PERTOLONGAN PERTAMA PADA PENDERITA KERACUNAN PESTISIDA

Pestisida sangat berbahaya bagi manusia, bahkan bisa menyebabkan kamatian. Padahal bagi petani, pestisida hampir menjadi santapan keseharian, terutama saat budidaya tanaman yang membutuhkan perawatan intensif. Pestisida bisa masuk melalui kulit, saluran pernapasan bahkan tertelan melalui mulut. Kecerobohan pada saat penyemprotan menyebabkan tubuh kita mengalami keracunan pestisida. Keracunan pestisida pada manusia menunjukkan gejala yang berbeda-beda, tergantung pada jenis bahan aktif pestisida yang meracuni. Gejala keracunan biasanya tertera pada kemasan, sehingga disarankan jangan memindahkan pestisida pada tempat lain apalagi wadah kosong yang orang lain tidak bisa mengetahuinya dengan pasti. Usahakan pestisida selalu pada kemasannya. Hal ini sangat penting untuk menentukan penanganan lebih lanjut saat mengalami keracunan pestisida.

Pada saat kita mengetahui seseorang mengalami keracunan pestisida, kita dapat memberikan pertolonganpertama pada penderita, sebelum dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Lakukan langkah-langkah berikut :

  1. Saat memberikan pertolongan, kita tidak boleh terlihat panik. Harus tenang agar dapat berpikir untuk melakukan tindakan yang paling tepat dan cepat.
  2. Jika kulit korban terkena pestisida, buka pakaian dan segeralah cuci sampai bersih dengan air dan sabun.
  3. Jika mata korban terkena pestisida, cuci dengan air yang banyak selama 15 menit, jika ada air pancuran lebih diutamakan.
  4. Jika tertelan dan korban masih sadar, buatlah korban muntah dengan memberikan larutan air hangat yang telah dicampur dengan garam dapur sebanyak 1 sendok makan penuh. Jika pestisida tertelan, jangan berikan pernapasan buatan dari mulut ke mulut.
  5. Jika tertelan dan korban tidak sadar, jangan dirangsang muntah, sangat berbahaya. Jika pestisida tertelan, jangan berikan pernapasan buatan dari mulut ke mulut.
  6. Jika tertelan, dan fungisida dari senyawa tembaga, jangan dirangsang muntah, rangsanglah untuk buang air besar (bilas lambung).
  7. Jika berhenti bernapas, segera bikin pernapasan buatan. Pastikan mulut bersih dari air liur, lendir, atau makanan yang menyumbat pernapasan.
  8. Jangan memberikan susu atau makanan berminyak pada korban keracunan organoklorin, karena akan menambah penyerapan organoklorin oleh organ pencernaan.
  9. Jika korban tidak sadar, usahakan jalan pernapasan tidak terganggu. Bersihkan mulut dari air liur, lendir, atau makanan. Jika korban memakai gigi palsu, lepaskan gigi palsu. Letakkan korban pada posisi tengkurap, kepala menghadap ke samping dan bertumpu pada kedua tangannya yang ditekuk.
  10. Jika kejang, usahakan tidak ada yang membuatnya cidera. Taruh bantal di bawah kepala, longgarkan pakaian di sekitar leher. Ganjal mulut agar korban tidak menggigit bibir dan lidahnya.
  11. Bawalah segera ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Tunjukkan kemasan pestisida yang telah meracuninya kepada para medis agar dapat ditentukan dengan cepat penanganan yang paling tepat.
More aboutPERTOLONGAN PERTAMA PADA PENDERITA KERACUNAN PESTISIDA

BUDIDAYA JERUK

CARA MENANAM JERUK

Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali.

Prospek agribisnis jeruk di Indonesia cukup bagus karena potensi lahan produksi yang luas. Melalui program peningkatan kualitas sumberdaya petani serta didukung dengan hasil inovasi teknologi pemupukan, pengelolaan hama dan penyakit terpadu, serta sistem budidaya lainnya diharapkan mampu meningkatkan Kuantitas dan Kualitas produksi jeruk.

