PUPUK DAN PEMUPUKAN

MENGENAL PUPUK

Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi unsur hara untuk menggantikan unsur yang habis terserap tanaman. Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan sehingga tanaman mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun anorganik. Jadi memupuk adalah menambahkan material dalam hal ini unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pupuk berbeda dengan hormon tanaman atau ZPT (Zat Pengatur Tumbuh). Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sedangkan ZPT membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ZPT dapat ditambahkan ke dalam pupuk terutama pupuk buatan.

Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Agar pemberiannya tepat, perlu diperhatikan kebutuhan tanaman tersebut, sehingga tidak terlalu banyak bahan makanan yang diberikan karena jika terlalu sedikit atau terlalu banyak dapat membahayakan tanaman.

Berdasarkan kebutuhan tanaman, pupuk dikelompokkan menjadi :

Pupuk Makro

Pupuk makro adalah pupuk yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar, terdiri dari unsur makro primer dan sekunder. Unsur makro primer meliputi Nitrogen (N), Pospat (P), dan Kalium (K), sedangkan makro sekundernya meliputi Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S).

Pupuk Mikro

Pupuk mikro adalah pupuk yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif kecil. Sekalipun dibutuhkan dalam jumlah sedikit pupuk ini mutlak diperlukan tanaman, meliputi Klor (Cl), Besi(Fe), Mangan (Ma), Tembaga (Cu), Boron (B), Molibdenum (Mo), dan Seng (Zn).

Berdasarkan asalnya, pupuk dikelompokkan menjadi :

Pupuk Organik

Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik baik dari kotoran hewan atau manusia maupun dari sisa-sisa pelapukan tanaman.

Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik adalah pupuk buatan pabrik yang dibuat dari bahan-bahan kimia berkadar hara tinggi. Contoh Urea, SP36, KCl, dll.

Berdasarkan cara pemberiannya, pupuk dikelompokkan menjadi :

Pupuk Akar

Pupuk akar adalah pupuk yang diberikan ke dalam tanah agar terserap oleh akar tanaman, baik dalam bentuk padat maupun cair (kocoran).

Pupuk Daun

Pupuk daun adalah pupuk yang diberikan langsung ke tanaman melalui mulut daun (stomata) dengan cara disemprotkan.

PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK

PUPUK ORGANIK

Fungsi Pupuk Organik

  1. Memperbaiki struktur tanah.
  2. Meningkatkan daya serap tanah terhadap air.
  3. Menciptakan kondisi yang baik untuk kehidupan di dalam tanah.
  4. Sumber unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

JENIS-JENIS PUPUK ORGANIK

Pupuk Kandang

Adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan baik padat maupun cair. Kandungan unsur hara kotoran ternak berbeda-beda karena masing-masing ternak mempunyai sifat khas tersendiri. Kandungan unsur hara dalam pupuk dipengaruhi oleh jenis ternak, makanan dan usia ternak.

Kompos

Adalah pupuk yang berasal dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota, dll. Proses pelapukan kompos dapat dipercepat melalui bantuan manusia. Pengomposan berarti merangsang perkembangan bakteri (jasad renik) untuk menguraikan bahan-bahan yang dikomposkan agar terurai menjadi senyawa lain. Dalam proses penguraian tersebut mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik sukar larut menjadi senyawa organik larut (tersedia) sehingga langsung bisa diserap tanaman. Pengomposan juga bertujuan menurunkan rasio C/N. Jika bahan organik yang memiliki rasio C/N  tinggi tidak dikomposkan dan langsung diberikan ke dalam tanah maka proses penguraiannya akan terjadi di tanah, mengakibatkan CO2 dalam tanah meningkat sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman, bahkan pada tanah ringan mengakibatkan daya ikat terhadap air rendah serta struktur tanahnya berserat dan kasar.

Pupuk Hijau

Adalah pupuk yang berasal dari tanaman (hijauan) meliputi bagian daun, tangkai dan batang muda tanaman tertentu yang banyak mengandung unsur Nitrogen. Tanaman yang dikategorikan pupuk hijau mempunyai bakteri rhizobium yang menempel pada akar, terutama pada tanaman famili Leguminosae.

Humus

Adalah sisa tumbuhan berupa daun, akar, cabang dan batang yang sudah membusuk secara alami lewat bantuan mikroorganisme dan cuaca. Sifat humus tidak berbeda dari kompos yaitu mudah mengikat air dan gembur, sedangkan ciri khasnya berwarna hitam sampai coklat tua. Salah satu cara menambahkan humus ke dalam tanah adalah dengan membenamkan pupuk hijau ke dalam tanah sehingga akan terjadi pembusukan yang membentuk humus.

PUPUK ANORGANIK

Keuntungan pemberian pupuk anorganik :
  1. Pemberiannya terukur, karena komposisi haranya tepat.
  2. Pemberiannya sedikit karena kandungan haranya tinggi sehingga dapat menekan biaya pengangkutan.

JENIS-JENIS PUPUK ANORGANIK

Pupuk Tunggal

Adalah pupuk yang kandungan haranya hanya satu hara utama. Misal Urea mengandung unsur N (Nitrogen), SP36 mengandung unsur P (Pospat) dan KCl yang mengandung unsur K (Kalium).

Pupuk Majemuk

Adalah pupuk yang kandungan hara utamanya lebih dari satu unsur. Misal ZA mengandung unsur N (Nitrogen) dan S (Sulfur), NPK mengandung unsur N (Nitrogen), P(Pospat) dan K (Kalium), DAP (Diamonium-phospat) mengandung unsur N (Nitrogen) dan P (Pospat). KNO3 mengandung unsur K (Kalium) dan N (Nitrogen), MKP (Mono Kalium Phospat) mengandung unsur P (pospat) dan K (Kalium).

CARA MEMUPUK

Cara memupuk sangat tergantung pada jenis tanaman dan kebiasaan teknik budidaya yang diterapkan karena kita tidak bisa mengetahui kebutuhan tanaman secara tepat dan kandungan unsur hara tersedia dalam tanah. Semua hanya berdasarkan pengamatan fisik, kecuali jika kita menganalisa kandungan hara tanah ke laboratorium.

Macam-Macam Cara Memupuk

Ditabur atau disebar

Diterapkan untuk pupuk berupa butiran (granule) atau serbuk. Pemupukan cara ini dilakukan pada tanaman yang jarak tanamnya rapat atau tidak teratur dan pada tanaman yang sistem perakarannya dangkal seperti tanaman padi.

Larikan

Bikin larikan untuk memupuk, masukkan pupuk ke dalam larikan kemudian tutup lagi dengan tanah agar pupuk yang diberikan tidak mudah menguap. Pemupukan cara ini dilakukan pada tanaman yang jarak tanamnya lebar dan teratur seperti jagung, kacang tanah, dll.

