MERAWAT BURUNG
Kesehatan burung merupakan hal yang penting dan harus mendapatkan perhatian khusus agar burung peliharaan kita tetap memberikan penampilan sesuai dengan harapan. Burung ocehan tidak akan berkicau memberikan hiburan bagi empunya, bila kondisi kesehatannya terganggu. Begitu pun burung hias yang menonjolkan keindahan warna tubuh dan kelincahannya, tidak akan menjunjukkan kesan indah jika penampilannya loyo, lemas, dan kusam kurang terawat atau terganggu kesehatannya. Oleh karena itu, menjaga kesahatan burung adalah hal terpenting yang harus dilakukan para penggemar burung.

PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN BURUNG PELIHARAAN

Pelestari maupun penggemar burung tentu akan berupaya merawat burung kesayangannya agar setiap hari mau berkicau dengan nyaring. sehingga kicauannya dapat didengar dengan rasa bangga. Apalagi bila kicauan burung itu bisa menirukan berbagai kicauan burung lainnya ataupun suara manusia. Di samping untuk memuaskan atau menyenangkan pemiliknya, kicauan burung juga dapat menambah keserasian lingkungan dan kehangatan alam di sekitarnya. Bayangkan saja bila Anda bertempat tinggal di suatu daerah yang sangat sepi tanpa ada suara satwa di sekitarnya. Tentu saja suasana seperti itu akan terasa seram dan mencekam.

Apabila pelestari/penggemar burung mengharapkan agar burung peliharaannya tetap berkicau dengan nyaring maka tentu saja harus ada usaha-usaha ke arah tujuan itu. Agar tetap bertengger dan berkicau dengan indah dan lucu maka persyaratan utama yang harus dipenuhi adalah burung itu harus sehat. Kesehatan ini tidak mungkin akan datang sendiri bila tidak diupayakan. Selain harus dilakukan upaya untuk menjaga kesehatannya, burung juga harus dipelihara dengan penuh rasa kasih sayang. Dengan cara itu, burung peliharaan akan sangat mengenal penyayangnya.

A. Jenis Burung Peliharaan

Jenis-jenis burung yang banyak dipelihara di rumah antara lain sebagai berikut.
  1. Burung-burung impor dan dilombakan: hwa mei, poksai, kenari (eropa, cina).
  2. Burung-burung dalam negeri (lokal):
    1. Burung yang diikutkan untuk pameran/lomba antara lain branjangan, cucakrawa, cacing, murai batu.
    2. Burung-burung yang dipelihara di rumah (bukan untuk pameran/lomba) antara lain kakatua jambul kuning, kakatua biasa, nuri (maluku, irian), beo (nias, kalimantan, lampung, jaws), jalak (penyu, suren), srigunting, kepodang, gagak, elang, merak, gelatik, kutilang, parkit.

B. Penampilan Burung Mencerminkan Kesehatannya

Penampilan burung sebaiknya diamati secara berkala. Dengan demikian, bila burung menunjukkan tingkah laku yang tidak wajar (tidak seperti biasanya) maka dapat segera dicari penyebabnya. Mungkin saja hal itu terjadi akibat kesehatan burung yang terganggu.

Burung yang sehat dicirikan oleh tingkah lakunya yang selalu lincah dan sering berkicau, makan dan minum secara wajar, matanya bening dan bersinar, bulunya tetap mulus (tidak kusut). Sebaliknya, burung yang sakit dapat segera diketahui bila menunjukkan beberapa hal, antara lain keadaannya lesu/loyo seperti kedinginan dan kurang mau berkicau, kurang suka makan dan minum, bulunya tampak kusut, napasnya tersengal-sengal, hidung atau paruhnya kadang-kadang berlendir, dan kotorannya cair (mencret) berwarna hijau keputih-putihan.