SENTRA PENANAMAN JERUK

Sentra jeruk di Indonesia tersebar meliputi: Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat) dan Medan (Sumatera Utara). Karena adanya serangan virus CVPD (Citrus Vein Phloen Degeneration), beberapa sentra penanaman mengalami penurunan produksi yang diperparah lagi oleh sistem monopoli tata niaga jeruk yang saat ini tidak berlaku lagi.

KLASIFIKASI TANAMAN JERUK

Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rutales
Keluarga : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus sp.

MANFAAT JERUK

  1. Manfaat tanaman jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan, dimana kandungan vitamin C yang tinggi.
  2. Di Beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak wangi, sabun wangi, esens minuman dan untuk campuran kue.
  3. Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat tradisional penurun panas, pereda nyeri saluran napas bagian atas dan penyembuh radang mata.

Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk keprok (Citrus reticulata/nobilis L.), jeruk siem (C. microcarpa L. dan C.sinensis. L), jeruk manis (C. auranticum L. dan C.sinensis L.), jeruk sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C.maxima Herr.), jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C. hystix ABC).

SYARAT TUMBUH TANAMAN JERUK

Tanaman jeruk memerlukan 6-9 bulan basah (musim hujan), curah hujan 1000-2000 mm/th merata sepanjang tahun, air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus. Temperatur optimal antara 25-30 °C dan kelembaban optimum sekitar 70-80%. Kecepatan angin lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. Ketinggian optimum antara 1-1200 m dpl. Jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok, derajat keasaman tanah (pH tanah) adalah 5,5-6,5. Air tanah optimal pada kedalaman 150-200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 300. Ketinggian tempat penanaman jeruk sangat bervariasi, tergantung pada spesies yang akan ditanam. Jenis Keprok Madura, Keprok Tejakula: 1–900 m dpl. Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl. Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300–800 m dpl. Jenis Siem: 1–700 m dpl. Jenis Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung: 1–700 m dpl. Jenis Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl. Jenis Purut: 1–400 m dpl.

PEMBIBITAN TANAMAN JERUK

Teknik Generatif

Biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong kemudian dianginkan di tempat yang tidak terkena sinar selama 2-3 hari hingga lendirnya hilang. Media semai dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1).

Teknik Vegetatif

Metode yang lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (onderstam/rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan oleh penangkar adalah Japanese citroen, Rough lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo citrange.

BUDIDAYA JERUK

Persiapan Lahan

Tanaman jeruk ditanam di tegalan tanah sawah/di lahan berlereng. Jika ditanam di suatu bukit perlu dibuat sengkedan/teras. Lahan yang akan ditamani dibersihkan dari tanaman lain atau sisa-sisa tanaman. Jarak tanam bervariasi untuk setiap jenis jeruk. Jenis jeruk keprok dan siem : jarak tanam 5 x 5 m. Jenis jeruk manis : jarak tanam 7 x 7 m. Jenis jeruk sitrun (Citroen) : jarak tanam 6 x 7 m. Jenis jeruk nipis : jarak tanam 4 x 4 m. Jenis jeruk grape fruit : jarak tanam 8 x 8 m. Jenis jeruk besar : jarak tanam (10-12) x (10-12) m.

Lubang tanam hanya dibuat pada tanah yang belum diolah dan dibuat 2 minggu sebelum tanam. Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari lapisan atas tanah (25 cm). Tanah berasal dari lapisan atas dicampur dengan 20 kg pupuk kandang. Setelah penanaman tanah dikembalikan lagi ke tempat asalnya. Bedengan (guludan) berukuran 1 x 1 x 1 m hanya dibuat jika jeruk ditanam di tanah sawah.

Teknik dan Cara Menanam Jeruk

Bibit jeruk dapat ditanam setelah memiliki 6-8 helai daun pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia air untuk menyirami, tetapi sebaiknya ditanam diawal musim hujan. Sebelum ditanam, perlu dilakukan:
1) Pengurangan daun dan cabang yang berlebihan.
2) Pengurangan akar.
3) Pengaturan posisi akar agar jangan ada yang terlipat.
Setelah bibit ditaman, siram secukupnya dan diberi mulsa jerami, daun kelapa atau daun-daun yang bebas penyakit di sekitarnya. Letakkan mulsa sedemikian rupa agar tidak menyentuh batang untuk menghindari kebusukan batang. Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya saling menaungi, dapat ditanam tanaman sela baik kacang-kacangan/sayuran. Setelah tajuk saling menutupi, tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum penutup tanah yang sekaligus berfungsi sebagai penambah nitrogen bagi tanaman jeruk.