Dimasukkan ke lubang tanam

Digunakan untuk tanaman tahunan yang sebelumnya diawali dengan pembuatan lubang tanam. Pupuk dimasukkan ke dalam lubang kemudian ditutup lagi dengan tanah.

Pengocoran

Diterapkan untuk pupuk cair atau pupuk padat yang pemberiannya dilarutkan dulu dalam air. Keuntungan memupuk cara ini adalah pupuk langsung diserap oleh akar tanaman yang kemudian diolah oleh daun.


Artikel Terkait :

Hormon Tumbuhan (ZPT)

Hormon tumbuhan atau sering disebut fitohormon merupakan sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun buatan, yang dalam kadar sangat kecil mampu menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis untuk mendorong...

Defisiensi Unsur Hara

Defisiensi atau kahat unsur hara adalah kekurangan meterial (bahan) yang berupa makanan bagi tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya, ada jenis tanaman yang rakus makanan dan adapula yang biasa...

pH Tanah

Tanah merupakan media tumbuh alami yang menyediakan makanan (unsur hara) bagi kelangsungan hidup tumbuh-tumbuhan (tanaman). Agar tanaman mampu berproduksi optimal berkesinambungan, kualitas tanah harus tetap dipertahankan. Kesalahan-kesalahan dalam...

Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar diambil dari alam dengan kandungan unsur hara alamiah. Pupuk organik merupakan bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Dalam pemberian pupuk untuk tanaman, ada beberapa hal yang harus...

Membuat Pupuk Organik (Kompos) Cair

Setiap orang tidak menginginkan tinggal di tempat yang banyak sampahnya, karena bau yang menyengat dari sampah membuat kita tidak merasa. Apalagi kesadaran masyarakat saat ini tergolong rendah dalam hal mengurangi produksi sampah...
More aboutPUPUK DAN PEMUPUKAN

HORMON TUMBUHAN ATAU ZPT (ZAT PENGATUR TUMBUH)

HORMON TUMBUHAN

Hormon tumbuhan atau sering disebut fitohormon merupakan sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun buatan, yang dalam kadar sangat kecil mampu menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis untuk mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan. "Kadar kecil" yang dimaksud berada pada kisaran satu milimol per liter sampai satu mikromol per liter.

Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan. Namun demikian, hormon tumbuhan tidak dihasilkan dari suatu jaringan khusus berupa kelenjar buntu (endokrin) sebagaimana hewan, tetapi dihasilkan dari jaringan non-spesifik (biasanya meristematik) yang menghasilkan zat ini apabila mendapat rangsang. Penyebaran hormon tumbuhan tidak harus melalui sistem pembuluh karena hormon tumbuhan dapat ditranslokasi melalui sitoplasma atau ruang antarsel.

Hormon tumbuhan dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan ("endogen"). Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai menunjukkan ekspresi sehingga akan tampak perubahan pada tanaman. Dari sudut pandang evolusi hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.


Artikel Terkait :
Pemberian hormon dari luar sistem individu ("eksogen") dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan) yang menimbulkan rangsang yang serupa dengan fitohormon alami.

Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses pengaturan genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Oleh karena itu, untuk mengakomodasi perbedaan dari hormon hewan, dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh tumbuhan atau ZPT (bahasa Inggris: plant growth regulator/substances) bagi hormon tumbuhan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ZPT banyak digunakan dalam pertanian modern untuk meningktkan kualitas serta kuantitas produk. Beberapa fungsi ZPT diantaranya ialah :

HORMON TUMBUH AUKSIN

Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar, dan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Auksin berperan penting dalam pertumbuhan. Peran auksin pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Belanda bernama Fritz Went (1903-1990).

Fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu proses pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan, membantu proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. Kerja hormon auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin. Tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan lambat karena kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak dihambat. Sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme.

Untuk membedakan tanaman yang memiliki hormon dalam jumlah banyak atau sedikit kita harus mengetahui bentuk anatomi dan fisiologi tanaman. Untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang gelap pertumbuhannya sangat cepat tetapi tekstur dari batangnya sangat lemah dengan warna cenderung pucat kekuningan. Hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari. Sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang tingkat pertumbuhannya sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan ditempat gelap, tetapi tekstur batangnya sangat kuat dan juga warnanya segar kehijauan, hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat oleh sinar matahari.

Cara kerja hormon Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu protein tertentu yg ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen dengan rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yg masuk secara osmosis.

Auksin merupakan salah satu hormon tanaman yang banyak mempengaruhi proses fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta sintesa protein (Darnell, dkk., 1986).

Auksin diproduksi dalam jaringan meristimatik yang aktif (yaitu tunas , daun muda dan buah) (Gardner, dkk., 1991). Kemudian auxin menyebar luas dalam seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya dengan arah dari atas ke bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis (floom) atau jaringan parenkhim (Rismunandar, 1988). Auksin atau dikenal juga dengan IAA (Asam Indolasetat) yaitu sebagai auxin utama pada tanaman, dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN (Indolaseto nitril), TpyA (Asam Indolpiruvat) dan IAAld (Indolasetatdehid). Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk., 1991).

Auksin pertama kali diisolasi pada tahun 1928 dari biji-bijian dan tepung sari bunga yang tidak aktif, dari hasil isolasi didapatkan rumus kimia auksin (IAA = Asam Indolasetat) atau C10H9O2N. Setelah ditemukan rumus kimia auksin, maka terbuka jalan untuk menciptakan jenis auksin sintetis seperti Hidrazil atau 2, 4 - D (asam -Nattalenasetat), Bonvel Da2, 4 - Diklorofenolsiasetat), NAA (asam (asam 3, 6 - Dikloro - O - anisat/dikambo), Amiben atau Kloramben (Asam 3 - amino 2, 5 – diklorobenzoat) dan Pikloram/Tordon (asam 4 – amino – 3, 5, 6 – trikloro – pikonat).

Fungsi hormon tumbuh auksin dalam pertumbuhan tanaman

  • Perkecambahan biji. Auksin akan mematahkan dormansi biji dan akan merangsang proses perkecambahan biji. Perendaman biji/benih dengan Auksin juga akan membantu menaikkan kuantitas hasil panen.
  • Pembentukkan akar. Auksin akan memacu proses terbentuknya akar serta pertumbuhan akar dengan lebih baik.
  • Pembungaan dan pembuahan. Auksin akan merangsang dan mempertinggi prosentase timbulnya bunga dan buah.
  • Mendorong Partenokarpi. Partenokarpi adalah suatu kondisi dimana tanaman berbuah tanpa fertilisasi atau penyerbukan sehingga dapat menghasilkan buah tanpa biji.
  • Mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya.
  • Memecah dormansi pucuk / apikal, yaitu suatu kondisi dimana pucuk tanaman atau akar tidak mau berkembang.