C. Agar Burung Tetap Sehat

Berbagai cara telah ditempuh oleh para penggemar burung untuk menjaga agar burung kesayangannya agar tetap sehat dan bugar. Tentu saja pengalaman seseorang dalam berusaha menyayangi dan menjaga burung kesayangannya tidak sama dengan pengalaman orang lain. Bagi orang yang burungnya sering diikutsertakan dalam lomba atau pameran dan sering berhasil menjadi pemenang maka mereka tentu akan berusaha agar burungnya tetap sehat, bugar, dan rajin berkicau. Namun, dalam hal ini bukan berarti pemilik burung yang tujuannya sekadar untuk simpanan atau klangenan di rumah tidak berupaya agar burung klangenannya tetap sehat dan bugar.

Sebenarnya belum ada ketentuan yang baku mengenai cara merawat burung peliharaan agar tetap sehat dan bugar. Meskipun demikian, perlu dicoba upaya untuk menjaga agar burung tetap sehat. Secara garis besar, upaya itu antara lain memberikan pakan dan minum yang teratur dan berkualitas, menjaga kebersihan dan keamanan sangkar juga kandang aviari, memandikan dan menjemur burung, serta mengendalikan dan mengobati penyakit seandainya penyakit terlanjur berjangkit.

MENGUPAYAKAN TEMPAT HIDUP YANG AMAN DAN NYAMAN

Kenyamanan tempat hidup burung, berupa sangkar maupun kandang aviari, tentu tidak dapat sempurna seperti ekosistem burung di alam. Setelah dipelihara manusia, burung tidak dapat hidup (terbang bebas) seperti di habitat aslinya. Oleh karena itu, tempat hidup burung peliharaan harus diperhatikan sehingga burung merasa tetap nyaman meskipun berada di dalam lingkungan yang terbatas.

A. Sangkar

Sangkar burung berkicau sangat beragam. Karen setiap jenis burung mempunyai karakter atau kebiasaan yang tidak sama maka kondisi sangkar disesuaikan dengan jenis burung yang akan dipelihara di dalamnya. Selanjutnya, agar burung yang ada di dalamnya dapat aman maka hal-hal yang berkaitan erat dengan sangkar harus diperhatikan, antara lain bahan sangkar, letak sangkar, dan ukuran sangkar.
  1. Bahan sangkar burung
    Demi kenyamanan burung yang akan tinggal di dalamnya, bahan pembuat sangkar dipilih yang aman: tidak mudah melukai burung, tetapi cukup kuat. Berbagai bahan pembuat sangkar yang umum digunakan antara lain bambu, rotan, kayu, logam, plastik. Di pasaran, kini banyak alternatif sangkar yang dapat dipilih sesuai dengan selera. Bahkan tidak sedikit sangkar-sangkar burung ocehan itu diimpor dari luar negeri, terutama dari negara-negara Asia Timur.

    Sangkar dipilih yang halus dan rapi pengerjaannya sehingga menarik jika dipandang. Pengerjaan sangkar yang tergolong kasar dan tidak rapi dapat melukai burung, terutama pada saat burung ngelabak (terbang di dalam sangkar). Pada saat seperti itu, kulit pada sayap dan kepala di atas paruh bisa luka dan berdarah.