PEMELIHARAAN TANAMAN JERUK

Penyulaman Pada Budidaya Jeruk

Penyulaman tanaman jeruk dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh.

Penyiangan Pada Budidaya Jeruk

Penyiangan dengan cara membersihkan gulma sesuai dengan frekuensi pertumbuhannya. Biasanya dilakukan pada saat pemupukan.

Pembubunan Pada Budidaya Jeruk

Pembumbunan perlu dilakukan untuk menjdaga agar akar tidak muncul ke permukaan karena hal ini menghambat pertumbuhan tanaman, akar menjadi tidak berfungsi dengan baik. Jika budidaya dilakukan pada tanah berlereng, perlu diwaspadai terjadinya erosi tanah.

Pemangkasan Pada Budidaya Jeruk

Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tajuk pohon dan menghilangkan cabang yang sakit, kering dan tidak produktif/tidak diinginkan. Dari tunas-tunas awal yang tumbuh biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam yang kelak akan membentuk tajuk pohon. Pada pertumbuhan selanjutnya, setiap cabang memiliki 3-4 ranting atau kelipatannya. Bekas luka pangkasan ditutup dengan fungisida atau lilin untuk mencegah penyakit. Sebaiknya celupkan dulu gunting pangkas ke dalam Klorox/alkohol. Ranting yang sakit dibakar atau dikubur dalam tanah.

Pemupukan Pada Budidaya Jeruk

Pemberian jenis pupuk dan dosis (gram/tanaman) setelah penanaman adalah sebagai berikut:
a) 1 bulan: Urea=100; ZA=200; TSP=25; ZK=100; Dolomit=20; Pupuk kandang=20 kg/tan.
b) 2 bulan: Urea=200; ZA=400; TSP=50; ZK=200; Dolomit=40; Pupuk kandang=40 kg/tan.
c) 3 bulan: Urea=300; ZA=600; TSP=75; ZK=300; Dolomit=60; Pupuk kandang=60 kg/tan.
d) 4 bulan: Urea=400; ZA=800; TSP=100; ZK=400; Dolomit=80; Pupuk kandang=80 kg/tan.
e) 5 bulan: Urea=500; ZA=1000; TSP=125; ZK=500; Dolomit=100;
Pupuk kandang=100 kg/tan.
f) 6 bulan: Urea=600; ZA=1200; TSP=150; ZK=600; Dolomit=120;
Pupuk kandang=120 kg/tan.
g) 7 bulan: Urea=700; ZA=1400; TSP=175; ZK=700; Dolomit=140;
Pupuk kandang=140 kg/tan.;
h) 8 bulan: Urea=800; ZA=1600; TSP=200; ZK=800; Dolomit=160;
Pupuk kandang=160 kg/tan.
i) 8 bulan: Urea 1000; ZA=2000; TSP=200; ZK=800; Dolomit=200;
Pupuk kandang=200 kg/tan.

Pengairan dan Penyiraman Pada Budidaya Jeruk

Penyiraman jangan menggenangi batang akar. Tanaman diairi sedikitnya satu kali dalam seminggu pada musim kemarau. Jika air kurang tersedia, tanah di sekitar tanaman digemburkan dan ditutup mulsa.

Penjarangan Buah Pada Budidaya Jeruk

Pada tahun di mana pohon jeruk berbuah lebat, perlu dilakukan penjarangan supaya pohon mampu mendukung pertumbuhan dan bobot buah serta kualitas buah terjaga. Buah yang dibuang meliputi buah yang sakit, yang tidak terkena sinar matahari (di dalam kerimbunan daun) dan kelebihan buah di dalam satu tangkai. Hilangkan buah di ujung kelompok buah dalam satu tangkai utama terdapat dan sisakan hanya 2-3 buah.