Auksin dicirikan sebagai substansi yang merangsang pembelokan ke arah cahaya (fotonasti) pada bioassay terhadap koleoptil haver (Avena sativa) pada suatu kisaran konsentrasi. Kebanyakan auksin alami memiliki gugus indol. Auksin sintetik memiliki struktur yang berbeda-beda. Beberapa auksin alami adalah asam indolasetat (IAA) dan asam indolbutirat (IBA). Auksin sintetik (dibuat oleh manusia) banyak macamnya, yang umum dikenal adalah asam naftalenasetat (NAA), asam beta-naftoksiasetat (BNOA), asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-D), dan asam 4-klorofenoksiasetat (4-CPA). 2,4-D juga dikenal sebagai herbisida pada konsentrasi yang jauh lebih tinggi.


HORMON TUMBUH SITOKININ

Golongan sitokinin, sesuai namanya, merangsang atau terlibat dalam pembelahan sel (cytokinin berarti "terkait dengan pembelahan sel"). Senyawa dari golongan ini yang pertama ditemukan adalah kinetin. Kinetin diekstrak pertama kali dari cairan sperma burung bangkai, namun kemudian diketahui ditemukan pada tumbuhan dan manusia. Selanjutnya, orang menemukan pula zeatin, yang diekstrak dari bulir jagung yang belum masak. Zeatin juga diketahui merupakan komponen aktif utama pada air kelapa, yang dikenal memiliki kemampuan mendorong pembelahan sel. Sitokinin alami lain misalnya adalah 2iP. Sitokinin alami merupakan turunan dari purin. Sitokinin sintetik kebanyakan dibuat dari turunan purin pula, seperti N6-benziladenin (N6-BA) dan 6-benzilamino-9-(2-tetrahidropiranil-9H-purin) (PBA).

Fungsi hormon tumbuh sitokinin dalam pertumbuhan tanaman

  • Pembelahan sel dan pembesaran sel. Sitokinin memegang peranan penting dalam proses pembelahan dan pembesaran sel, sehingga akan memacu kecepatan pertumbuhan tanaman.
  • Pematahan Dormansi biji. Sitokinin berfungsi untuk memecah dormansi pada biji-bijian tanaman.
  • Pembentukkan tunas-tunas baru, turut dipacu dengan penggunaan Sitokinin.
  • Penundaan penuaan atau kerusakan pada hasil panenan sehingga lebih awet.
  • Menaikkan tingkat mobilitas unsur-unsur dalam tanaman.
  • Sintesis pembentukkan protein akan meningkat dengan pemberian Sitokinin.

HORMON TUMBUH GIBERELIN

Golongan ini merupakan golongan yang secara struktur paling bermiripan, dan diberi nama dengan nomor urut penemuan atau pembuatannya. Senyawa pertama yang ditemukan memiliki efek fisiologi adalah GA3 (asam giberelat 3).

Giberelin (GA) merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua siklus hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji, perpanjangan batang, induksi bunga, pengembangan anter, perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp. Selain itu, hormon ini juga berperan dalam respon menanggapi rangsangan  berkaitan dengan mekanisme biosntesis GA.

Giberelin pada tumbuhan dapat ditemukan dalam dua fase utama yaitu giberelin aktif (GA Bioaktif) dan giberelin nonaktif. Giberelin yang aktif secara biologis (GA bioaktif) mengontrol beragam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk perkecambahan biji, perpanjangan batang, pembesaran daun dan bunga serta pengembangan benih. Hingga tahun 2008 terdapat lebih lebih dari seratus GA telah diidentifikasi dari tanaman dan hanya sejumlah kecil dari mereka, seperti GA1 dan GA4, diperkirakan berfungsi sebagai bioaktif hormon.

Giberelin pertama kali dikenal pada tahun 1926 oleh seorang ilmuwan Jepang, Eiichi Kurosawa, yang meneliti tentang penyakit padi "bakanae" . Hormon ini pertama kali diisolasi pada tahun 1935 oleh Teijiro Yabuta, dari strain jamur (Gibberella fujikuroi). oleh Kurosawa Yabuta disebut isolat giberelin.

Giberelin merupakan hormon yang mempercepat perkecambahan biji, pertumbuhan tunas, pemanjangan batang, pertumbuhan daun, merangsang pembungaan, perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan dan deferensiasi akar (Campbell, 2005). Giberelin bukan hanya memacu pemanjangan batang saja, tapi juga pertumbuhan seluruh tumbuhan, termasuk daun dan akar.

Bila giberelin diberikan di bawah tajuk, peningkatan pembelahan sel dan pertumbuhan sel tampak mengarah kepada pemanjangan batang dan, pada beberapa spesies, perkembangan daunnya berlangsung lebih cepat, sehingga meningkatkan proses fotosintesis (Salisbury dan Ross, 1995).

Fungsi fisiologis hormon tumbuh giberelin

Fungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung pada jenis giberelin yang ada di dalam tanaman tersebut. Beberapa proses fisiologi yang dirangsang oleh giberelin antara lain adalah seperti di bawah ini(Davies, 1995; Mauseth, 1991; Raven, 1992; Salisbury dan Ross, 1992).
  • Memecah dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan sel.
  • Meningkatkan pembungaan.
  • Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorong terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah.
  • Berperan pada pemanjangan sel.
  • Berperan pada proses partenokarpi. pada beberapa kasus pembentukan buah dapat terjadi tanpa adanya fertilisasi atau pembuahan, proses ini dinamai partenokarpi.
  • Dapat menghambat penundaan penuaan daun dan buah.
  • Menyembuhkan Genetik Dwarsfism.

Penjelasan singkat dari masing-masing fungsi fisiologis tersebut.

Fungsi hormon tumbuh giberelin terhadap pembungaan

Peranan giberelin terhadap pembungaan telah dibuktikan oleh banyak penelitian. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Henny (1981), pemberian GA3 pada tanaman Spathiphyllum mauna. Ternyata pemberian GA3 meningkatkan pembungaan setelah beberapa minggu perlakuan.

Fungsi hormon tumbuh giberelin terhadap Genetik Dwarsfism

Genetik Dwarsfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya mutasi genetik. Penyemprotan giberelin pada tanaman yang kerdil bisa mengubah tanaman kerdil menjadi tinggi. Sel-sel pada tanaman kerdil mengalami perpanjangan (elongation) karena pengaruh giberelin. Giberelin mendukung perkembangan dinding sel menjadi memanjang. Penelitian lain juga menemukan bahwa pemberian giberelin merangsang pembentukan enzim proteolitik yang akan membebaskan tryptophan (senyawa asal auksin). Hal ini menjelaskan fonomena peningkatan kandungan auksin karena pemberian giberelin.

