanam varietas tahan Bisma, Pioner-2, pioner-14, Semar-2 dan semar-5
b) Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya pada tanaman jagung yang terserang penyakit hawar daun.
c) Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate.

Busuk Pelepah

Penyakit busuk pelepah yang menyerang tanaman jagung adalah (Rhizoctonia solani).
Pengendalian penyakit busuk pelepah
a) Menggunakan varietas/galur yang tahan sampai agak tahan.
b) Jarak tanam ideal, tidak terlalu rapat untuk menjaga kelembaban.
c) Drainase baik.
d) Pergiliran tanaman.
e) Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan karbendazim.

Penyakit Bulai

Penyakit bulai yang menyerang tanaman jagung adalah (Peronosclerospora maydis).
Pengendalian penyakit bulai
a) Menanam varietas tahan penyakit bulai.
b) Pergiliran tanaman.
c) Penanaman jagung secara serempak
d) Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya pada tanaman jagung yang terserang penyakit bulai.
e) Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida metalaksil pada benih jagung (perlakuan benih) dengan dosis 2 gram (0,7 g bahan aktif) perkilogram benih.

Busuk Tongkol

Ada beberapa jenis penyakit busuk tongkol pada tanaman jagung

a. Busuk tongkol Fusarium

Penyakit busuk tongkol Fusarium disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium moniliforme.

b. Busuk tongkol Diplodia

Gejala busuk tongkol Diplodia disebabkan oleh infeksi cendawan Diplodia maydis.

c. Busuk tongkol Gibberella

Gejala busuk tongkol Gibberella disebabkan oleh infeksi cendawan Gibberella roseum.

Pengendalian penyakit busuk tongkol
a) Melakukan pemupukan berimbang .
b) Tidak membiarkan tongkol terlalu lama mengering di lapangan, jika musim hujan bagian batang dibawah tongkol dipotong agar ujung tongkol tidak mengarah keatas.
c) Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan termasuk padi-padian, karena patogen ini mempunyai banyak tanaman inang.

Busuk Batang

Penyakit busuk batang yang menyerang tanaman jagung ada delapan spesies/cendawan seperti Colletotrichum graminearum, Diplodia maydis, Gibberella zeae, Fusarium moniliforme, Macrophomina phaseolina, Pythium apanidermatum, Cephalosporium maydis, dan Cephalosporium acremonium.
Pengendalian penyakit busuk batang
a) Menanam varietas tahan.
b) Pergiliran tanaman.
c) Pemupukan berimbang, menghindari pemberian N tinggi dan K rendah.
d) Drainase baik.
e) Pengendalian hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan cendawan antagonis Trichoderma sp.

Karat Daun

Penyakit karat daun pada tanaman jagung adalah (Puccinia polysora).
Pengendalian penyakit karat daun
a) Menanam varietas tahan.
b) Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya pada tanaman jagung yang terserang penyakit karat daun.
c) Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida dengan bahan aktif benomil

Bercak Daun

Penyakit bercak daun yang menyerang tanaman jagung adalah (Bipolaris maydis Syn.).
Pengendalian penyakit bercak daun
a) Menanam varietas tahan.
b) Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai akarnya pada tanaman jagung yang terserang penyakit bercak daun.
c) Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim.

Virus Mosaik

Pengendalian virus mosaik
a) Mencabut tanaman yang terinfeksi seawal mungkin agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman sekitarnya ataupun pertanaman yang akan datang.
b) Mengadakan pergiliran tanaman.
c) Penggunaan pestisida apabila di lapangan populasi vektor cukup tinggi.
d) Tidak penggunakan benih yang berasal dari tanaman yang terinfeksi virus.

Lihat Artikel HAMA PENYAKIT TANAMAN JAGUNG Untuk Informasi Lebih Detailnya
More aboutJAGUNG (Zea mays)

MENGENAL TANAMAN JAHE

MENGENAL TANAMAN JAHE

Jahe merupakan salah satu jenis tanaman rempah-rempah yang ada di Indonesia. Komoditas ini dikenal sejak jaman panjajahan Belanda, konon alasan negeri Belanda datang ke Indonesia karena tanaman jahe. Rimpang jahe banyak dicari karena memiliki kelebihan dalam hal kesehatan, kesegaran, dan campuran untuk membuat masakan.