HAMA TANAMAN JERUK

Kutu Loncat (Diaphorina citri)

Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda. Gejala:
Tunas keriting, tanaman mati.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif dimethoate, monocrotophos, imidakloprid, abamektin, atau endosulfan. Buang bagian tanaman yang terserang.

Kutu Daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii)

Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga.
Gejala:
Daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif methidathion, dimethoate, diazinon, phosphamidon, malathion, atau imidakloprid

Ulat Peliang Daun (Phyllocnistis citrella)

Bagian yang diserang adalah daun muda.
Gejala:
Alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif methidathion, malathion, diazinon, profenofos, sipermetrin, betasiflutrin, atau klorpirifos. Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.

Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp.)

Bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah.
Gejala:
Bercak keperakperakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida/akarisida berbahan aktif, cyhexation, dicofol, oxythioquimox, dicarbam, atau abamektin.

Penggerek Buah (Citripestis sagittiferella)

Bagian yang diserang adalah buah.
Gejala:
Lubang yang mengeluarkan getah.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif methomyl, methidathion, fipronil, atau deltametrin. Buah yang terserang dipetik dan dimusnahkan.

Kutu Penghisap Daun (Helopeltis antonii)

Gejala:
Bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif fenitrotionmothion, fenithion, metamidofos, methomil, atau imidakloprid.

Ulat Penggerek Bunga dan Puru Buah (Prays sp.)

Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau jeruk bes. Gejala:
Bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah muda gugur sebelum tua.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif methomyl, methidathion, profenofos, atau sipermetrin. Kemudian buang bagian yang diserang.

Thrips (Scirtotfrips citri)

Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda.
Gejala:
Helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadang disertai nekrotis.
Pengendalian:
Menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari masuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif difocol, propargite, abamektin, asetamiprid, atau imidakloprid.

Kutu Dompolon (Planococcus citri)

Bagian yang diserang adalah tangkai buah.
Gejala:
Berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisda berbahan aktif methomyl, triazophos, carbaryl, atau methidathion. Kemudian cegah datangnya semut yang dapat memindahkan kutu.

Lalat Buah (Dacus sp.)

Bagian yang diserang adalah buah yang hampir masak.
Gejala:
Lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah.
Pengendalian:
Pemasangan alat perangkap sexpheromone menggunakan Methyl-Eugenol atau protein Hydrolisate. Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif fenthion, dimethoathe, atau klorfenapir.

Kutu Sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri)

Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai.
Gejala:
Daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dan cabang kering dan kulit retak buah gugur.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif diazinon, phosphamidon, dichlorophos, atau methidhation.

Kumbang Belalai (Maeuterpes dentipes)

Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah.
Gejala:
Daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati.
Pengendalian:
Sanitasi kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisida carbaryl, atau diazinon.

PENYAKIT TANAMAN JERUK

CVPD

Penyebab:
Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang.
Gejala:
Daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye.
Pengendalian:
Gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan insektisida untuk mengendalikan serangga vektor dan sanitasi kebun yang baik.

Tristeza

Penyebab:
Virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserang jeruk manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen.
Gejala:
Lekuk batang , daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat.
Pengendalian:
Sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yang terserang, kemudian kendalikan serangga vektor.

Woody Gall (Vein Enation)

Penyebab:
Virus Citrus Vein Enation dengan vektor Toxoptera citridus, Aphis gossypii. Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan Sour Orange.
Gejala:
Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun di permukaan daun.
Pengendalian:
Gunaan mata tempel bebas virus dan sanitasi areal pertanaman, pengendalian serangga vektor.

Blendok

Penyebab:
Fungi Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang atau
cabang.
Gejala:
Kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas.
Pengendalian:
Pemotongan cabang terinfeksi, bekas potongan diberi karbolineum atau fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun.

Embun Tepung

Penyebab:
Fungi Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan
tangkai muda.
Gejala:
Tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan fungisida berbahan aktif pyrazophos, bupirimate, atau metil-tiofanat.