Fungsi hormon tumbuh giberelin terhadap pematangan buah

Proses pematangan ditandai dengan perubahan tekture, warna, rasa, dan aroma. Pemberian giberelin dapat memperlambat pematangan buah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aplikasi giberelin pada buah tomat dapat memperlambat pematangan buah. Pengaruh ini juga terlihat pada buah pisang matang yang diberi aplikasi giberelin.

Fungsi hormon tumbuh giberelin terhadap perkecambahan

Biji/benih tanaman terdiri dari embrio dan endosperm. Di dalam endoperm terdapat pati yang dikelilingi oleh lapisan yang dinamakan ‘aleuron’. Pertumbuhan embrio tergantung pada ketersediaan nutrisi untuk tumbuh. Giberelin meningkatkan/merangsang aktivitas enzim amilase yang akan merubah pati menjadi gula sehingga dapat dimanfaatkan oleh embrio.

Fungsi hormon tumbuh giberelin terhadap stimulasi aktivitas kambium dan xylem

Beberapa penelitian membuktikan bahwa aplikasi giberelin mempengaruhi aktivitas kambium dan xylem. Pemberian giberelin memicu terjadinya differensiasi xylem pada pucuk tanaman. Kombinasi pemberian giberelin + auksin menunjukkan pengaruh sinergistik pada xylem. sedangkan pemberian auksin saja tidak memberikan pengaruh pad xylem.

Fungsi hormon tumbuh giberelin terhadap dormansi

Dormansi dapat diistilahkan sebagai masa istirahan pada tanaman. Proses dormansi merupakan proses yang komplek dan dipengaruhi banyak faktor. Penelitian yang dilakukan oleh Warner menunjukkan bahwa aplikasi giberelin menstimulasi sintesis ribonuklease, amulase, dan proteasi pada endosperm biji. Fase akhir dormansi adalah fase perkecambahan, giberelin perperan dalam fase perkecambahan ini seperti yang telah dijelaskan di atas.

Gas ETILEN/ETILENA/ETENA

Zat pengatur tumbuh ini adalah satu-satunya yang hanya terdiri dari satu substansi saja, yaitu etena, dan berwujud gas pada suhu dan tekanan ruangan (ambien). Etena atau etilena adalah senyawa alkena paling sederhana yang terdiri dari empat atom hidrogen dan dua atom karbon yang terhubungkan oleh suatu ikatan rangkap. Karena ikatan rangkap ini, etena disebut pula hidrokarbon tak jenuh atau olefin. Pada suhu kamar, molekul etena tidak dapat berputar pada ikatan rangkapnya sehingga semua atom pembentuknya berada pada bidang yang sama. Sudut yang dibentuk oleh dua ikatan karbon-hidrogen pada molekul adalah 117°, sangat dekat dengan sudut 120° yang diperkirakan berdasarkan hibridisasi ideal sp2.

Etena digunakan terutama sebagai senyawa antara pada produksi senyawa kimia lain seperti plastik. Etena juga dibentuk secara alami oleh tumbuhan dan berperan sebagai hormon. Ia diketahui terutama merangsang pematangan buah dan pembukaan kuncup bunga.

Peran senyawa ini sebagai perangsang pemasakan buah telah diketahui sejak lama meskipun orang hanya tahu dari praktek tanpa mengetahui penyebabnya. Pemeraman merupakan tindakan menaikkan konsentrasi etilena di sekitar jaringan buah untuk mempercepat pemasakan buah. Pengarbitan adalah tindakan pembentukan asetilena (etuna atau gas karbid); yang di udara sebagian akan tereduksi oleh gas hidrogen menjadi etilena.

Berbagai substansi dibuat sebagai senyawa pembentuk etilena, seperti ethephon (asam 2-kloroetil-fosfonat, diperdagangkan dengan nama Ethrel) dan beta-hidroksil-etilhidrazina (BOH). Senyawa BOH bahkan juga dapat memicu pembentukan bunga pada nanas. Kalium nitrat diketahui juga merangsang pemasakan buah, barangkali dengan merangsang pembentukan etilena secara endogen.


TRIAKONTANOL

Triakontanol (TRIA) adalah alkohol primer jenuh yang terdiri dari 30 karbon dan pertama kali diisolasi dari tajuk (bagian pohon di batang) alfalfa. Senyawa tersebut sangat tak larut dalam air (kurang dari 2x10-16M atau 9x10-14 g/l) dan dalam bentuk suspensi koloid meningkatkan secara nyata pertumbuhan tanaman jagung, tomat dan padi, bila disemprotkan pada daun kecambah pada konsentrasi rendah. Mekanisme kerja triakontanol belum sepenuhnya diketahui, tetapi zat tersebut potensial untuk meningkatkan hasil tanaman. Triakontanol telah terdaftar pada tahun 1991 di badan perlindungan lingkungan Amerika atau Environmental Protection Agency (EPA) dengan fungsi meningkatkan rasio “gula:asam” pada tanaman jeruk.

Triakontanol telah digunakan secara komersial pada jutaan hektar tanah untuk meningkatkan produksi pertanian khususnya di Cina, India, Ceylon, dan Indonesia. Triakontanol juga dapat meningkatkan produksi teh (Camellia sinensi L.).


INHIBITOR

Inhibitor adalah zat yang menghambat atau menurunkan laju reaksi kimia. Sifat inhibitor berlawanan dengan katalis, yang mempercepat laju reaksi.

Inhibitor alami adalah asam absisat atau ABA. Asam absisat adalah molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang merupakan salah satu hormon tumbuhan. Selain dihasilkan secara alami oleh tumbuhan, hormon ini juga dihasilkan oleh alga hijau dan cendawan. Hormon ini ditemukan pada tahun 1963 oleh Frederick Addicott. Addicott berhasil mengisolasi senyawa abscisin I dan II dari tumbuhan kapas. Senyawa abscisin II kelak disebut dengan asam absisat, disingkat ABA. Pada saat yang bersamaan, dua kelompok peneliti lain yang masing-masing dipimpin oleh Philip Wareing dan Van Steveninck juga melakukan penelitian terhadap hormon tersebut.

ABA selanjutnya dapat diproses menjadi bentuk tidak aktif yang disebut sebagai metabolit ABA. Berbagai senyawa sintetik dibuat dan diperdagangkan untuk menghambat atau menunda proses metabolisme, seperti MH, (2-kloroetil) amonium klorida (CCC, merek dagang Cycocel dan Chlormequat), SADH, ancymidol, asam triiodobenzoat (TIBA), dan morphactin.

PACLOBUTRAZOL

Paclobutrazol adalah salah satu penghambat biosistesis giberelin, yang digunakan pada pengurangan ukuran pohon, peningkatan produksi kuncup bunga, dan peningkatan panenan buah (Edgerton, 1985; Steffens dan Wang, 1985; Tukey, 1985; Bargioni dkk, 1986; Webster dkk, 1986; Embree dkk, 1987).