Indonesia sebagai negara tropis merupakan daerah yang cocok untuk tanaman jahe. Namun pada kenyataannya tidak mudah untuk mendapatkan jahe dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan, baik kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

Jahe (Zingiber officinale Rosc) merupakan tanaman rempah yang dimanfaatkan sebagai minuman atau campuran pada berbagai bahan pangan. Rasa jahe yang pedas bila dibuat minuman bisa memberikan sensasi sebagai pelega dan penyegar tenggorokan, juga bisa memberikan rasa hangat pada tubuh.

Selain sebagai penyedap makanan dan minuman, rimpang jahe juga berkhasiat sebagai obat-obatan. Dewasa ini jahe banyak dimanfaatkan untuk asupan makanan, industri makanan/minuman, atau bahan obat. Oleh karena itu, rimpang jahe juga banyak dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Jahe (Zingiber officinale Rosc) termasuk kedalam kelas Monocotyledon yaitu tanaman berkeping satu dan famili Zingiberaceae atau famili temu-temuan. Tanaman ini merupakan salah satu jenis tanaman rempah-rempah yang telah lama tumbuh di Indonesia. Bahkan bangsa asing mencoba mencari dan mendatangi negara Indonesia beberapa abad silam karena tanaman ini.


Asal Tanaman Jahe


Nama Zingiber merupakan nama latin yang berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu singibera, yang mempunyai makna berbentuk tanduk. Hal itu dikarenakan percabangan rimpang jahe memiliki bentuk yang menyerupai tanduk rusa. Biasanya tanaman ini banyak tumbuh di pekarangan rumah maupun di kebun. Bahkan sekarang tanaman jahe banyak dibudidayakan di daerah tegalan.

Sejak jaman dahulu, tanaman jahe sudah dikenal dan dibutuhkan banyak orang. Namun sayangnya pada saat itu merka belum mengenal cara budidaya jahe yang baik dan benar sehingga hasil panen waktu itu tidak maksimal. Tanaman jahe diperkirakan berasal dari India dan Cina yang terkenal sebagai negara yang memanfaatkan jahe untuk obat-obatan. Bangsa Yunani dan Romawi memperoleh jahe dari para pedagang Arab yang membawa jahe dari India. Sementara itu orang-orang Jamaica mulai mengenal jahe sekitar tahun 1952 yang kemudian dibawa oleh orang-orang Karibia.

Klasifikasi Jahe

Jahe adalah tanaman rimpang yang sudah sangat dikenal sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpang jahe ada yang berbentuk seperti jemari. Adanya rasa pedas yang sangat dominan dalam rimpang jahe disebabkan oleh senyawa keton zingeron. Klasifikasi tanaman jahe digolongkan sebagai berikut :

Filum    :  Plantae
Divisi    :  Spermatophyta
Sub-divisi     :  Angiospermae
Kelas     :  Monocotyledoneae
Ordo    :  Zingiberales
Famili     :  Zingiberaceae
Genus    :  Zingiber
Species    :  Zingiber officinale


Deskripsi Tanaman Jahe


Akar tanaman jahe keluar dari garis lingkaran sisik rimpang, berwarna putih sampai cokelat, berbentuk bulat ramping serta berserat. Akar tumbuh mendatar dekat perpukaan tanan dan bercabang. Jahe merupakan tanaman berbatang semu, berbentuk silindris dengan tinggi tanaman berkisar antara 30-100 cm. Tanaman jahe memiliki rimpang berwarna putih, putih kekuningan, dan jingga.

Daun berpasangan berbentuk menyerupai pedang, dan tersusun berseling-seling secara teratur dengan panjang 15 – 23 cm, lebar 1– 3 cm, dengan panjang tangkai daun berkisar 2–4 mm. Tulang daun tersusun sejajar serta permukaan daun bagian atas berbulu putih. Ujung daun berbentuk runcing yang membulat pada bagian pangkal. Daun terdiri atas upih dan helaian, pada setiap buku terdapat dua daun.