Kudis

Penyebab:
Fungi Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai atau buah.
Gejala:
Bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye.
Pengendalian:
Pemangkasan teratur. Penyemprotan dengan menggunakan fungisida berbahan aktif makozeb, propineb, Benomyl atau simoksanil.

Busuk Buah

Penyebab:
Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian yang diserang adalah buah.
Gejala:
Terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit.
Pengendalian:
Hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air panas atau fungisida berbahan aktif propamokarb hidroklorida, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.

Busuk Akar dan Pangkal Batang

Penyebab:
Phyrophthoranicotianae. Bagian yang diserang adalah akar dan pangkal batang serta daun di bagian ujung dahan berwarna kuning.
Gejala:
Tunas tidak segar, tanaman kering.
Pengendalian:
Pengolahan dan pengairan yang baik, sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah. Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif simoksanil, propamokarb hidroklorida, famoksadon atau metalaksil.

Buah Gugur Prematur

Penyebab:
Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yang diserang: buah dan bunga
Gejala:
2 – 4 minggu sebelum panen buah gugur.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif benomyl, metiltiofanat, karbendazim, atau klorotalonil.

Jamur Upas

Penyebab:
Upasia salmonicolor. Bagian yang diserang adalah batang.
Gejala:
Retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas.
Pengendalian:
Kulit yang terinfeksi dikelupas dan disaput fungisida carbolineum. Kemudian potong cabang yang terinfeksi.

Kanker

Penyebab:
Bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai, buah.
Gejala:
Bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti gabus pecah dengan diameter 3-5 mm. Pengendalian:
Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif tembaga. Selain itu untuk mencegah serangan ulat peliang daun adalah dengan mencelupkan mata tempel ke dalam 1.000 ppm Streptomycin selama 1 jam.

PANEN

Ciri dan Umur Panen
Buah jeruk dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara 28–36 minggu, tergantung jenis/varietasnya.

Cara Panen
Buah dipetik dengan menggunakan gunting pangkas.

Perkiraan Produksi
Rata-rata tiap pohon dapat menghasilkan 300-400 buah per tahun, kadang-kadang sampai 500 buah per tahun. Produksi jeruk di Indonesia sekitar 5,1 ton/ha masih di bawah produksi di negara subtropis yang dapat mencapai 40 ton/ha.

PASCAPANEN


Pengumpulan Buah Jeruk
Di kebun, buah dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih. Pisahkan buah yang mutunya rendah, memar dan buang buah yang rusak. Sortasi dilakukan berdasarkan diameter dan berat buah yang biasanya terdiri atas 4 kelas. Kelas A adalah buah dengan diameter dan berat terbesar sedangkan kelas D memiliki diameter dan berat terkecil.

Penyortiran dan Penggolongan Buah Jeruk
Setelah buah dipetik dan dikumpulkan, selanjutnya buah disortasi/dipisahkan dari buah yang busuk. Kemudian buah jeruk digolongkan sesuai dengan ukuran dan jenisnya.

Penyimpanan Buah Jeruk
Untuk menyimpan buah jeruk, gunakan tempat yang sehat dan bersih dengan temperatur ruangan 8-100C.

Pengemasan Buah Jeruk
Sebelum pengiriman, buah dikemas di dalam keranjang bambu/kayu tebal yang tidak terlalu berat untuk kebutuhan lokal dan kardus untuk ekspor. Pengepakan jangan terlalu padat agar buah tidak rusak. Buah disusun sedemikian rupa sehingga di antara buah jeruk ada ruang udara bebas tetapi buah tidak dapat bergerak. Wadah untuk mengemas jeruk berkapasitas 50-60 kg.


JERUK (Citrus sp.)

More aboutBUDIDAYA JERUK

BUDIDAYA JAHE

CARA MENANAM JAHE

Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), sefamili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain.