Artikel Terkait :

Pupuk Dan Pemupukan

Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi unsur hara untuk menggantikan unsur yang habis terserap tanaman. Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan sehingga tanaman mampu berproduksi...

Defisiensi Unsur Hara

Defisiensi atau kahat unsur hara adalah kekurangan meterial (bahan) yang berupa makanan bagi tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya, ada jenis tanaman yang rakus makanan dan adapula yang biasa...

pH Tanah

Tanah merupakan media tumbuh alami yang menyediakan makanan (unsur hara) bagi kelangsungan hidup tumbuh-tumbuhan (tanaman). Agar tanaman mampu berproduksi optimal berkesinambungan, kualitas tanah harus tetap dipertahankan. Kesalahan-kesalahan dalam...

Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar diambil dari alam dengan kandungan unsur hara alamiah. Pupuk organik merupakan bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Dalam pemberian pupuk untuk tanaman, ada beberapa hal yang harus...

Membuat Pupuk Organik (Kompos) Cair

Setiap orang tidak menginginkan tinggal di tempat yang banyak sampahnya, karena bau yang menyengat dari sampah membuat kita tidak merasa. Apalagi kesadaran masyarakat saat ini tergolong rendah dalam hal mengurangi produksi sampah...
More aboutHORMON TUMBUHAN ATAU ZPT (ZAT PENGATUR TUMBUH)

EFEKTIFITAS PEMAKAIAN PESTISIDA

BAGAIMANA MENGGUNAKAN PESTISIDA SECARA EFEKTIF?

Pestisida kimiawi hingga saat ini masih dianggap sebagai satu-satunya senjata pamungkas untuk menghadapi serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) karena kompleksnya permasalahan-permasalahan yang sering dijumpai di lapangan.

Para pemakai pestisida, sekalipun sudah sangat akrab dengan pestisida, bahkan tingkat ketergantungannya sangat tinggi, di lapangan masih banyak dijumpai kesalahan-kesalahan pemakaian pestisida. Karena pengetahuan mereka tentang pestisida masih sangat kurang.

Penggunaan pestisida harus seefisien dan seefektif mungkin, agar biaya dapat ditekan karena harganya sangat mahal. Penggunaan tidak tepat dapat berdampak negatif bagi manusia. Hal-hal yang berkaitan dengan efektifitas pemakaian pestisida diantaranya :

Pilih Jenis Pestisida Tepat Sasaran

Ketahuilah terlebih dahulu OPT yang sedang menyerang tanaman, karena jenis dan cara OPT merusak tanaman sangat menentukan jenis formulasi dan cara kerja pestisida yang sebaiknya dipilih. Disarankan menggunakan pestisida berspektrum sempit.

Kenali Bahan Aktif Pestisida

Pilihlah pestisida paling murah. Satu bahan aktif pestisida mempunyai merk dagang yang beraneka ragam dan harga yang berbeda-beda, padahal fungsinya sama. Kenali bahan aktif dan dosis pemakaian yang tertera pada kemasan.
More aboutEFEKTIFITAS PEMAKAIAN PESTISIDA

TEKNIK GRAFTING SAWO

GRAFTING (MENYAMBUNG) SAWO

Grafting yaitu teknik penyambungan antara batang atas (scion) varietas sawo berkualitas dengan batang bawah (root stock) dari tanaman sefamili yang lebih tahan serangan hama penyakit maupun kekeringan.

VARIETAS SAWO

Sawo Manila (Manilkara zapota)

Pohon berumur panjang, besar dan rindang. Pohon ini bercabang rendah dengan batang berkulit kasar berwarna coklat kehitaman. Buahnya bersisik kasar coklat dan mudah mengelupas, bertangkai pendek, kulit buah tipis, daging buah manis, lembut kadang memasir berwarna coklat kemerahan sampai kekuningan.

Sawo ini baik ditanam di ketinggian 0-2500 mdpl. Tahan terhadap kekeringan, berbunga dan berbuah sepanjang tahun, akan tetapi pada umumnya terdapat satu atau dua musim berbuah puncak.

Sawo Duren (Sapotaceae)

Sawo jenis ini sering dikenal dengan nama sawo apel, sawo ijo atau apel ijo.  Pertumbuahan tanaman relatif cepat, tinggi hingga 30 m, dengan batang berkayu, silindris, tegak, pepagan berpermukaan kasar berwarna cokelat, abu-abu gelap sampai keputihan. Buah berbentuk bulat hingga bulat telur sungsang, kulit buah agak tebal, liat, licin mengkilap berwarna coklat keunguan atau hijau kekuningan sampai keputihan. Daging buah putih atau keunguan, lembut dan banyak mengandung sari buah, manis.

Sawo Mentega (Pouteria campechiana)

Sawo jenis ini sering dikenal dengan nama sawo ubi. Pohon berukuran sedang, tinggi 20 m. Buah berbentuk gelendong, bulat telur, bulat telur sungsang, sampai membulat, berkulit tipis, licin seperti berlilin, kaku, dan berwarna kuning bila masak. Daging buah berwarna kuning, lembap atau agak kering menepung, berbau harum agak samar, manis.

Sawo Kecik (Manilkara kauki)

Pohon berukuran sedang, tinggi 15-20 m, tahan kekeringan. Biasanya berfungsi sebagai tanaman hias dan pelindung.  Baik ditanam pada dataran rendah hingga sedang.

Sawo Tanjung (Mimusops elengi)

Pohon berukuran sedang, tinggi 15m, berbunga harum semerbak dan bertajuk rindang, biasa ditanam di taman-taman dan pinggir jalan, tahan kekeringan. Biasanya berfungsi sebagai tanaman hias dan pelindung.  Buah kecil-kecil berwarna kuning keungu-unguan, berbentuk gelendong, bulat telur panjang, dan jarang dimakan.

CARA MELAKUKAN GRAFTING

Pilih tanaman yang akan dijadikan batang atas (tanaman produktif) dan bawah (tanaman tahan) dengan ukuran sama.

Batang Bawah

Potonglah ujung batang setinggi 20 cm dari permukaan tanah dengan pisau tajam dan steril. Kemudian sayat membentuk huruf V sepanjang 5cm. Bagian ini siap menerima sambungan dari batang atas.

Batang Atas

Potong tanaman batang atas setinggi 15 cm dari ujung tanaman. Sayat hingga pangkal batangnya meruncing. Batang atas ini segera disisipkan pada batang bawah.