    Sangkar bagian bawah biasanya berjeruji. Apabila kondisinya demikian maka jarak antarjeruji harus diperhatikan. Sebaiknya jarak antarjeruji ini tidak terlalu renggang dan diperkirakan burung tidak dapat terperosok ke bawah. Selain itu, kekuatan dan keutuhan jeruji sekali-kali perlu juga dikontrol karena bila ada jeruji yang rusak atau lepas dapat dimanfaatkan burung untuk terbang ke luar sangkar. Begitu pula pintu sangkar, pada saat membukanya harus dipastikan bahwa pintu itu sudah tertutup kembali.
  2. Letak sangkar burung
    Burung sangat memerlukan sinar matahari untuk kesehatannya. Untuk itu, pada setiap pagi sekitar pukul 07.00 sampai dengan pukul 11.00, burung kesayangan sebaiknya dijemur. Setelah pukul 11.00, sangkar berisi burung digantung di tempat teduh atau di bawah pohon yang rindang. Sewaktu burung digantung di luar maupun di dalam rumah harus diletakkan di tempat yang aman dan terhindar dari gangguan hewan lain seperti kucing, anjing, dan tikus.
  3. Bentuk dan ukuran sangkar
    Ukuran sangkar sangat bervariasi karena hampir setiap jenis burung memerlukan ukuran maupun bentuk sangkar yang berbeda. Bahkan kadang-kadang perbedaan ini sangat jauh. Beberapa jenis burung yang memerlukan sangkar khusus antara lain sebagai berikut.
    1. Cucakrawa, murai batu, dan sejenisnya
      Burung ini tergolong berukuran relatif besar sehingga memerlukan sangkar relatif besar pula. Sangkar yang dipilih biasanya berbentuk segi empat, panjang keempat sisinya masing-masing kurang lebih 50 cm, tinggi sangkar kurang lebih 60 cm.
    2. Branjangan
      Burung ini mempunyai kebiasaan terbang merendah dan meninggi sehingga memerlukan sangkar yang relatif tinggi. Sangkar yang dipilih biasanya berbentuk bulat, garis tengahnya kurang lebih 30 cm dan tingginya kurang lebih 100 cm.
    3. Hwa mei, poksai, dan sejenisnya
      Burung ini tergolong berukuran sedang. Sangkar untuk hwa mei biasanya dipilih yang berbentuk bulat, garis tengah kurang lebih 35 cm, tingginya kurang lebih 50 cm. Sementara untuk poksai dipilih sangkar berbentuk segi empat, panjang keempat sisinya kurang lebih 40 cm, tingginya kurang lebih 55 cm.
    4. Prenjak, ciblek, dan sejenisnya
      Burung ini tergolong berukuran kecil sehingga sangkarnya tidak perlu besar. Sangkar yang dipilih berbentuk bulat ataupun segi empat dengan panjang sisi atau garis tengah sekitar 25 cm dan tingginya 35 cm.
    5. Perkutut
      Sangkar untuk burung ini umumnya diberi mahkota yang berfungsi sebagai peneduh dan dapat memantulkan suara perkutut sehingga terdengar merdu. Pada mahkota biasanya diberi hiasan berupa lukisan atau ornamen lain yang memperindah penampilannya.

B. Kandang Aviari

Kandang aviari bagi burung berkicau sangat berbeda dengan kandang aviari untuk perkutut. Di dalam satu kandang aviari untuk burung berkicau bisa saja dicampurkan beberapa burung sejenis atau lain jenis, asalkan bukan burung buas sehingga tidak terjadi kanibalisme (saling memangsa).

Lain lagi dengan kandang aviari untuk perkutut. Di dalam kandang ini, perkutut tidak dapat dicampurkan dengan burung lain selain perkutut karena bisa menimbulkan rasa takut dan menjadi stres. Jangankan di kandang aviari, sewaktu burung perkutut sedang dikerek pun kalau ada burung merpati beterbangan di sekitarnya maka perkutut akan menjadi takut dan tidak mau manggung akibat stres.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada penggunaan kandang aviari adalah sebagai berikut.
  1. Letak kandang
    Penempatan kandang aviari perlu dipertimbangkan dahulu. Kandang aviari sebaiknya diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari pagi, cukup teduh, hembusan angin tidak terlalu keras, aman dari gangguan hewan lain, dan lingkungannya cukup memadai (sesuai dengan lingkungan yang disenangi jenis burung tersebut).
  2. Ukuran kandang
    Ukuran ideal untuk kandang aviari sangat relatif karena tergantung pada banyaknya burung yang akan dimasukkan ke dalam sangkar itu. Sebagai contoh, kandang-kandang aviari di Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (Jakarta) ukurannya cukup luas. Karen kandang itu relatif luas maka akan lebih baik bagi burung-burung yang ada di dalamnya.