KLASIFIKASI TANAMAN JAHE

Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale

DESKRIPSI TANAMAN JAHE

Jahe merupakan tanaman berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun berpasangan berbentuk pedang, panjang 15 – 23 mm, lebar 8-15 mm, tangkai daun berbulu dengan panjang 2–4 mm, bentuk lidah daun memanjang kurang lebih 7,5-10 mm tapi tidak berbulu, seludang agak berbulu. Bunga berupa malai keluar di permukaan tanah, berbentuk tongkat atau bulat telur yang sempit dengan panjang 2,75–3 kali lebarnya, sangat tajam, panjang malai 3,5–5 cm, lebar 1,5–1,75 cm, tangkai bunga hampir tidak berbulu dengan panjang 25 cm, rahis berbulu jarang, terdapat sisik pada tangkai bunga berjumlah 5–7 buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu, panjang sisik 3–5 cm, daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1–1,75 cm, mahkota bunga berbentuk tabung 2-2,5 cm, helainya agak sempit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5-2,5 mm, lebar 3-3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12-15 mm, kepala sari berwarna ungu, panjang 9 mm, tangkai putik berjumlah 2.

JENIS TANAMAN JAHE

Jahe gajah atau jahe badak

Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bisa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.

Jahe putih atau jahe emprit

Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.

Jahe merah

Rimpang berwarna merah dan lebih kecil daripada jahe emprit, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.

MANFAAT TANAMAN JAHE

Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi jahe instan, asinan jahe, dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup. Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami. Dalam perdagangan jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk dan awetan jahe. Disamping itu terdapat hasil olahan jahe seperti: minyak astiri dan koresin yang diperoleh dengan cara penyulingan yang berguna sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis dan lain-lain.

Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), antimuntah, pereda kejang, antipengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, antiinflamasi, antimikroba dan parasit, antipiretik, antirematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.

SENTRA BUDIDAYA JAHE

Terdapat di seluruh Indonesia, ditanam di kebun dan di pekarangan. Pada saat ini jahe telah banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani, India, Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe dari Jamaika mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan India merupakan negara produsen jahe terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari total produksi jahe dunia.

SYARAT TUMBUH TANAMAN JAHE

Iklim

Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan intensitas cahaya matahari 70 - 100%. Dengan kata lain penanaman jahe sebaiknya dilakukan di tempat terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari. Suhu udara optimum budidaya tanaman jahe antara 20-35 oC.

Tanah

Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah subur, gembur dan banyak mengandung humus. Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik. Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0.

Ketinggian Tempat

Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m dpl. Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200-600 m dpl.

PEDOMAN CARA MENANAM JAHE

PEMBIBITAN

Persyaratan Bibit Jahe

Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh tinggi), dan mutu fisik. Mutu fisik adalah bibit bebas hama dan penyakit. Rimpang untuk dijadikan benih, sebaiknya mempunyai 2-3 bakal mata tunas dengan bobot sekitar 25-60 g untuk jahe putih besar, 20-40 g untuk jahe putih kecil dan jahe merah. Kebutuhan benih per ha untuk jahe putih besar (panen tua) membutuhkan benih 2-3 ton/ha dan 5 ton/ha untuk jahe putih besar panen muda. Sedangkan jahe merah dan jahe emprit 1-1,5 ton.

Teknik Penyemaian Bibit

Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau ditaruh di atas bedengan.

Penyemaian Pada Peti Kayu

Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian diatasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi. Setelah 2-4 minggu, bibit jahe siap disemai.

Penyemaian Pada Bedengan

Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Buat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, diatasnya diberi rimpang tutup dengan jerami, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.

Penyiapan Bibit

Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.

PERSIAPAN LAHAN BUDIDAYA JAHE

Pembukaan Lahan

Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari.

Pembentukan Bedengan dan Pemupukan Dasar

Untuk memudahkan pemeliharan sekaligus untuk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Penanaman jahe dengan sistem bedengan juga bertujuan untuk memudahkan serangan patogen, karena kelembaban tanah bisa dijaga dengan membuat pari-parit. Pemupukan dasar diberikan bersamaan dengan pembuatan bedengan menggunakan pupuk kandang yang sudah difermentasi sebanyak 40 ton/ha dan NPK 15-15-15 sebanyak 1,5 ton/ha. Akan lebih baik bila ditambahkan dengan agensia hayati seperti Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. untuk mencegah serangan bakteri maupun cendawan patogen. Pemberian humat dan fulvat akan berfungsi sebagai pembenah tanah, sehingga serapan unsur hara oleh tanaman jahe bisa optimal.