Pertemuan antara batang atas dengan batang bawah diikat menggunakan tali rafia atau seal tape menutupi luka sayatan.
Tutup bagian bagian atas dengan plastik seperlunya sebagai tudung. Setelah 10 hari tudung dibuka. Bila sambungan tetap  segar berwarna hijau berarti berhasil.
Persentase keberhasilan akan semakin meningkat apabila kita sering melakukan grafting.
More aboutTEKNIK GRAFTING SAWO

PETUNJUK APLIKASI PESTISIDA

Pestisida adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu. Dalam dunia pertanian, pestisida memegang peranan penting demi terwujudnya pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Hampir semua sektor pertanian, terutama sektor budidaya tanaman, baik hortikultura maupun tanaman panggan, menggunakan pestisida sebagai salah satu sarana pengendalian organisme pengganggu tanaman atau OPT, bahkan banyak para petani yang bergantung pada peran pestisida. Namun, penggunaan yang tidak terukur dan tidak memahami cara kera pestisida yang digunakan justru dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan, baik pengguna maupun konsumen dari produk pertanian yang bersangkutan. Oleh karena itulah, artikel ini sengaja kami buat dengan harapan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat dalam dunia pertanian.

Klik untuk melihat DAFTAR BAHAN AKTIF PESTISIDA


CARA KERJA PESTISIDA

Pestisida Racun Kontak

Pestisida jenis ini akan bekerja dengan baik jika terkena atau kontak langsung dengan OPT sasaran. Untuk jenis insektisida, penggunaan racun kontak sangat efektif untuk mengendalikan serangga yang menetap, seperti ulat, kutu daun, dan semut. Racun ini kurang bekerja baik terhadap serangga-serangga yang mempunyai mobilitas tinggi, seperti lalat, kutu kebul, dan belalang.

Pestisida Racun Pernapasan

Cara kerja racun pernapasan hanya ada pada insektisida dan akan bekerja jika terhisap melalui organ pernafasan. Waktu penyemprotan yang paling efektif adalah ketika hama sasaran sedang berada pada puncak aktifitasnya, sehingga dengan pernapasan yang semakin cepat maka semakin banyak pula racun yang dihisap.

Pestisida Racun Perut atau Racun Lambung

Racun dalam pestisida jenis ini akan bekerja jika bagian tanaman yang sudah disemprot termakan oleh hama/serangga sasaran. Beberapa rodentisida dan insektisida bekerja dengan cara ini.

Pestisida Racun Sistemik

Pestisida jenis ini akan bekerja jika racun yang disemprotkan ke bagian tanaman sudah terserap masuk ke dalam jaringan tanaman baik melalui akar maupun daun sehingga dapat membunuh OPT yang berada di dalam jaringan tanaman, seperti bakteri/fungi. Pada insektisida sistemik, serangga akan mati kalau sudah memakan atau menghisap cairan tanaman yang sudah menyerap racun. Cairan atau bagian tanaman yang dimakan akan menjadi racun lambung bagi serangga. Racun sistemik sangat cocok untuk mengendalikan serangga penghisap atau serangga yang sulit dikendalikan menggunakan racun kontak.

Herbisida PurnaTumbuh dan PraTumbuh

Pada herbisida purna tumbuh hanya akan bekerja pada bagian tanaman yang sudah memiliki organ sempurna, seperti akar, batang, dan daun. Sedangkan herbisida pra tumbuh akan mematikan biji gulma yang belum berkecambah.

FORMULASI PESTISIDA

Pestisida Water Dispersable Granule (WDG)

Bentuk butiran halus, merupakan formulasi kering yang mudah dilarutkan dalam air. Tetapi formulasi ini dalam air agak kurang stabil sehingga mudah mengendap.

Pestisida Emulsifiable Concentrate (EC)

Dibentuk dengan mencampurkan bahan aktif pestisida yang hanya larut dalam minyak dengan penambahan emulsi. Dengan demikian bahan aktif yang hanya larut dalam minyak dapat larut dalam air dan membentuk cairan seperti susu. Formulasi ini sangat stabil sehingga tidak dibutuhkan pengadukan berulang-ulang.

Pestisida Salt Concentrate (SC)

Dibentuk dengan menggabungkan bahan aktif dari turunan (derifatif) garam dengan air. Bersifat cepat larut dan menyebar merata dalam air.

Pestisida Wettable Powder (WP)

Dibentuk dari bahan aktif dengan daya larut rendah dan mengandung bahan tambahan (filler). Bahan aktif direkatkan pada bahan tambahan dengan bahan perekat.

Pestisida Granule (G)

Berbentuk butiran padat dengan ukuran bervariasi sehingga formulasi ini mudah ditebarkan. Merupakan campuran antara bahan aktif dengan butiran yang mampu mengikat ion, seperti butiran liat atau vermikulit, atau dengan cara melapisi bahan aktif dengan polimer seperti kapsul.

Pestisida Ultra Low Volume (ULV)

Formulasi ini berbentuk cair dengan kandungan bahan aktif sangat tinggi. Dirancang untuk disemprotkan dengan alat khusus, yaitu ULV.

KARAKTERISTIK PESTISIDA


Efektifitas Pestisida

Merupakan daya bunuh pestisida terhadap OPT. Pestisida yang baik memiliki daya bunuh yang cukup untuk mengendalikan OPT dengan dosis yang rendah sehingga memperkecil dampat buruk terhadap lingkungan.

Selektifitas Pestisida

Merupakan kemampuan pestisida membunuh beberapa jenis organisme. Disarankan untuk menggunakan pestisida yang bersifat selektif atau berspektrum sempit. Dimana pestisida tersebut hanya membunuh OPT sasaran tanpa membahayakan organisme lain termasuk musuh alami OPT.

Fototoksisitas Pestisida

Merupakan suatu efek samping aplikasi pestisida yang dapat menimbulkan keracunan bagi tanaman yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal setelah aplikasi pestisida. Oleh karena itu tidak boleh menggunakan pestisida secara tidak terukur atau berlebihan.

Residu Pestisida

Adalah kemampuan pestisida bertahan dalam bentuk racun setelah penyemprotan. Residu yang terlalu lama akan berbahaya bagi manusia dan lingkungan, sedangkan residu yang terlalu pendek akan mengurangi efektifitas pestisida dalam pengendalian OPT.

Persistensi Pestisida

Kemampuan pestisida bertahan dalam bentuk racun di dalam tanah. Pestisida yang memiliki persistensi tinggi akan sangat berbahaya bagi lingkungan.

Resistensi Pestisida

Merupakan kekebalan OPT terhadap pestisida. Pestisida yang memiliki potensi resistensi tinggi sebaiknya tidak digunakan. Untuk mencegah resistensi pada hama/penyakit terhadap salah satu jenis pestisida, sebaiknya dilakukan penggantian bahan aktif setiap kali aplikasi pestisida.