    Kandang aviari untuk burung berkicau masih jarang dimiliki orang, kecuali para pedagang. Namun, para pedagang burung ocehan pun umumnya masih menggunakan sangkar biasa sehingga burungburung yang ada di dalamnya kurang bisa leluasa bergerak/terbang.
  3. Jenis burung yang dapat dicampur
    Pada prinsipnya, di dalam sebuah kandang aviari mungkin saja dipelihara beberapa jenis burung, asalkan tidak disatukan dengan burung buas. Hal ini beralasan karena burung buas dapat memangsa sesama burung sehingga burung lain yang disatukan dalam satu kandang tidak dapat hidup nyaman, bahkan dapat habis dimakan burung buas itu satu demi satu.

    Meskipun beberapa jenis burung dapat disatukan dalam satu kandang, tetapi hal itu masih sangat jarang dilakukan, terutama untuk jenis burung berkicau. Bila beberapa jenis burung berkicau dicampurkan dalam satu kandang, dikhawatirkan akan saling mempengaruhi sehingga kicauannya tidak berkembang sesuai keinginan. Selain itu, bisa jadi ada burung yang tidak mau berkicau atau takut berkicau karena ada burung lain yang lebih dominan.

    Lain halnya jika kandang aviari dibuat cukup luas, misalnya seperti kandang aviari di Taman Burung (Taman Mini Indonesia Indah). Di dalamnya bisa saja dipelihara berbagai burung buas: tetapi harus diberi ruang terbatas sehingga burung lainnya tetap aman tidak terganggu.

PAKAN BURUNG

Habitat asli burung ada di hutan dengan keberlimpahan pakan dan ruang yang luas. Burung hidup sebagai mahluk bebas. Keberadaannya di dalam sangkar pasti akan mengakibatkan burung menjadi stress, karena merasa terampas kebebasannya. Keterbatasan ruang gerak di dalam sangkar membuat performa burung menurun jika dibandingkan saat burung tersebut berada di alam. Oleh karena itu, agar kebugaran dan performa burung tersebut tetap terjaga, maka harus diimbangi dengan pemberian pakan dan minuman yang berkualitas.

A. Jenis Pakan Burung

Jenis pakan burung berkicau ini beraneka ragam, terutama pakan alami. Selain itu, ada juga pakan buatan hasil industri. Pakan buatan ini tersedia dalam berbagai macam: ada pakan biji-bijian yang telah diolah, tetapi bentuknya tidak berubah; ada pula pakan yang mengalami pengolahan dan hasil olahannya sangat berbeda dengan bentuk aslinya, misalnya voer.

Pakan burung berkicau maupun burung peliharaan sangat tergantung pada jenis burung yang bersangkutan. Berikut ini diberikan contoh beberapa jenis pakan untuk burung peliharaan.

  1. Pakan burung alami
  2. Pakan alami yang sering diberikan kepada burung peliharaan antara lain pisang kepok, pepaya matang (masak), jagung muda mentah, jewawut, gabah merah, ketan hitam, kroto, jangkerik, belalang, ulat hongkong, dan lain-lain.

    Meskipun masih sangat jarang, adakalanya orang memelihara burung buas, seperti gagak, berbagai jenis elang, garuda/rajawali. Burung ini di alam bebas sering mencari mangsa satwa hidup. Jika burung ini dipelihara maka pakan yang dibutuhkannya antara lain daging, ikan, jeroan, katak kecil (percil), anak ayam, anak burung, ular.