Pengapuran

Pengapuran dilakukan pada saat pembentukan bedengan. Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) dan kalsium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau terikat oleh ion-ion tanah. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji.

TEKNIK BUDIDAYA JAHE

Penentuan Pola Tanaman

Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
  • Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga.
  • Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.
  • Meningkatkan produktivitas lahan.
  • Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).

Praktek di lapangan, ada jahe yang ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran, seperti timun, bawang merah, cabe rawit, buncis dan lain-lain. Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan lainnya.

Pembuatan Lubang Tanam

Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit.

Cara Penanaman Jahe

Cara penanaman jahe dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan. Jarak tanam yang digunakan untuk penanaman jahe putih besar yang dipanen tua adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40 cm, jahe putih kecil dan jahe merah 60 cm x 40 cm.

Perioda Tanam

Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.

PEMELIHARAAN TANAMAN JAHE

Penyulaman Pada Budidaya Jahe

Penyulaman dilakukan pada umur 2–3 minggu setelah tanam.

Penyiangan Pada Budidaya Jahe

Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar.

Pembubunan Pada Budidaya Jahe

Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-5 anakan, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.

Pemupukan Susulan Pada Budidaya Jahe

Tanaman jahe merupakan tanaman yang berumur panjang dibandingkan dengan tanaman cabe maupun tomat. Pada dasarnya pupuk dasar yang diberikan sudah mencukupi untuk menopang pertumbuhan tanaman tersebut. Akan tetapi dalam budidaya jahe secara intensif perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan hasil produksi yang signifikan. Oleh karena itu, pupuk susulan perlu diberikan pada saat tanaman jahe berumur 2-3 bulan, 4-6 bulan, dan 8-10 bulan menggunakan pupuk NPK 15-15-15 dengan dosis 20 gram per tanaman ditambah dengan pembenah tanah, seperti asam humat dan asam fulvat untuk membantu serapan unsur hara oleh akar sehingga pertumbuhan tanaman bisa optimal.

Pengairan dan Penyiraman Pada Budidaya Jahe

Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal petumbuhannya tanaman jahe membutuhkan air yang cukup, sehingga saat memulai budidaya jahe diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September.


JAHE

More aboutBUDIDAYA JAHE

DEFISIENSI UNSUR HARA

KEKURANGAN UNSUR HARA PADA TANAMAN

Defisiensi atau kahat unsur hara adalah kekurangan meterial (bahan) yang berupa makanan bagi tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya, ada jenis tanaman yang rakus makanan dan adapula yang biasa saja. Jika unsur hara dalam tanah tidak tersedia maka pertumbuhan tanaman akan terhambat dan produksinya menurun. Kita sebagai petani tidak mungkin mengecek kandungan hara tanah setiap saat untuk mengetahui ketersediaan unsur hara tersebut, salah satu upayanya adalah dengan mengetahui gejala defisiensi unsur  hara pada tanaman.

Gejala Defisiensi Unsur Hara Pada Tanaman

Nitrogen (N)

Gejala kekurangan nitrogen ditandai dengan warna daun berubah menjadi hijau muda kemudian menjadi kuning sempurna, jaringan daun mati dan mengering berwarna merah kecoklatan. Pembentukan buah tidak sempurna, kecil-kecil, kekuningan, dan masak sebelum waktunya.

Cara penanganan kekurangan unsur nitrogen adalah dengan menambahkan pupuk kimia berupa urea (N=46%), ZA (N=21%), KNO3, NPK serta pupuk daun kandungan N tinggi.

Fosfor (P)

Gejala kekurangan fosfor ditandai dengan warna bagian bawah daun terutama tulang daun merah keunguan, daun melengkung, dan terpelintir (distorsi). Tepi daun, cabang dan batang juga berwarna ungu. Kekurangan unsur ini menyebabkan terhambatnya sistem perakaran dan pembuahan.