Bunga tanaman jahe tersusun dalam rangkaian malai atau bulir yang berbentuk silinder seperti jagung. Bunga tersebut tumbuh dari rimpang yang keluar dari permukaan tanah diantara batang tanaman dan terpisah dari batang dan daunnya. Bunga tersebut berbentuk seperti tongkat, tetapi kadang-kadang keluar juga bunga dengan bentuk bulat telur. Panjang malai sekitar 4-7 cm dengan lebar 1,5–2,5 cm. Setiap bunga dilindungi oleh daun pelindung (bractea) berwarna hijau cerah berbentuk bulat telur (ovatus) atau jorong(elliptic). Di dalam daun pelindung terdapat 1-8 bunga jahe yang memiliki mahkota berbentuk tabung dengan helaian agak sempit berwarna kuning kehijauan. Bibir mahkota bunga berwarna ungu gelap dan berbintik-bintik putih kekuningan. Bunga tanaman jahe memiliki benang sari semu (staminodium) yang menyerupai mahkota bunga. Tangkai putiknya berjumlah dua buah dengan kepala sari berwarna ungu berkukuran 9 mm. Kepala putik berada di atas kepala sari sehingga kecil kemungkinan untuk terjadi penyerbukan sendiri. Namun peluang untuk terjadi penyerbukan buatan masih terbuka.


Jenis Tanaman Jahe


Secara umum terdapat tiga jenis tanaman jahe yang dapat dibedakan dari aroma, warna, bentuk, dan besar rimpang. Ketiga jenis tanaman jahe tersebut adalah jahe putih besar, jahe putih kecil, dan jahe merah. Jahe putih besar biasa disebut juga dengan jahe gajah atau jahe badak, hal itu dikarenakan jahe putih besar memiliki ukuran rimpang yang lebih besar dengan bentuk yang gemuk.


Jahe Putih Besar


Jahe putih besar memiliki rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Rimpang jahe ini berwarna putih kekuningan. Jahe putih besar bisa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan. Rasa rimpang jahe gajah tidak begitu pedas dibanding jahe putih kecil dan jahe merah. Jahe ini memiliki kandungan minyak atsiri sekitar 0,18-1,66% dari berat kering.


Jahe Putih Kecil


Jahe putih kecil atau disebut juga jahe emprit memiliki ruas kecil dengan warna rimpang putih. Bentuknya agak pipih dan berserat lembut. Saat ini telah diciptakan varietas unggul jahe putih kecil atau jahe emprit, yaitu JPK 3 dan JPK 6 yang mampu berproduksi hingga 16 ton/ha. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan dan memiliki kandungan minyak atsiri yang tinggi yaitu 1,7-3,8% berat kering dan kadar oleoresin 2,39-8,87%.


Jahe Merah


Jahe merah yang memiliki nama latin Zingiber offocinale var. rubrum biasa disebut juga dengan nama jahe sunti. Jahe merah memiliki rasa yang sangat pedas dengan aroma yang sangat tajam sehingga sering dimanfaatkan untuk pembuatan minyak jahe dan bahan obat-obatan. Jahe merah memiliki rimpang yang berwarna kemerahan dan lebih kecil jika dibandingkan dengan jahe putih kecil atau sama dengan jahe kecil dengan serat yang kasar. Jahe ini memiliki kandungan minyak atsiri sekitar 2,58-3,90% dari berat kering.


Kebutuhan Jahe


Kebutuhan permintaan jahe dari Indonesia ke negara pengimpor jahe beberapa tahun terakhir ini cukup meningkat. Volume permintaan dalam negeri juga terus meningkat seiring dengan semakin berkembangnya industri makanan dan minuman yang menggunakan bahan baku jahe. Sayangnya, adanya peningkatan permintaan jahe belum dapat diimbangi dengan peningkatan produksi jahe.

Adapun negara tujuan jahe dari Indonesia antara lain Jepang, Arab Saudi, serta Malaysia dalam bentuk jahe segar, jahe kering, dan jahe olahan. Komoditas ekspor olahan seperti asinan (jahe putih besar), jahe kering (jahe putih besar, jahe putih kecil, dan jahe merah), maupun minyak atsiri dari jahe putih kecil dan jahe merah.

Berdasarkan hal tersebut di atas, jahe layak dijadikan sebagai salah satu komoditas unggulan dalam usaha mengembangan agribisnis dan agroindustri. Selain itu, jahe juga memiliki peluang cukup besar untuk dikembangkan. Hal itu dikarenakan selain iklim, kondisi tanah, dan letak geografis, Indonesia sangat cocok untuk bertanam jahe. Dengan demikian Indonesia bisa menjadi salah satu negara penyuplai jahe terbesar di dunia.
More aboutMENGENAL TANAMAN JAHE