LD 50 atau Lethal Dosage 50%

Besarnya dosis yang dapat mematikan 50% dari jumlah mamalia percobaan. Pestisida yang memiliki LD 50 tinggi berarti hanya dengan dosis yang sangat tinggi pestisida tersebut dapat mematikan mamalia. Dalam penerapan PHT disarankan untuk memilih pestisida dengan LD 50 yang tinggi.

Kompatibilitas Pestisida

Adalah kesesusaian antara satu jenis pestisida untuk dicampur dengan pestisida lain tanpa menimbulkan dampak negatif dari pencampuran itu.

PERJALANAN PESTISIDA SETELAH PENYEMPROTAN

Setelah melakukan penyemprotan, maka pestisida akan terkena pengaruh lingkungan. Dengan mengetahui pengaruh yang akan terjadi setelah pestisida disemprotkan, maka akan sangat membantu untuk membuat program penyemprotan sehingga pemakaian pestisida bisa mengikuti prinsip 4 tepat.

Setelah penyemprotan, kemungkinan pertama yang akan terjadi adalah tiupan angin terhadap kabut semprot, sehingga pestisida akan jatuh di tempat yang tidak diharapkan. Walaupun kabut semprot dapat mengenai sasaran, tetapi sebarannya sudah tidak merata, atau terlalu banyak kabut semprot yang terbuang, sehingga terjadi pemborosan pestisida. Kalau hal ini terjadi pada herbisida, maka tanaman utama akan beresiko terkena kabut semprot. Oleh karena itu disarankan penyemprotan tidak dilakukan saat angin bertiup kencang. Kemungkinan lain yang akan terjadi adalah :
  1. Run off, sebagian kabut semprot yang membasahi daun akan mengalir dan jatuh ke tanah, tetesan pestisida yang jatuh ke tanah ini berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan.
  2. Penguapan, sebaiknya penyemprotan tidak dilakukan saat matahari terik.
  3. Fotodekomposisi, penguraian pestisida menjadi bentuk yang tidak aktif karena pengaruh cahaya, sehingga efektifitas pestisida berkurang.
  4. Penyerapan oleh partikel tanah, menyebabkan tertimbunnya sisa pestisida di dalam tanah sehingga menyebabkan pencemaran tanah. Selain itu penyerapan oleh tanah juga akan menurunkan efektifitas pestisida yang memang ditujukan untuk mengendalikan OPT yang terdapat di dalam tanah.
  5. Pencucian pestisida oleh air hujan dan terbawa ke dalam lapisan tanah bagian bawah sehingga mencemari sumber air tanah.
  6. Reaksi kimia, yaitu perubahan molekul pestisida menjadi bentuk yang tidak aktif atau tidak beracun.
  7. Perombakan oleh mikroorganisme, bahan pembentuk pestisida setelah jatuh ke tanah akan menjadi bagian tubuh mikroorganisme.

PETUNJUK PENCAMPURAN PESTISIDA

  1. Jangan mencampur pestisida di tempat tertutup, lakukan pencampuran di tempat terbuka.
  2. Jangan menyimpan campuran pestisida, pencampuran pestisida dengan air hanya dilakukan saat penyemprotan.
  3. Gunakan air bersih dan tidak mengandung kotoran yang dapat menyumbat nozel.
  4. Masukkan air terlebih dahulu ke dalam tangki, baru pestisida dimasukkan dan diaduk.
  5. Jangan menggunakan pestisida yang terlalu lama disimpan dan sudah mengalami perubahan fisik, seperti terbentuknya garam di sekitar tutup botol atau terjadi perubahan warna.
  6. Jangan melakukan pencampuran pestisida yang satu dengan yang lain jika belum yakin bahwa kedua jenis pestisida tersebut dapat dicampur. Lakukan pengetesan, jika setelah pencampuran dua jenis pestisida terbentuk endapan, atau terbentuk lapisan yang tidak menyatu, seperti minyak dengan air, atau seperti santan pecah, maka kedua jenis pestisida tersebut tidak kompatible untuk dicampur.
  7. Jangan mencampur 2 pestisida atau lebih yang mempunyai cara kerja sama, sebagai contoh: Racun pernafasan dengan racun pernafasan, kontak dengan kontak atau sistemik dengan sistemik.
  8. Jangan mencampur 2 pestisida atau lebih dalam satu golongan, sebagai contoh: piretroid dengan piretroid atau karbamat dengan karbamat.
  9. Buatlah campuran pestisida sesuai perhitungan luas areal yang akan disemprot.
  10. Jangan meningkatkan dosis atau konsentrasi lebih tinggi dari kisaran yang tertera pada label. Jika pada dosis atau konsentrasi tertinggi sesuai yang tercantum pada kemasan suatu pestisida tidak lagi efektif mengendalikan OPT sasaran, maka disarankan untuk mengganti dengan bahan aktif yang berbeda.


PENGGUNAAN SURFAKTAN ATAU LEM

Penggunaan surfaktan sangat diperlukan dalam aplikasi pestisida. Permukaan daun yang memiliki lapisan lilin atau bulu-bulu halus menyebabkan kabut semprot tidak dapat melapisi secara sempurna. Oleh karena itu pemakaian surfaktan sangat disarankan pada budidaya yang berorientasi keuntungan. Surfaktan berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan air, sehingga kabut semprot yang jatuh di atas permukaan daun tidak membentuk butiran, tetapi menyebar ke seluruh permukaan daun. Selain itu surfaktan juga berfungsi sebagai perekat.
More aboutPETUNJUK APLIKASI PESTISIDA

Daftar Bahan Aktif Pestisida

NAMA BAHAN AKTIF
JENIS
GOLONGAN

Abamektin
Insektisida
Akarisida
Amidin, Avermectin
Alfametrin
(Alfasipermetrin)
Insektisida