Cara penanganan kekurangan unsur fosfor adalah dengan menambahkan pupuk kimia SP36 (P=36%), NPK, MKP serta pupuk daun kandungan P tinggi.

Kalium (K)

Gejala kekurangan kalium ditandai dengan mengerutnya daun terutama daun tua meski tidak merata, tepi dan ujung daun menguning yang kemudian menjadi bercak coklat. Bercak daun ini akhirnya gugur, sehingga daun tampak bergerigi dan akhirnya mati. Buah yang terbentuk tidak sempurna, kecil, kualitas jelek dan tidak tahan simpan.

Cara penanganan kekurangan unsur kalium adalah dengan menambahkan pupuk kimia KCl (K=52%), NPK, MKP, serta pupuk daun kandungan K tinggi.

Sulfur (S)

Gejala kekurangan sulfur ditandai dengan warna daun muda memudar (klorosis), berubah menjadi hijau muda, kadang-kadang tampak tidak merata, menguning atau keputih-putihan. Pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil, berbatang pendek, dan kurus.

Cara penanganan kekurangan unsur sulfur adalah dengan menambahkan pupuk kimia ZA (S=20%), Phonska (S=10%), serta pupuk daun yang mengandung unsur S.

Kalsium (Ca)

Gejala kekurangan kalsium ditandai dengan pertumbuhan kuncup yang terhenti dan mati, pertumbuhan tanaman lemah dan merana, tepi daun muda mengalami klorosis, buah muda banyak yang rontok dan masak sebelum waktunya, warna buah kurang sempurna.

Cara penanganan kekurangan unsur kalsium adalah dengan menambahkan kapur dolomite (Ca=38%), kalsium karbonat (Ca=90%), serta pupuk kalsium kandungan Ca 80-99%.

Magnesium (Mg)

Gejala kekurangan magnesium ditandai dengan daun tua yang semula hijau segar berubah menjadi kekuningan dan tampak pucat. Diantara tulang-tulang daun terjadi klorosis, warna berubah menguning dan terdapat bercak-bercak berwarna kecoklatan, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau.

Cara penanganan kekurangan unsur magnesium adalah dengan menambahkan pupuk kimia kieserite, kapur dolomite (Mg=18%), serta pupuk daun yang mengandung unsur Mg.

Unsur Mikro

Besi (Fe). Gejala kekurangan besi ditandai dengan warna kuning pada daun-daun muda, pertumbuhan tanaman terhambat, daun berguguran dan mati pucuk, tulang daun yang berwarna hijau berubah kekuningan kemudian memutih, pertumbuhan tanaman seolah terhenti.

Boron (B). Gejala kekurangan boron ditandai dengan tepi daun mengalami klorosis mulai dari bawah daun kemudian mengering dan akhirnya mati. Pada tanaman bercabang, ruas tanaman memendek, batang keropos, pembentukan cabang tumbuh sejajar berdampingan.

Tembaga (Cu). Gejala kekurangan tembaga ditandai dengan daun berwarna hijau kebiru-biruan, ujung daun secara tidak merata ditemukan layu, terkadang terjadi klorosis meski jaringannya tidak mati, pertumbuhan tanaman kerdil dan gagal membentuk bunga.

Mangan (Mn). Gejala kekurangan mangan ditandai dengan pertumbuhan tanaman kerdil, daun berwarna kekuningan atau kemerahan, jaringan daun di beberapa tempat mati, serta biji yang terbentuk tidak sempurna.

Seng (Zn). Gejala kekurangan seng ditandai dengan daun tua berwarna kekuningan atau kemerahan, daun berlubang, mengering dan akhirnya mati.

Molibedenum (Mo). Gejala kekurangan molibdenum ditandai dengan warna daun memudar, keriput dan mengering, pertumbuhan tanaman seolah terhenti dan akhirnya mati.

Cara penanganan kekurangan unsur mikro adalah dengan menambahkan pupuk organik yang tinggi, pemberian pupuk organik cair untuk pemupukan susulan, serta penyemprotan pupuk daun dengan kandungan mikro lengkap.
More aboutDEFISIENSI UNSUR HARA