    Pemberian pakan alami ada beberapa masalah yang perlu diperhatikan, terutama kondisi pakan tersebut.
    1. Secara umum pakan itu harus dalam keadaan bersih dari segala kotoran.
    2. Untuk burung pemakan biji-bijian, pemberian pakannya lebih mudah karena pakan jenis ini relatif tahan lama.
    3. Untuk pakan dari buah-buahan sebaiknya diberikan dalam kondisi segar dan bersih; karena kalau tidak akan membusuk dan bisa menimbulkan penyakit pada burung.
    4. Untuk pakan hewani (misalnya kroto, ulat hongkong, anak katak, daging atau jeroan) harus diberikan dalam keadaan segar sebab kalau sudah kedaluarsa/membusuk bisa merangsang tumbuhnya bakteri yang bisa membawa penyakit pada burung.

  3. Pakan burung buatan hasil industri
  4. Pakan burung buatan hasil olahan industri biasanya telah dikemas sebelum diperdagangkan. Pakan burung buatan ini berupa pakan dari biji-bijian yang telah diolah maupun voer. Pakan buatan berupa voer dijual dalam bentuk kemasan maupun belum dikemas. Voer yang dijual tanpa kemasan mudah sekali terkena debu dan bahan pencemar lainnya.

    Untuk burung berkicau, banyak sekali jenis pakan yang telah diolah kemudian dikemas. Di pasaran, pakan jenis ini mudah ditemukan dalam bentuk kemasan dengan tulisan di kemasan sesuai dengan isi pakan di dalamnya, misalnya ketan hitam, gabah merah, millet, jewawut. Selain itu, ada pula jenis pakan yang merupakan ramuan. Dalam proses pengolahannya, pakan ini biasanya ditambahi vitamin atau zat pelengkap lain yang berguna bagi pertumbuhan burung. Dengan memberikan voer maka pemelihara burung tidak perlu susah mencari pakan burung. Kalau mengikuti kebiasaan pakan burung di alam bebas seperti kroto, pepaya, pisang, dan pakan hewani maka pekerjaan pemeliharaan akan lebih banyak memerlukan waktu dan biaya.
    Beherapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan buatan antara lain sebagai berikut.
    1. Perusahaan pakan buatan cukup banyak. Tentu saja kualitas produk yang dihasilkan tidak sama. Oleh karena itu, pada saat membeli pakan buatan perlu dipertimbangkan kualitas pakan yang akan dibeli, bukan sernata-mata karena harganya murah.
    2. Pakan buatan (voer) harus selalu dijaga agar tidak sampai basah. Apabila pakan ini terkena air maka akan mengembang dan cepat rusak, juga menimbulkan bau.
    3. Pakan voer ada tiga jenis, yaitu untuk burung muda, untuk burung remaja, dan untuk burung dewasa. Pemberiannya harus disesuaikan dengan tahap perkembangan burung.
    4. Pemberian pakan voer harus disesuaikan dengan besar kecilnya burung. Setelah masuk ke tembolok, voer akan berkembang. Oleh karena itu, pemberian pakan buatan harus dibatasi karena kalau terlalu banyak dan berkembang di dalam tembolok maka burung akan menjadi sakit bahkan bisa mati.

B. Cara dan Frekuensi Pemberian Pakan Pada Burung

Kebiasaan makan yang dilakukan burung di alam bebas sangat tergantung pada kebutuhan. Burung baru akan terbang mencari makan atau minuman pada saat merasa lapar atau haus. Walaupun pakan dan minuman yang dimakan itu hanya seketemunya, tetapi burung-burung itu tetap sehat karena ruang geraknya leluasa dan pakannya pun selalu segar.

Berbeda dengan burung-burung peliharaan. Karena kondisinya serba terbatas tidak seperti habitatnya di alam maka konsekuensinya burung itu harus disayangi, dirawat sebaik-baiknya, dijaga kebersihan dan kesehatannya, diatur pemberian pakan dan minumannya, serta dijaga keamanannya. Pemberian pakan dan minuman harus diatur karena burung sebaiknya tidak terlalu gemuk dan juga tidak terlalu kurus.