Piretroid
Almunium fosetil
Fungisida
Organofosfat
Amitraz
Insektisida
Akarisida
Amidin
Amorphous
Insektisida
Difenil
Asam fosfit
Fungisida
-
Asam oksoklinik
Bakterisida
Antibiotik
Asam tolklofos
Fungisida
Pirimidin
Asefat
Insektisida
Organofosfat
Asetamiprid
Insektisida
Piridin
Asibensolar -s-metil
Fungisida
Tiadiazol
Azakonazol
Fungisida
Triazol
Azoksistrobin
Fungisida
Pirimidin
Belerang
Fungisida
Anorganik
Benfukarb
Insektisida
Karbamat
Benomil
Fungisida
Benzimidazol, MBC
Bensultap
Insektisida
Tiofulfonat
Betasiflutrin
Insektisida
Piretroid
Betasipermetrin
Insektisida
Piretroid
Bifentrin 
Insektisida
Piretroid
Bisultap
Insektisida
Neristoksin
BPMC (fenobukarb)
Insektisida
Karbamat
Bupirimat
Fungisida
Pirimidin
Buprofezin
Insektisida
Tiadiazin
Deltametrin
Insektisida
Piretroid
Diafentiuron
Insektisida
Tiourea
Diazinon
Insektisida
Organofosfat
Difenokonazol
Fungisida
Azol
Diflubenzuron
Insektisida
Urea
Diklorfos
Insektisida
Organofosfat
Dikofol
Insektisida
Akarisida
Organoklor, difenil
Dimehipo
Insektisida
Neristoksin
Dimetoat
Insektisida
Organofosfat
Dimetomorf
Fungisida
Morfolin
Dimikonazol
Fungisida
Triazol
Dinotefuran
Insektisida
Tiosulfonat
Emamektin benzoat
Insektisida
Avermectin
Endosulfan
Insektisida
Organoklorin
Epoksikonazol
Fungisida
Diskarboksimid
Esfenfalerat
Insektisida
Piretroid
Etion
Insektisida
Organofosfat
Etiprol
Insektisida
Organofosfat
Etofenproks
Insektisida
Difenil
Fenamidon
Fungisida
Ditiokarbamat, organomangan, organoseng
Fenarimol
Fungisida
Pirimidin
Fenbukonazol
Fungisida
Triazol
Fenfalerat
Insektisida
Piretroid
Fenitrotion
Insektisida
Organofosfat
Fenpiroksimat
Akarisida
Pirazol
Fenpropatrin
Insektisida
Akarisida
Amidin, piretroid
Fention
Insektisida
Organofosfat
Fentoat
Insektisida
Organofosfat
Fipronil
Insektisida
Fenil-pirazol
Flufenoksuron
Insektisida
Urea
Flusilazol
Fungisida
Triazol, organosilikon
Flutalonil
Fungisida
Anilida, trifluorometil
Folpet
Fungisida
Ftalimid, organoklor
Formotion
Insektisida
Organofosfat
Ftalida
Fungisida
Asam ftalat
Gammasihalotrin
Insektisida
Piretroid, trifenorometil
Heksaflumuron
Insektisida
Bensoyl, urea
Heksakonazol
Fungisida
Triazol
Heksitiazoks
Insektisida
Tiozolidin
Imidakloprid
Insektisida
Nitroimidazolidin, neonikotinoid
Iminoktadin
Fungisida
Diskarboksimid
Iprodion
Fungisida
Diskarboksimid
Iprovalikarb
Fungisida
Karbamat
Isoksation
Insektisida
Organofosfat, azoksazol
Kaptan
Fungisida
Ftalimid
Karbaril
Insektisida
Karbamat
Karbendazim
Fungisida
Benzimidazol, MBC
Karbofuran
Insektisida
Karbamat
Karbosulfan
Insektisida
Akarisida
Karbamat, organofosfat
Kartophidrokloroda
Insektisida
Karbamat
Kasugamisin
Fungisida
Bakterisida
Antibiotik
Klofentezim
Insektisida
Tetrazin
Klorfenapil
Insektisida
Pirol
Klorfluazuron
Insektisida
Urea, trifluorometil
Klorotalonil
Fungisida
Kloronitile
Klorpirifos
Insektisida
Organofosfat, piridin
Lamdasihalotrin
Insektisida
Piretroid
Lufenuron
Insektisida
Trifluorometil, urea
Malation
Insektisida
Organifosfat
Maneb
Fungisida
Ditiokarbamat, organomangan
Mankozeb
Fungisida
Ditiokarbamat, organomangan, organomangan
Mefenoksam
Fungisida
Pirimidin
Merkaptodimetur
Insektisida
Karbamat
Metaflumizon


Metalaksil
Fungisida
Asilalanin
Metalaksil-M
Fungisida
Asilalanin
Metalkarb
Insektisida
Karbamat
Metidation
Insektisida
Orgabofosfat, tiadiazol
Metil tiofanat
Fungisida
Karbamat, benzimidazol, MBC
Metipren
Insektisida
Juvenile, homone, mimic
Metiram
Fungisida
Ditiokarbamat, organoseng
Metoksifenoksida
Insektisida
Diazilhidrazin
Metomil
Insektisida
Karbamat
Mikobutanil
Fungisida
Triazol
MIPC (isopokarb)
Insektisida
Karbamat
Monosultap
Insektisida
Neriktoksin
Novaluron
Insektisida
Benzoyl, urea
Oksitetrasiklin
Bakterisida
Antibiotik
PCNB (quintozin)
Fungisida
Quintizin
Permetrin
Insektisida
Piretroid
Pimetrozin
Insektisida
Triazin
Piraklofos
Insektisida
Organofosfat
Piridaben
Insektisida
Phridazinon
Piridafention
Insektisida
Organofosfat
Pirimifos metil
Insektisida
Organofosfat, pirimidin
Poksim
Insektisida
Organofosfat, nitrila
Profenofos
Insektisida
Organofosfat
Prokimidon
Fungisida
Anilida, diskarboksimid
Propaksur
Insektisida
Karbamat
Propamokarb hidroklorida
Fungisida
Karbamat
Propargit
Akarisida
Fenoksi
Propikonazol
Fungisida
Triazol
Propineb
Fungisida
Karbamat, organoseng
Protiofos
Insektisida
Organofosfat
Siflutrin
Insektisida
Piretroid
Simoksanil
Fungisida
Urea
Sipermetrin
Insektisida
Piretroid
Siprokonazol
Fungisida
Triazol
Siromazin
Insektisida
Triazin
Spiromesifen
Akarisida
Ditiokarbamat
Streptomisin sulfat
Bakterisida
Antibiotik
Tebukonazol
Fungisida
Triazol
Tembaga
Fungisida
Anorganik
Tetasipermetrin
Insektisida
Piretroid
Tetradifon
Akarisida
Organoklor, difenil
Tetrakonazol
Fungisida
Azol
Tiakloprid
Insektisida
Neonikotinoid
Tiametoksam
Insektisida
Triazol, neonikotinoid
Tiodikarb
Insektisida
Karbamat
Tiram
Fungisida
Ditiokarbamat, organoseng
Triadimefon
Fungisida
Triazol
Triadimenol
Fungisida
Triazol
Triazofos
Insektisida
Organofosfat
Tridemorf
Fungisida
Morfolin
Triflumizol
Fungisida
Trifluorometil, imidazol
Triflumuron
Insektisida
Benzoyl, urea
Triklorfon
Insektisida
Organofosfat
Validamisin
Fungisida
Antibiotik
Zineb
Fungisida
Ditiokarbamat, organoseng
Ziram
Fungisida
Ditiokarbamat, organoseng
Zoxamide
Fungisida
Pirimidin
More aboutDaftar Bahan Aktif Pestisida