  1. Cara pemberian pakan pada burung
  2. Cara pemberian pakan sangat tergantung pada jenis burung yang dipelihara. Cara pemberian pakan ini dibedakan antara burung pemakan biji-bijian, burung pemakan buah-buahan, dan burung buas.

    1. Burung pemakan biji-bijian
    2. Pakan maupun minuman untuk burung pemakan biji-bijian disediakan pada setiap sangkar. Caranya, burung dimandikan serta sangkar dibersihkan. Setelah itu, tempat minuman dan tempat pakan dimasukkan ke dalam sangkar kemudian pakan dan air minum diisikan secukupnya menurut besar kecilnya burung dan diperkirakan dalam jumlah yang wajar (tidak kurang dan tidak berlebih). Air minum sebaiknya dari air matang yang telah didinginkan. Sesekali burung juga bisa diberi jangkerik, belalang, atau ulat hongkong.

    3. Burung pemakan buah-buahan
    4. Jenis burung ini pakannya memang harus lebih tertib. Sebagai contoh, burung pemakan pisang kepok biasanya kurang menyukai pisang yang sudah terlalu masak/matang sehingga lebih baik diberikan pisang yang setengah matang. Burung yang biasa memakan pepaya juga harus dipilihkan yang sudah matang. Pisang yang akan diberikan harus dikupas sebelah kulitnya kemudian digantung di dalam sangkar. Pepaya yang akan diberikan sebaiknya dalam bentuk potongan selebar kurang lebih tiga jari dan panjangnya kurang lebih 10 cm, bijinya dibuang lebih dahulu. Air minumannya pun sebaiknya dari air masak/matang yang sudah didinginkan. Burung pemakan buah-buahan dapat pula sesekali diberi jangkerik, belalang, atau ulat hongkong.

    5. Burung buas pemakan daging
    6. Pakan untuk burung ini adalah hewan hidup seperti anak ayam, katak, ulat, anak burung, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, bila burung jenis ini dipelihara sebagai klangenan (burung kesayangan) maka kebersihan pakan dan minuman pun harus diperhatikan. Daging/jeroan yang diberikan harus dalam keadaan segar. Daging itu dipotong-potong kemudian baru dimasukkan ke tempat pakan. Untuk minumannya sama, yaitu air masak/matang yang sudah didinginkan.

  3. Frekuensi pemberian pakan pada burung
  4. Secara umum, pakan dan minuman untuk kelompok burung pemakan biji-bijian, buah-buahan, maupun burung pemakan daging di berikan setiap pagi hari. Berarti frekuensi pemberiaannya satu hari sekali. Pakan dan air minuman disediakan pada tempatnya yang telah ada di dalam sangkar. Pakan dan minuman tersebut tidak akan habis dalam sekali makan karena burung akan memakan pakannya dan meminum air sedikit demi sedikit.

    Pemberian jangkerik, belalang, atau ulat hongkong adalah 3 hari sekali sebanyak 3-5 ekor. Perlu diperhatikan bahwa pemberian ulat hongkong sebaiknya tidak terlalu banyak karena pemberian dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan suhu tubuh burung terlalu panas sehingga bulu burung akan mbrodol (rontok).

    Pakan berupa kroto (telur semut rangrang) maupun daging/jeroan harus diberikan dalam keadaan segar karena pakan yang kedaluwarsa bisa menimbulkan jamur dan bakteri yang membahayakan kesehatan burung peliharaan. Buah-buahan yang akan diberikan juga harus dalam keadaan segar. Sementara pemberian pakan selingan bagi burung-burung tertentu antara lain berupa belalang, jangkerik, dan ulat hongkong harus dalam keadaan hidup.


terkait dengan MERAWAT BURUNG :

{ 1 komentar... read them below or add one }

Miliana mengatakan...

membantu sekali infonya makasih yah

Elever

Posting Komentar